written by inupiei ..

Nuansa modern cafe Wakasa yang betingkat 2 ini, memiliki 5-7 karyawan per-harinya, menjadi sasaran utama para pekerja kantoran sekitaran midtown untuk mengambil istirahat siang. Wakasa, pria bersurai pirang dengan mata ungu ini merupakan sahabat Takeomi sejak SMP, sudah sering berkunjung ke rumah hingga Senju mengenal pria ini sedikit lebih banyak. Wakasa memutuskan mendirikan Cafe di NYC saat tahun ketiga ia di SMA. Pria berstatus satu istri ini memutuskan ikut bersama sang Ayah ke NYC setalah sidang perceraian kedua orang tuanya selesai dan meninggalkan masa remajanya di Kota Manji. Pukul menunjukkan jam 3.25 siang, Senju masih sibuk dengan adonan kue yang sedang dia buat dengan serius. “Ngomong-ngomong, alasan lu ke NYC kenapa?” Wakasa berandar pada meja kaku disebelah Senju, memperhatikan gerak serius tangan gadis itu mengolah adonan. “Kangen aja.” “Kangen gue?” ucapan Wakasa dibalas Senju dengan lemparan tepung. Pria itu berhasil mengelak. “Pengen refresing, mumet otak gue di Manji terus.” Senju mengambil cetakan kue yang sudah ia lumuri dengan tepung. “Jauh banget refresingnya? Udah 4 tahunan loh lo ga kesini. Kenapa tiba-tiba?” ucapan Wakasa tiba-tiba terhenti saat bel pintu Cafe berbunyi, seseorang datang mengunjungi Cafe. Mereka berdua sama-sama mengalihkan pandangan ke arah pintu. Mitsuya datang dengan stelan pakaian baru, sepertinya pria bermanik lilac ini mengunjungi apartemennya terlebih dahulu untuk membersihkan diri, buktinya dia tidak sekusut yang Senju lihat saat di bandara beberapa jam yang lalu. Mitsuya menyadari kehadiran Senju setelah dia mengambil posisi duduk dekat jendela, sedikit jauh dari posisi Senju sekarang. Pria itu tersenyum dan Senju masih belum melepaskan pandangannya. “Dia kelihatan bugar sekarang..” gumam Senju. “Hah?” Wakasa mendengar dengan sangat jelas ucapan Senju. Senju yang tersadar langsung melanjutkan aktivitasnya. “Gih sono.” Wakasa tertawa pelan dan mencoba mengambil alih pekerjaan yang dilakukan Senju. “Gue agak berantakan ga sih..” Senju membiarkan Wakasa melanjutkan pekerjaannya. “Hahaha engga. Cermin dulu gih, tuh ada.” Wakasa menunjuk sudut ruangan. Tiba-tiba Senju terhenti, “Gue kenapa ya hahah.” ocehan Senju berhasil membuat tawa Wakasa pecah. “Susah ya bilangnya? Itu aja dah coba.” Wakasa seperti paham dengan pemikiran gadis kecil yang sudah dia anggap sebagai adik sendiri. “Maksud lo gue akustikan?” Senju menangkap maksud Wakasa, pria yang sibuk menyusun kue yang sudah dicetak kedalam loyang ini megangguk merespon pertanyaan Senju. “Kan belum jam akustikan?” Senju menatap Wakasa dengan mata berharap pria itu memberi saran yang lain. “Lo bosnya sekarang.” Wakasa memutar tubuh Senju mengisyaratkan untuk segera pergi. Senju melangkah pergi dengan membawa nampan berisi jus guava dan beberapa soft cookies yang dia buat sedari tadi untuk Mitsuya. “Senju kecil sekarang udah gede. Bener kan gue ga pernah salah, lo suka Mitsuya. Hahahah.” Wakasa ngomong sendiri sambil menyalakan oven. _