Rumi Haitani

inupiei

written by inupiei ...

Senju terlihat kegirangan dan memotret setiap langkah para model saat berjalan satu persatu dihadapan mereka. Mitsuya menyadari ekspresi tersebut yang baru  ia dapati dari seorang Senju Akashi. Semenjak mereka datang dan disambut oleh massa, Senju benar-benar menampilkan raut wajah yang berbeda dari yang Mitsuya lihat sebelumnya. Gadis itu benar-benar menikmati acara saat ini.

“Nju.” Mitsuya menopang badanndengan meletakkan kedua siku pada paha miliknya.

Yang dipanggil hanya mengangguk, masih asik dengan kegiatan potret memotret.

“Sejak kapan beli oleh-oleh?” Mitsuya ikut tersenyum melihat tingkah gadis disampingnya ini.

“Tadi siang bareng bang Waka.” Senju terkejut saat mendapati Mitsuya mengangguk dengan wajah tersenyum-senyum.

“Lo sehat?” Mitsuya mengangguk menanggapi pertanyaan Senju. Difikiran Senju saat ini, Mitsuya seperti orang bodoh.

“Hi bro.” Salah seorang pria berambut pendek sepanjang 3 cm berwarna pirang tiba-tiba menghampiri Mitsuya.

“Hi Mucho. Sup?” Mitsuya menepuk lengan pria tersebut.

“Listen. Some of my customers are canceling some of the wedding dresses they ordered me. The reason is because there is a problem at the factory and then i don't know what to do and this dress must be marketed immediately, kalo engga gue bakalan selesai Mitsuya.” Pria itu terlihat lemas dan tanpa tujuan hidup. Senju merasa iba melihatnya yang tiba-tiba bercucur keringat.

“Oke, gue harus apa?” Mitsuya langsung to the point mengajukan pertanyaan, melihat keadaan Mucho saat ini sudah jelas kalau ia membutuhkan bantuan.

“Bantu gue memasarkan beberapa wedding suits. Would you?” Mucho mengesampingkan camera DSLR yang ia kalungi sedari tadi.

“Photoshoot? Am i right?” Ujar Mitsuya saat tahu tujuan Mucho sebenarnya.

Mucho yang saat ini menghembuskan nafas lega mengangguk dengan tawa berseri.

“Okay. Who's the model? Gue cuma perlu bantu masangin dress kan?” Kalimat Mitsuya berhasil membuat ia dan Mucho saling berganti tatapan.

“What? Really? Ini kan banyak model yang bisa bantuin lo?” Ujar Mitsuya terkejut dengan maksud utama Mucho.

“Kan lagi jalan, bro. Lo gimana sih? Gue lihat updatean Londre, lu datang bareng.. pacarkan?” Mucho memiringkan posisi duduknya, seolah-oleh meminta persetujuan Senju untuk membantunya.

“Eh..” Senju tertegun mendengar ucapan terakhir pria bertubuh besar itu.

“Ga gitu-” Ucapan Mitsuya terpotong saat Senju berhasil menyela dengan beberapa kalimat.

“Yeah of course, shall we? Mitsuya?”

Mitsuya benar-benar tidak paham dengan tujuan gadis yang berada disampingnya saat ini. Terlihat Senju dengan mood terbaiknya sedang berbincang dan tertawa menanggapi ucapan Mucho, Mitsuya hanya menggeleng halus mengikuti langkah Mucho dan Senju di depannya. Mitsuya yakin, Senju belum tau seperti apa konsep weddingshoot. Lebih jelasnya, photoshoot ini lebih kearah dua sejoli yang akan menikah dengan konsep pre-wedding. Mitsuya kian tersenyum dan memerah dengan imajinasinya saat ini. _

written by inupiei ...

Senju menatap bayangannya yang terpantul di cermin. Gadis itu sangat kagum dengan dirinya sendiri yang memutuskan untuk memilih dress yang ia kenakan sekarang. Dia sempat bingung bagaimana menata rambut sebahu miliknya ini, alhasil dia memilih untuk diikat sanggul dan membiarkan poninya jatuh terurai. Senju membereskan barang-barangnya agar tidak tercecer saat pergi meninggalkan ruangan hotel. Gadis itu menyiapkan beberapa kotak seukuran 10x15 cm yang sudah dia ikat dengan tali dan meletakkannya rapi di meja dapur. Aktivitas Senju selesai diikuti dengan bunyi bel, menandakan pria yang menjadi pasangannya malam ini dalam sebuah event telah datang. Gadis berbalut dress hitam itu segera memakai heels yang merupakan milik studio Mitsuya, ia mengatur nafas perlahan-lahan sebelum membuka pintu. Senju melihat pria yang ia kagumi bertahun-tahun lamanya ini menggunakan tuxedo berwarna dongker sedang asik mengotak-atik ponselnya. Pandangan Mitsuya beralih pada sosok yang ada dihadapannya, ia memandangi Senju mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sosok yang dipandangi itu mengalihkan pandangannya sendiri kearah lain, berusaha menenangkan detak jantung yang kian berpacu cepat. “Perfect.” Satu ucapan Mitsuya sukses membuat Senju memerah dan memandangi pria didepannya. Mitsuya tersenyum manis dan memperpendek jarak mereka. Senju bisa mencium aroma citrus khas milik laki-laki memenuhi indera penciumannya. Senju merasakan hawa disekitarnya menjadi saat bibir laki-laki itu mengecup pipi kanannya, lalu berpindah ke pipi kirinya. Jika diibaratkan sebatang cokelat, saat ini Senju sudah pasti meleleh. Gadis itu terpaku dengan posisinya, Mitsuya masih dalam keadaan jarak yang sangat dekat dengannya. Pandangan Senju tertuju pada bibir tipis merah muda pria didepannya ini, berkali-kali Senju ingin mengedip untuk membuang pikiran kotornya saat ini. “Nanti pas di acara, semua orang akan melakukan apa yang barusan gue lakuin. Jadi gue ga mau keduluan, hati-hati, ya.” Ucapan Mitsuya kali ini menyadari Senju dari lamunan kotornya. “Ya-ya iyalah, dikira siapa yang duluan tinggal di nyc.” Senju menghindari Mitsuya dan mengambil langkah untuk pergi terlebih dahulu untuk menormalkan detak jantung dan wajahnya yang panas. “Tunggu, kok buru-buru? Eh hati-hati.” Ujar Mitsuya mengejar langkah Senju yang tiba-tiba kehilangan keseimbangan. Mitsuya memegang pergelangan tangan Senju dan beberapa menit kemudian berpindah menggenggam tangan kanan mungil milik gadis itu. “Heels ini 8.5 cm, ga enak loh kalau terkilir.” Mitsuya menyamakan langkahnya dengan Senju tanpa tau kalau gadis disebelahnya ini mati-matian mengatur nafas. _

written by inupiei ...

Senju menatap bayangannya yang terpantul di cermin. Gadis itu sangat kagum dengan dirinya sendiri yang memutuskan untuk memilih dress yang ia kenakan sekarang. Dia sempat bingung bagaimana menata rambut sebahu miliknya ini, alhasil dia memilih untuk diikat sanggul dan membiarkan poninya jatuh terurai. Senju membereskan barang-barangnya agar tidak tercecer saat pergi meninggalkan ruangan hotel. Gadis itu menyiapkan beberapa kotak seukuran 10x15 cm yang sudah dia ikat dengan tali dan meletakkannya rapi di meja dapur. Aktivitas Senju selesai diikuti dengan bunyi bel, menandakan pria yang menjadi pasangannya malam ini dalam sebuah event telah datang. Gadis berbalut dress hitam itu segera memakai heels yang merupakan milik studio Mitsuya, ia mengatur nafas perlahan-lahan sebelum membuka pintu. Senju melihat pria yang ia kagumi bertahun-tahun lamanya ini menggunakan tuxedo berwarna dongker sedang asik mengotak-atik ponselnya. Pandangan Mitsuya beralih pada sosok yang ada dihadapannya, ia memandangi Senju mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sosok yang dipandangi itu mengalihkan pandangannya sendiri kearah lain, berusaha menenangkan detak jantung yang kian berpacu cepat. “Perfect.” Satu ucapan Mitsuya sukses membuat Senju memerah dan memandangi pria didepannya. Mitsuya tersenyum manis dan memperpendek jarak mereka. Senju bisa mencium aroma citrus khas milik laki-laki memenuhi indera penciumannya. Senju merasakan hawa disekitarnya menjadi saat bibir laki-laki itu mengecup pipi kanannya, lalu berpindah ke pipi kirinya. Jika diibaratkan sebatang cokelat, saat ini Senju sudah pasti meleleh. Gadis itu terpaku dengan posisinya, Mitsuya masih dalam keadaan jarak yang sangat dekat dengannya. Pandangan Senju tertuju pada bibir tipis merah muda pria didepannya ini, berkali-kali Senju ingin mengedip untuk membuang pikiran kotornya saat ini. “Nanti pas di acara, semua orang akan melakukan apa yang barusan gue lakuin. Jadi gue ga mau keduluan, hati-hati, ya.” Ucapan Mitsuya kali ini menyadari Senju dari lamunan kotornya. “Ya-ya iyalah, dikira siapa yang duluan tinggal di nyc.” Senju menghindari Mitsuya dan mengambil langkah untuk pergi terlebih dahulu untuk menormalkan detak jantung dan wajahnya yang panas. “Tunggu, kok buru-buru? Eh hati-hati.” Ujar Mitsuya mengejar langkah Senju yang tiba-tiba kehilangan keseimbangan. Mitsuya memegang pergelangan tangan Senju dan beberapa menit kemudian berpindah menggenggam tangan kanan mungil milik gadis itu. “Heels ini 8.5 cm, ga enak loh kalau terkilir.” Mitsuya menyamakan langkahnya dengan Senju tanpa tau kalau gadis disebelahnya ini mati-matian mengatur nafas. _

written by inupiei ...

Kicauan burung cemara membuat Gadis yang berbalut seperti ulat kepompong itu membuka matanya sedikit demi sedikit, fajar pagi sudah menyongsong sedikit tinggi dan sipemilik mnik hijau tosca itu masih enggan untuk segera bangun. “Sekarang jam berapa?” Gumamnya dengan suara yang sangat serak, sepertinya gadis ini ingin meneguk habis satu liter air mineral. Senju tersadar saat ia tak mendapati Mitsuya di dalam tenda, dia mencoba untuk keluar dari sleeping bag yang sepenuhnya menutupi tubuh dan sangat membuat nafasnya sesak, walaupun benda ini menyisakan hidung, mata dan sebagian wajahnya tidak tertutup. Sepertinya Senju kewalahan mencari resleting untuk mengeluarkan dirinya dari sleeping bag. “For fuck's sake. Ini yang gue malesin pake beginian.” Celoteh Senju sukses menggambarkan mood paginya sangat buruk. Ia tidak tau lagi harus bagaimana saat puncak kekesalannya benar-benar sudah memuncak. Salah satu tangannya mulai terulur keluar untuk membuka pengait tenda. Senju melihat Mitsuya yang membelakangi tenda sedang asik dengan gawainya dan duduk bersandar di kursi lipat yang ia bawa dengan secangkir kopi digenggamannya. “Mitsuya.. you really are a morning person, aren't you?” Ucapan Senju membuat Mitsuya menoleh kearah sumber suara. “Siang Senju.” Senju sedikit kebingungan dengan greeting yang barusan Mitsuya katakan. “Siang?” Gumam Senju membalas ucapan Mitsuya. “Iya, siang Senju.” “Ga gitu. Ini tuh siang, siang??” Mitsuya mengangguk menjawab pertanyaan Senju. Gadis itu kebingungan dengan penampilan seperti ulat bulu. “Lo kenapa?” Mitsuya menyadari tingkah Senju yang tak kian keluar dari sleeping bag. “Can you help me please? Gue ga nemu resletingnya.” Senju memberikan Mitsuya senyuman lebar yang dipaksa untuk menutupi wajah malunya. Mitsuya tertawa pelan dan melangkah menuju tenda untuk membantu Senju keluar dari sarangnya. Pria itu tak sepenuhnya masuk ke dalam tenda, karena posisi Senju yang mudah dijangkau. Ia hanya berjongkok dari luar dan menjulurkan tangannya untuk membantu Senju. “Yakin ga lo makan resletingnya?” Ujar Mitsuya yang cukup kebingungan karena tidak menemui benda yang ia cari. Senju menggeleng dengan serius dan ikut membuntuti kemana arah tangan Mitsuya tertuju. “Coba disini.” Saran Senju mengisyaratkan dibagian bawah dagunya. “Ada ga, Mit? Gerah banget gue- woah.” Celoteh Senju terpotong saat Mitsuya menganggkat tubuh mungilnya yang semula tidur menelentang menjadi duduk bersimpuh menghadap pria itu. Senju bisa melihat dengan jelas wajah Mitsuya yang hanya berjarak 5 cm di depan wajahnya. Sedetik kemudian Mitsuya sadar dengan tatapan Senju, pria itu balik menatap gadis berbungkus seperti ulat didepannya ini dengan diam. Mitsuya menyentuh kantong mata Senju yang terlihat membengkak, tangan pria itu turun perlahan dan mengelus lembut tengkuk Senju. Senju sedikit merinding saat tangan Mitsuya mengenai belakang daun telinganya. Sedetik kemudian Mitsuya menarik resleting yang sedari tadi bersembunyi di belakang bahu kiri Senju. Iatidak mengalihkan pandangannya pada pemuda di depannya ini. Mitsuya segera membuka sleeping bag yang membungkus kepala Senju dan membuat gadis itu tersadar dengan pikirannya. _

written by inupiei ...

Senju memasuki toilet berukuran 3x4 m yang berjarak 8 meter dari tendanya. Dia terisak bukan main setelah memilih untuk pergi ketoilet dengan terburu-buru. Berkali-kali gadis itu menelan tangis saat mendengar dengan detail isi hati seorang pria yang dia sukai dalam diam selama 8 tahun. Cinta satu pihak memang tidak semudah itu, tapi bukan Senju namanya jika menyerah begitu saja. “Gue hanya ingin lo melangkah maju, Mitsuya. Gue ga peduli dengan perasaan yang gue rasa, gue hanya ingin lo bahagia.” Senju berbicara sendiri dengan suara serak miliknya. Kedua tangannya menyeka air mata yang tak kian berhenti mengalir, Senju memutuskan untuk menyalakan wastafel dan membersihkan wajahnya, berharap tangisan itu ikut mengalir dengan aliran air yang membasahi wajahnya. Ia mencoba berpegangan pada knop pintu toilet saat meyakinkan bahwa dia harus segera kembali. Malam semakin pekat saat ia kembali ke tenda, kerumunan siswa SMA itu sudah mulai berkurang, saat ini mereka sedang akustik dan bernyanyi bersama. What a good life, batin Senju. Senju membuka pengait tenda untuk masuk dan beristirahat. Tenda ini cukup menampung 2 orang untuk beristirahat di dalamnya. Ia melihat Mitsuya sudah terlelap menghadap kearahnya, lebih tepatnya kearah akses keluar-masuk tenda. Satu-satunya posisi tidur untuk Senju adalah dibelakang Mitsuya. Senju memakai sleeping bag dengan pelan agar tidak mengganggu pemuda yang terlelap damai di sampingnya itu. Dia hanya memakai sleeping bag sampai perut, Senju tidak terlalu suka menggulungi kepalanya dengan benda ini, Mitsuya juga melakukan hal yang sama. Dia ingin sekali tidur, tapi beberapa pesan dari ponselnya membuat Senju mengalihkan pandangannya. “Oh ya soal reuni, lupa ngasih tau.” Dia mengabaikan beberapa pesan yang masuk itu dan memilih untuk segera tidur, dengan posisi membelakangi Mitsuya. Senju mulai memejamkan matanya. “Senju.” Suara Mitsuya terdengar sangat kecil, tapi sang pemilik nama yang belum benar-benar tertidur pulas itu menyaut. “Hmm kenapa?” “Can i use someone to forget someone?” Awalnya Senju kira Mitsuya sedang menggigau, tapi pria itu membalikkan tubuhnya untuk menghadap punggung Senju. Gadis itu bisa merasakan hembusan nafas Mitsuya mengenai lehernya. “If it makes you happy, do it.” Beberapa menit kemudian Senju mulai memejamkan mata saat Mitsuya tidak menanggapi kalimatnya, sepertinya pria itu sudah mulai menemui mimpinya. Malam ini akan terasa sangat panjang untuk Senju yang berusaha untuk tertidur dengan hembusan nafas yang kian berat menghembus lehernya. Sebelum malam benar-benar harus berlalu, Senju memutuskan untuk memakai sleeping bag sepenuhnya dan menggulungi badan seperti ulat. _

written by inupiei ...

Hari ini merupakan hari ke-2 Senju di New York. Jam menunjukkan pukul 07.15 a.m, pancaran sinar matahari dari celah gorden memasuki kamar hotelnya. Gadis itu masih enggan bangkit dari kasur empuk yang memanjakan tidurnya, mengingat semalam dia cukup susah untuk tertidur. Senju berfikir bahwa kemarin banyak hal yang terjadi, mulai dari kemunculan Mitsuya hingga Mitsuya yang tiba-tiba memeluknya. Gadis bermanik hijau tosca ini kembali membenamkan wajahnya, sedetik kemudian dia sadar bahwa kemarin Senju menjawab pertanyaan Mitsuya secara tidak langsung dengan penekanan yang cukup serius. “Trus siapa yang lu suka?” “Mitsuya.” Senju benar-benar telah dibuat gila. Gadis ini mulai berani mengambil tindakan sejak di bandara, sebelumnya dia hanya diam dan memperhatikan. Bagaimana bisa dahulu dia menggoda pria yang notebane nya adalah pacar dari sahabatnya sendiri? “Gue kenapa si anjing hahaha.” Senju kembali menenggelamkan wajahnya, kali ini dia menggunakan selimut. Aktivitas gila Senju terhenti saat bel Hotel berbunyi 2 kali, “Cleaning service?” batinnya. Dengan langkah sempoyongan karena hanya tidur 2 jam dan rambut acakan seperti singa betina. Senju menyambar kemeja kebesaran miliknya dan memakaikan pada tubuh yang hanya dibaluti tanktop putih dan celana hotpans. Bel kembali berbunyi, kali ini Senju bersiap membuka dengan malas. Mata gadis itu membesar saat yang ia temui bukan cleaning service, tapi seorang pria yang memenuhi otaknya semalaman sedang menjinjing dua kantong belajaan, sepertinya pria itu baru saja dari Supermarket. “Mit.. Mitsuya?” Senju tidak berekspektasi hal semacam ini akan terjadi. “Masih tidur ya? Sorry gue ganggu, lo bisa lanjut tidur lagi. Gue baru inget karna kemarin lo ga beli makanan untuk distok, jadi ini sekalian gue beli serta mau mampir pengen kopi. Hehehe..” Mitsuya sempat memperhatikan gadis singa kecil yang kebingungan didepannya ini cukup lama sebelum menerobos masuk. Senju diam masih tidak menyangka siapa yang datang pagi-pagi menyambut dia yang masih kusut bangun tidur. “Ngomong-ngomong, ini pemandangan baru seorang Senju Akashi.” Mitsuya tersenyum saat melihat Senju yang salah tingkah. Gadis itu buru-buru menghilang dari pandangan Mitsuya untuk menunju ke kamar mandi. .. Senju keluar dari kamar mandi dengan t-shirt oversized dan celana training. Dia menciumi aroma sedap yang membuat cacing diperutnya memulai konser. Gadis itu segera menuju dapur dan mendapati Mitsuya yang sedang asik dengan masakannya. Gadis bermanik hijau tosca ini mengencangkan balutan handuk di kepalanya sebelum duduk memperhatikan kefokusan Mitsuya. Senju bertopang dagu menikmati pemandangan yang sangat tidak ingin dia lupakan ini, lelaki itu sama sekali tidak menyadari kehadiran Senju. “Dia suka ga ya dengan banyak daun bawang? Hmm.. atau ditambahi dengan seledri aja? No no, the impression is very classic. Is it in-” Celoteh riang Mitsuya terhenti daat pria itu menyadari kehadiran Senju saat ia ingin merogoh sesuatu dikantong belanjaan. Senju tersenyum lebar melihat ekspresi yang digambarkan Mitsuya saat ini, “Gue ga pernah milih-milih soal makanan, so.. do as you please, Sir.” Senju kembali menumpukan tangan diwajahnya, pemuda dihadapannya hanya tersenyum kikuk berusaha menyembunyikan wajah malu dalam-dalam. “What's our plan today?” Mitsuya melanjutkan aktivitas memasaknya dengan melontarkan pertanyaan untuk mencairkan atmosfir malu yang ia ciptakan. “Lo ga kerja?” Senju mengambil ponsel miliknya dan memotret aktivitas yang dilakukan pria didepannya ini. “Gue ambil cuti 2 hari.” ujar pria bermanik ungu yang sedang lihai memotong daun bawang. “Kok bisa?” balas Senju yang membagi fokusnya pada gawai yang ia pegang. “I deserve it, karena 3 bulan kerja gue belum pernah ambil cuti. So.. dibolehin senior gue.” Senju mengangguk mendengar penjelasan Mitsuya. “Kita camp di pemukiman ya, sekitar 1,5 jam dari sini. Disana bisa mancing ikan dan pemandangan langit malam yang bagus.” Ujar Senju memperlihatkan detail lokasi dari gawainya pada Mitsuya yang merespon mengangguk. “Bagus tempatnya.” Ujar Mitsuya telah selesai dengan aktivitasnya, pria itu memberikan satu porsi hasil usahanya pagi ini untuk Senju. “Righttt??” Mata Senju berbinar saat yang dihidangkan Mitsuya adalah salah satu yang sering Mikey dan teman-teman pria yang lainnya sering bicarakan, Soto Padang. _

written by inupiei ...

Dua sejoli itu keluar dari kedai Ramen menyusuri jalan setapak Midtown dengan ekspresi kekenyangan. Kedai ramen yang sekitaran 3 blok dari Kafe Wakasa memang menyediakan porsi ramen yang sangat banyak, walaupun dengan hidangan setengah rasanya masih terlalu banyak. “Ownernya emosi atau apa ya itu kok porsinya banyak banget.” Mitsuya mengusap perutnya yang benar-benar sudah penuh. “Hahaha tapi habis juga kan?” Senju membalas ucapan Mitsuya dengan berjalan disampingnya. “Iya laper soalnya.” Mereka berdua tertawa cukup lama mengingat bagaimana Senju yang lahap tanpa kewalahan menghabisi ramen, Mitsuya yang bersusah payah menghabisi ramen disusuli dengan air putih. Senju cuma badannya saja yang kecil, persoalan porsi makan, Mitsuya kalah. Mereka memilih jalan kaki dari lokasi ramen ke hotel Senju, memang tidak begitu jauh tapi cukuo memakan waktu 15-18 menit. “Nju.” ucap Mitsuya dibalas gumaman oleh Senju, ia berusaha mengiringi langkah kaki Senju. “Mikey atau Cipuy?” Pertanyaan Mitsuya membuat Senju melemparkan wajah dengan kening berkerut. “Mulaiii.” ujar Senju saat tau pembicaraan Mitsuya mengarah kemana. “Gue cuma kepo, gpp kalau lu ga mau jawab.” Pria yang berpakaian kaus hitam ini mengambil arah di sisi kiri Senju, menjaga agar gadis itu tidak sembarangan disenggol orang yang tengah lalu lalang. “Menurut lu, tulusan siapa?” Jawaban Senju diluar dugaan Mitsuya. “Ga tau sih, lo yang lebih lama kenal mereka bukan?” Mitsuya berjalan sedikit agak merapat ke sisi Senju, membuat bahu mereka saling bergesekan. “Jujur, gue ga punya perasaan pada mereka berdua.” Senju membuat kejelasan pada tiap kalimatnya. Mitsuya merespon dengan mata membulat, pria itu sedikit berkedip dan tidak percaya dengan pernyataan Senju. “Gue kira lo demennya Mikey.” Senju menggeleng. “Trus siapa?” Mitsuya melontarkan kalimat dengan memiringkan sedikit kepalanya untuk menatap Senju. Mitsuya bisa melihat wajah memerah Senju walaupun diterangi lampu remang-remang malam. “Mitsuya.” Alis pria yang namanya disebutkan itu sedikit naik dengan menggambarkan ekspresi kebingungan. “Mitsuya, have you forgotten her?” kali ini Senju menirukan Mitsuya, memiringkan kepala menatap wajah pria itu. “Jawaban gue belum lo jawab.” Senju merespon dengan kedua bahu dinaikkan. “Gue masih mencoba, hanyasaja.. tiap kali gue tidur, gue sering menyesal. Kenapa gue ga jadi beli ketoprak, kenapa harus ke studio dan mabuk?” Senju membiarkan pria ini jalan selanglah lebih dulu darinya. Gadis bersurai hitam ini bisa melihat ekspresi pahit dari pria yang sudah 3 bulan lamanya tidak ia temui. “Gue salah karena berfikir PTSD yang Yuzu derita udah sembuh dan merasa ga peduli sama alasan dia untuk berpaling.” Mitsuya menghembuskan nafas kasar. Mereka memilih berhenti disekitar taman bermain dekat hotel Midstars. “Sebenarnya semuanya ga gerlalu gue pikirin, cuma guenya aja. Gue nya yang salah, untuk ga selalu ada, untuk ga pernah memahami-” “Aww !” Ucapan Mitsuya terpotong saat menyadari Senju tergelincir saat mencoba menuruni seluncuran. “Eh lu gapapa?” Mitsuya segera menghampiri Senju dengan menaiki seluncuran dari arah depan, kali ini giliran Mitsuya yang tergelincir saat menaikinya. “Lo naik dari belakang dong, udah jelas licin kalo naik dari depan.” Senju tertawa, untung wajah Mitsuya tidak mencium seluncuran dengan mesra. “Hahahah habisnya gue kira lo gabisa turun?” Mitsuya berdiri di bawah seluncuran. “Bisalah, cuma tadi grogi aja.” “Lo coba duduk deh turunnya, kalo berdiri ya ntar nyium tanah, mau?” Celoteh Mitsuya dibalas gelengan oleh Senju. “Kotor anjir.” Gadis itu sudah siap untuk meluncur, dia mengambangkan kedua tangannya untuk membuat keseimbangan agar tidak jatuh kalau mendarat dengan gaya berdiri. Mitsuya dengan polosnya tetap berdiri di ujung seluncuran. “Ups.” Dia menangkap Senju dengan mengalungkan dua tangannya dipinggang gadis yang saat ini menempel di dadanya dan sedang menahan detak jantung kian berpacu lebih kencang agar untuk tidak mati saat ini. _

written by inupiei ...

Jam menunjukkan pukul 8.33 p.m, lantunan musik akustik kian meramaikan kafe Wakasa dijam-jam malam. Midtown dikenal sebagai salah satu district di Kota Manhattan yang paling elite setelah Time Square, jadi tidak heran kalau district ini juga dijuluki the city that never sleeps. “Bang Waka, kafe lu 24 jam?” Senju ikut membantu Wakasa dibagian dapur. “Jam 10 tutup.” Senju membalas respon pria yang sibuk dengan adonan creamnya dengan anggukan. Sesekali Senju melihat kearah Mitsuya, pria itu sedang fokus dengan laptop dan beberapa note kecil yang dia genggam. Kelihatanya Mitsuya sedang merancang beberapa motif-motif tambahan baru untuk dress peluncuran pertamanya akhir tahun ini. Kata Mitsuya, kalau ia berhasil membuat 45% investor meletakkan ketertarikan pada dress pertamanya disini, ia akan dijadikan karyawan tetap. Senju tidak tahu harus senang atau sedih. Kalau Mitsuya berhasil, apakah mereka akan selalu dipisahkan dengan jarak? Disisi lain Senju juga ingin Mitsuya sukses dikarirnya. “Lo samperin gih. Bentar lagi kerjaan gue kelar, jan dipaksain bantuin gue. Tujuan lo kesini kan buat ketemu Mitsuya.” Senju yang mendengar ucapan Waka langsung berfikir, hebat juga pria dengan status satu istri ini, sedari dulu dia yang paling benar menebak isi fikiran Senju. “Lo jangan emberin ke Bang Omi, ya. Ga enak gue.” Sekeras apapun Senju menyembunyikan perasaannya, ia lebih takut dengan mulut Wakasa, ember. “Gue tebak teman-teman lo ga tau?” Pertanyaan Wakasa dijawab anggukan oleh Senju yang sedang membuka celemek. “Kenapa?” “Mantan Mitsuya temen gue, Bang.” Senju membersihkan sisa-sisa adonan di tangannya. “Masalahnya dimana?” Wakasa menyalakan mixer untuk adonan terakhir malam ini. “Gue ngecrush Mitsuya jauh sebelum Mitsuya ngenalin ke gue dan teman-teman tentang Yuzuha.” Senju sudah selesai dengan acara bersih-bersihnya. “Menurut gue itu bukan penghalang, apalagi sekarang udah status mantan. What are you waiting for?” Celotehan Wakasa dibalas Senju dengan anggukan, “Menurut lo, gue bisa ga ya? Gue jauh banget loh dari cewe yang tadi siang muncul.” Senju tersenyum pahit. “You is you. Be yourself. Lo ga seburuk itu dibandingkan wanita-wanita yang lain. Cheers my princess.” Ucapan Waka kali ini benar-benar membuat tawa Senju pecah. “Gue pamit, ya. Jangan bosan besok gue mampir lagi. Makasih banyak bang.” Senju melangkah pergi meninggalkan Wakasa yang membetuk jari oke kearahnya.

“Hey.” Senju memilih duduk dihadapan Mitsuya yang masih sibuk dengan gambaran kecilnya. Pria itu menaikkan gagang kacamata yang sedikit menurun. “Heii. Udah selesai?” Mitsuya membuka kacamata. “Bukannya gue yang harus nanya gitu?” Senju tersenyum melihat kebingungan Mitsuya, sepertinya pria itu benar-benar sangat fokus sedari tadi. “Hahaha.. i'm sorry, cuma ga tau aja mau ngapain jadi gue ngerjain ini.” Pria itu meneguk habis jus yang sejak siang tadi Senju buat. “Mau air putih? Atau air hangat kuku?” Tatap Senju berhasil membuat Mitsuya sedikit tertawa. “Please, air hangat kuku.” Respon Mitsuya dibalas anggukan oleh Senju, gadis dengan bennie abu-abu yang bertengger di kepalanya itu segera mengambilkan segelas air putih. “Thank you.” Mitsuya meneguk habis air pemberian Senju. Pria itu kembali tersenyum sambil melihat kearah Senju. “Lo kenapa sih? Ada yang aneh di gue?” Senju menunduk menyembunyikan wajah memerahnya. “Engga.. haha cuma, lo lucu aja serba kalem gini kalo sama gue.” Mitsuya membereskan perlengkapannya. “Emang gue seheboh itu ya?” “Engga juga. Anyway, going home? Or going somewhere?” Mitsuya sudah selesai dengan acara beres-beresnya. “Lo lapar ga Mitsuya?” ucapan Senju dibalas anggukan oleh Mitsuya, “Lumayan.” “Gue tau ramen yang enak disekitar sini.” Senju ikut berdiri saat Mitsuya memilih untuk segera bangkit dari kursinya. “Let's go Senjo!” Mitsuya mengalungkan tangannya keleher Senju. “Senjo Senjo.” Balas Senju dengan menepis tangan Mitsuya, gadis itu merasa tidak baik untuk jantungnya jika hal itu terus berlanjut. _

written by inupiei ..

Nuansa modern cafe Wakasa yang betingkat 2 ini, memiliki 5-7 karyawan per-harinya, menjadi sasaran utama para pekerja kantoran sekitaran midtown untuk mengambil istirahat siang. Wakasa, pria bersurai pirang dengan mata ungu ini merupakan sahabat Takeomi sejak SMP, sudah sering berkunjung ke rumah hingga Senju mengenal pria ini sedikit lebih banyak. Wakasa memutuskan mendirikan Cafe di NYC saat tahun ketiga ia di SMA. Pria berstatus satu istri ini memutuskan ikut bersama sang Ayah ke NYC setalah sidang perceraian kedua orang tuanya selesai dan meninggalkan masa remajanya di Kota Manji. Pukul menunjukkan jam 3.25 siang, Senju masih sibuk dengan adonan kue yang sedang dia buat dengan serius. “Ngomong-ngomong, alasan lu ke NYC kenapa?” Wakasa berandar pada meja kaku disebelah Senju, memperhatikan gerak serius tangan gadis itu mengolah adonan. “Kangen aja.” “Kangen gue?” ucapan Wakasa dibalas Senju dengan lemparan tepung. Pria itu berhasil mengelak. “Pengen refresing, mumet otak gue di Manji terus.” Senju mengambil cetakan kue yang sudah ia lumuri dengan tepung. “Jauh banget refresingnya? Udah 4 tahunan loh lo ga kesini. Kenapa tiba-tiba?” ucapan Wakasa tiba-tiba terhenti saat bel pintu Cafe berbunyi, seseorang datang mengunjungi Cafe. Mereka berdua sama-sama mengalihkan pandangan ke arah pintu. Mitsuya datang dengan stelan pakaian baru, sepertinya pria bermanik lilac ini mengunjungi apartemennya terlebih dahulu untuk membersihkan diri, buktinya dia tidak sekusut yang Senju lihat saat di bandara beberapa jam yang lalu. Mitsuya menyadari kehadiran Senju setelah dia mengambil posisi duduk dekat jendela, sedikit jauh dari posisi Senju sekarang. Pria itu tersenyum dan Senju masih belum melepaskan pandangannya. “Dia kelihatan bugar sekarang..” gumam Senju. “Hah?” Wakasa mendengar dengan sangat jelas ucapan Senju. Senju yang tersadar langsung melanjutkan aktivitasnya. “Gih sono.” Wakasa tertawa pelan dan mencoba mengambil alih pekerjaan yang dilakukan Senju. “Gue agak berantakan ga sih..” Senju membiarkan Wakasa melanjutkan pekerjaannya. “Hahaha engga. Cermin dulu gih, tuh ada.” Wakasa menunjuk sudut ruangan. Tiba-tiba Senju terhenti, “Gue kenapa ya hahah.” ocehan Senju berhasil membuat tawa Wakasa pecah. “Susah ya bilangnya? Itu aja dah coba.” Wakasa seperti paham dengan pemikiran gadis kecil yang sudah dia anggap sebagai adik sendiri. “Maksud lo gue akustikan?” Senju menangkap maksud Wakasa, pria yang sibuk menyusun kue yang sudah dicetak kedalam loyang ini megangguk merespon pertanyaan Senju. “Kan belum jam akustikan?” Senju menatap Wakasa dengan mata berharap pria itu memberi saran yang lain. “Lo bosnya sekarang.” Wakasa memutar tubuh Senju mengisyaratkan untuk segera pergi. Senju melangkah pergi dengan membawa nampan berisi jus guava dan beberapa soft cookies yang dia buat sedari tadi untuk Mitsuya. “Senju kecil sekarang udah gede. Bener kan gue ga pernah salah, lo suka Mitsuya. Hahahah.” Wakasa ngomong sendiri sambil menyalakan oven. _

written by inupiei ...

Senju menarik koper abu-abu miliknya keluar bandara, tujuan utamanya ia ingin memakan sesuatu yang manis untuk meredakan lapar. “Donat aja kali ya?” gumam Senju saat melihat gerai donat disekitaran bandara. Langkah Senju terhenti saat seseorang menarik kopernya dari belakang. “Welcome in New York.” Orang itu tersenyum dengan mata menyipit, menyembunyikan kantong mata yang sedikit menghitam. Senju terdiam saat mengetahui keberadaan pria itu tepat dibelakangnya, Mitsuya. “Oh lo dateng?” Senju menunduk menyembunyikan wajah memerah bercampur senang miliknya, akhirnya dia bertemu dengan pria yang menjadi satu-satunya alasan Senju kesini. “Iya gue dateng lah, masa engga?” Mitsuya menarik koper Senju dan berjalan kearahnya sambil mengacak-acak rambut Senju. Senju menatap Mitsuya sedikit lama dan berusaha mengabsen satu persatu dari wajah Mitsuya, pria itu banyak berubah, terutama penampilannya yang sedikit kusut. “Lo tidur ga sih?” Senju berjalan duluan menuju gerai donat. “Engga, gue nyelesain finishing dress untuk event akhir pekan.” Mitsuya menyamakan langkah dengan Senju. “Kok sempet kesini? Gue bisa sendiri loh, kan jadi repot.” Senju kembali jalan lebih cepat mendahului Mitsuya, dia gugup. “Justru itu, gue begadang buat nyelesain.” Kali ini Senju yang menyamakan langkahnya dengan Mitsuya, gadis itu terkejut dengan ucapan pria yang menarik kopernya ini. Senju natap Mitsuya dekat, “Kan gue bikin repot lo.” Senju benar-benar menatap pria yang 16cm lebih tinggi darinya itu dalam-dalam. Mitsuya bekedip dan tertawa, “Itu pilihan gue.” “Lu mau donat? Biar gue yang ngantri.” Pria bersurai hitam-lilac itu segera melangkah meninggalkan Senju dan memasuki barisan antrian. “Ga usah, langsung ke hotel gue aja.” Senju menahan Mitsuya. “Trus donat?” “Nanti aja.” .. “Nah ini kamar hotel lo, 716.” Mitsuya membuka ruangan bernuansa putih dengan perpaduan coklat muda itu. Dia menarik koper Senju untuk masuk dan membuka tirai jendela. “Ga harus hotel semewah ini.. anyway thank you Mitsuya.” Senju mengekor dibelakang Mitsuya. “Di sekitar midtown ga ada hotel yang biasa aja, nju.” Mitsuya merebahkan dirinya di sofa. “Mitsuya. Gue bawa gilingan kopi yang gue siapin semalam, lo mau?” Mitsuya yang sedang memejamkan mata langsung melirik kearah Senju, “Yes please.” kali ini Mitsuya tersenyum dengan wajah yang benar-benar mengantuk. Gadis bersurai hitam itu segera membuka jeket parasut yang sedari tadi ia gunakan, mulai mencari kopi yang sudah dia haluskan dengan tujuan memang untuk Mitsuya. Semalam dia menghaluskan kopi itu dengan perasaan tidak sabar akan menemui pria yang sudah dia sukai sejak berumur 15 tahun, sekarang dirinya berumur 23 tahun. “Seriously..” gumam Senju dengan nafas berat saat lupa dimana dia meletakkan benda itu. “Got you.” Mata senju berbinar senang saat menemukan benda itu di tas ranselnya. Dia segera memanaskan air dan menyusun satu persatu barang bawaannya di perapian. Dua cangkir kopi panas miliknya sudah diap untuk diminum. Senju terdiam saat melihat pemandangan Mitsuya yang terlelap disofa dengan tumpuan siku kanannya. Gadis itu segera meletakkan 2 cangkir kopi di meja dan tersenyum lebar saat dia duduk diam memperhatiakn Mitsuya yang tertidur pulas diseberangnya. Senyuman Senju sedikit memudar saat dia kembali mengabsen satu persatu keindahan yang terukir di wajah pria yang berhasil membuatnya gila 8 tahun terakhir ini. Senju mendekat kearah Mitsuya, detak jantung miliknya kian berpacu sangat cepat. Kantong mata yang menghitam, kumis yang sedikit muncul membuat pemandangan baru bagi seorang Mitsuya, rambut acakan yang memperlihatkan bahwa pria ini tidak ada waktu untuk mengurus dirinya sendiri dan terakhir bibir yang kering berwarna gelap. “Do you smoke?” tanpa sadar tangan Senju mengusap pelan sudut bibir Mitsuya. “You're hurt that much, aren't you?” ujar Senju dengan suara yang nyaris tidak terdengar. Gadis itu segera berdiri dan menghabiskan secangkir kopi miliknya, dia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badan dan meninggalkan Mitsuya yang sempat membuka mata melihat kepergian Senju. _