written by inupiei
..
Pria bersurai pirang itu mulai merapikan stelan jas dan dasinya setelah memarkirkan mobil di basmentㅡgedung apartement Senju dengan bekas luka yang mengukir seperempat wajahnya menjadi ketertarikan sendiri untuk pria itu, Inui Seishu.
Inupi menggenggam sebuah buket bunga baby breath yang susah payah ia pilih tadi di toko bunga. Pria itu bingung menentukan bunga yang cocok untuk wanita yang belum sepenuhnya ia kenal.
Akashi Senju, gadis mungil dengan mata berwarna hijau tosca yang memiliki kafe beberapa belokan dari RS tempat Inupi bekerja, kafe yang sudah ia naungi sejak tamat SMA itu menjadi salah satu tempat Inupi mampir saat istirahat dari jam kerjanya sebagai dokter spesialis jantung. Inupi awalnya tidak begitu tertarik dengan kafe ala kekinian, menurut dia kopi dari kantin RS sudah lebih dari cukup.
Saat pernikahan kakaknya bersama Shinichiro, gadis bersurai hitam nan mungil itu sedikit mencuri perhatiannya. Setahu Inupi, gadis itu memiliki rambut berwarna silver mencolok semasa SMA dahulu dan memiliki banyak teman laki-laki serta gaya khas yang sangat tomboi. Hingga acara pernikahan itu selesai, Inupi memberanikan diri untuk berbicara pada Senju.
Inupi sering mendengar dari Draken, Koko maupun Kak Akane kalau Senju banyak disukai dikalangan pria, bahkan Inupi sendiri tahu siapa pria yang dimaksud itu. Selagi janur kuning belum melengkung, tidak salah untuk mencoba kan?
Inupi menghela nafas perlahan dengan menekan tombol apartemen Senju, “Iyaaa!” detak jantungnya berdegup kencang saat pemilik apartemen itu merespon. Pintu terbuka dan memperlihatkan Senju dengan surai hitam yang disanggul tinggiㅡ memperlihatkan lehernya, gaun ¾ berwarna coklat dengan balutan sweater diatasnya serta tangan kanan gadis itu memegang sepasang heels.
“Pretty.” Inupi menatap Senju lama dan tersenyum lebar kearah gadis itu. Senju diam menatap Inupi, “Diem lo.” Senju melangkah keluar apartemen, tapi ditahan. “Buat lo.” Pria itu menyodorkan bunga kearah Senju yang melempar tatapan bingung.
“Gue ga tau lo suka bunga apa, jadi gue pilih ini aja.” Lelaki bermanik hijau itu mengusap pelan lehernya. Senju menerima dengan senyuman, “Masalah bunga, gue ga pernah pilih-pilih. Thanks, Sun.” Senju berjalan kedalam apartemen dan meletakkan bunga dimeja ruang tamu. “Ayo.” Senju mengajak Inupi untuk segera menuju lokasi acara.
“Mending lo buka sweaternya.” Inupi berjalan mengiri Senju. “Ga mau, gue ga PD.” Senju menekan tombol lift. “Ntar dressnya rusak loh.” Ucapan Inupi membuat Senju menatap pria itu dalam.
“Lah iya..” Senju keluar dari lift dan langsung menuju apartemen diikuti Inupi.
Senju keluar kamar dengan menunduk malu dan segera meraih tas tangannya. “Diem. Lo diem.” Gadis bersurai sebahu itu jalan mendahului Inupi saat tahu pria itu akan melontarkan beberapa kalimat.
“Cantik banget.” Inupi bergumam sambil mengiringi langkah Senju yang semakin membesar didepannya.
...
“Lo bisa pake heels?”
Ucap Inupi saat mereka telah sampai di kediaman rumah keluarga Senju.
Kakak sulung Senju ㅡTakeomi memilih mengadakan acaranya di rumah keluarga yang berjarak 6 km dari apartemen Senju, alasannya biar persiapan acara disiapkan oleh adik-adiknya.
“Bisa. Cuma gue ga terbiasa.” Senju membuka sneakers miliknya dengan memasang heels pemberian dari Mitsuya. “Lo bisa pegangan kegue.” Inupi langsung turun dari mobil dan membuka pintu untuk Senju.
Senju berpegangan pada lengan tangan pria berambut pirang itu, heels 5 cm hadiah dari Mitsuya ini cukup membuat Senju sedikit kewalahan. “Ga harus lo pake kalo ga bisa.” Inupi menyamakan langkah kakinya dengan Senju yang memegang erat lengan tangan kirinya sebelum memasuki lokasi acara. “Harus gue pake, ini hadiah dari seseorang.” Senju tersenyum memerah saat menjawab pertanyaan satu ini ini.
_
written by inupiei
..
Chifuyu mengurangi kecepatan
motornya saat memasuki pekarangan rumah yang sebagian ditanami bunga seruni dan mawar merah. Pria itu memarkirkan Yamaha XSR 155CC miliknya disebelah skuter abu-abu yang sering dikendarai Senju. Chifuyu menuju pintu masuk dengan membawa kresek hitam, gado-gado titipan Senju.
“Senju, gue Cipuy.” Teriak Chifuyu yang dibalas teriakan juga, “Masuk aja, di dapur!!” Chifuyu membuka pintu dan menuju kearah sumber suara.
Pria bersurai hitam itu menemui Senju yang sedikit kalut dengan mengabsen satu persatu bahan baku untuk persiapan ulang tahun kakak tertuanyaㅡAkashi Takeomi. “Nih gado-gado, makan dulu.” Chifuyu mengambil posisi duduk berseberangan meja dengan Senju. “Iya bentar, gue cek perintilan kecil-kecil dulu. Ntar repot balik-balik toko karna lupa.” Senju menulis satu persatu kebutuhan yang harus dibeli.
“Makan dulu, biar ada tenaga.” Chifuyu membuka bungkus gado-gado dan berjalan kearah Senju, “Aaa- coba.” Senju menatap bingung Chifuyu yang menyuapinya dengan wajah menganga. Tanpa basa-basi, gadis itu langsung melahapnya.
“Lo ga makan?”
“Iya ada tuh buryam, lo dulu aja.” Senju mengangguk mendengar respon Chifuyu dan melahap kembali suapan yang diberikan untuknya.
Senju berkacak pinggang dan menghitung list bahan yang dua catat dinote kecil. “Kayanya udah deh.” Senju duduk di kursi, sebelahan dengan Chifuyu.
Gadis bersurai hitam itu mengangguk berulang kali setelah memastikan list bahannya sudah benar. Dia mengambil sendok yang bertengger diatas gado-gado. “Gue aja.” Chifuyu yang dari tadi memperhatikan Senju, mengambil duluan sendok dan menyodorkan suapan kembali kearah Senju.
“Lo ga makan anjir? Keburu dingin ntar.” Senju kembali melahap tanpa ragu. Chifuyu tersenyum sambil bertopang dagu, “Lo dulu aja.” Senju menggeleng tertawa dan mengambil bubur ayam.
“Aaa-” Senju menirukan gaya Chifuyu. Chifuyu tertawa, “Hahahah lucu banget.” pria itu melahap dengan menyembunyikan wajah memerahnya.
“Senju.”
“Hm?” Senju merespon panggilan Chifuyu setelah memberikan satu suapan kepadanya. “Kenapa kata orang-orang, cowo cewe itu ga bisa temenan?” Chifuyu meneguk setengah air putih yang barusan dia ambil.
“Kita aja bisa?” Senju ikutan meneguk habis minuman yang sebelumnya diminum Chifuyu. Iya, mereka satu gelas. Pria itu tersenyum datar, “Katanya bakal ada salah satu yang suka.” Senju mengunyah sisa gado-gado dimulutnya dan melirik laki-laki yang menatapnya sedikit serius.
“Gue ga ada, Puy.” Senju balik menatap pria itu dengan serius.
“Kalo teman ya hanya teman, Puy. Terlalu istimewa seorang teman gue jadiin crush, bagi gue teman lebih dari itu.” Ucapan Senju membuat Chifuyu tertegun, semenit kemudian pria itu menepikan rambut Senju ketelinga yang menutupi separuh matanya. “Rambut lu ntar kena bubur.” Suara Chifuyu sedikit datar dan membuat Senju mengalihkan pandangannya.
“Ayo, ntar kehabisan bahan.” Senju melempar tisu kearah Chifuyu dan mengisaratkan untuk membersihkan sisa bubur di bibirnya.
“Atmosfir macam apa..” ーbatin Senju.
_
written by inupiei
...
Warning harshwords.
Mitsuya berlari menyusuri gedung serba putih yang memberikan aroma Karbol yang menusuk penciumannya. Dia masih merasa pusing akibat 4 botol Wiski yang habis ditegukkan semalaman. Rasa perih di tangan kanannya sangat berasa, bahkan dia tak sempat membersihkan luka itu.
“Listrik padam sejak dia sampai apart.”
“Sayatannya dalam butuh 4 kantong lagi, 3 kantong didonor hakkai sama cipuy.”
“Lo berantem sama dia? Tangan lo knp njing?”
“Pecahan gelas mengenai lutut sama telapak tangannya.”
“Goresannya dalam, pake serpihan kaca.”
“Ran baru nemuin dia 3 jam yang lalu.”
Omelan dan celoteh Kazutora kian menusuk fikirannya hingga Mitsuya ingin mengutuk dirinya sendiri. Dia memilih kembali ke studio dan membiarkan ponselnya dalam mode silent, seharusnya dia kembali ketempat Yuzuha dengan sebungkus ketoprak.
Mitsuya sampai diruang UGD. Terlihat Hakkai, Hina, Emma dan Senju serta Ran dengan 2 temannya. Mitsuya tahu betul apa yang akan terjadi selanjutnya. Ran menarik kerah bajunya dan menyeret menjauhi ruang UGD.
“Lo bau alkohol ajg.” Ran melempar Mitsuya hingga punggungnya berbunyi dorakengkung 🤧😅. Satu pukulan mengenai wajah Mitsuya.
“Gue ninggalin dia sama lo njing.” Ran membalas wajah yang satu lagi.
“Kenapa lo tinggalin dia lagi? Sampah!” Ran memukul perut Mitsuya, sepertinya pria itu tidak memberi ampun.
Pukulan terakhir berhasil ditahan Mitsuya, “Jangan jadiin gue orang jahat disini bangsat!”
Mitsuya meludah dan membalas pukulan diwajah Ran. Sepertinya Mitsuya membalas dengan sepadan apa yang dilakukan Ran.
“Lo pikir aja Ran, lo bukan satu-satunya yang ngerti Yuzu disini. Gue lebih ngerti dia, gue lebih dulu nyembuhin dia dan-” Ucapan Mitsuya terhenti karna tendangan Ran mendarat diperutnya, pandangan Mitsuya mulai kabur.
“Oh ya? Trus kenapa dia lebih butuh gue daripada lo? Asal lo tau. Tiap ketemu gue dia selalu bilang 'andai Mitsuya selalu ada kaya Kak Ran.' Dia sayang sama lo, tindakan dia yang selingkuhin lo karena dia mau lepas. Dia ga mau lo ngurusin dia yang sakit, dia tau lo punya mimpi untuk jadi designer profesional. 'Mimpi Mitsuya gabakal terwujud kalo terus-terusan ngurus aku Kak.' Lo sumber penyakitnya, anjing.”
Ran mengambil nafas kasar setelah semua hal yang keluar dari mulutnya tanpa jeda.
“Dengan enteng lo bilang don't tell me that your love is gone. OALAH JANCOK! Lo udah menangin hatinya bajingan. Gue kadang gatau posisi gue apa disini, all i know that i can treat her better than you can.” Ran menghela nafas perlahan, dia merasa lega setelah mengeluarkan kata-kata yang pantas untuk dikeluarkan.
Mitsuya menatap nanar tembok putih yang berseberangan dengannya sambil mencerna tiap kata-kata yang terlontar dari mulut Ran. Ran beranjak pergi, merasa semuanya sudah selesai dia ucapkan. Dia berpapasan dengan Senju yang ternyata sedari tadi bersembunyi dibalik tembok.
_
written by inupiei
Petualangan mencari Mitsuya.
“Apaan coba yang dipikirin Mitsuya? Kemana tu anak?” Kazutora mengomel sepanjang jalan menuju Taka Studio, milik Mitsuya. “Tancap ae dulu jut, jangan ngamok ntar lu ke mitsuya.” Baji natap lurus jalanan pagi yang diselimuti debu hitam. “Gilaaa ini pom bensin hangus semua. Pasti banyak korban.” Takemichi menurunkan kaca jendela. “Tutup njir, debunya masuk.” Kazutora memeperlambat pijakan gasnya.
Mereka melewati tkp yang masih ramai dikerubungi warga. “Gimana bisa meledak dah?” Baji mengeluarkan kebingungannya. “Katanya gara-gara hp.” Kazutora memarkirkan mobilnya didepan studio Mitsuya.
Takemichi terkejut saat mengetahui pintu studio tidak terkunci. “Kayanya bang suya ada didalam deh.” Mereka bertiga menginjakkan kaki diruangan berbau kain itu, tapi saat ini baunya berbeda. “Oalah anjing.” Kazutora menghela nafas malas saat mendapati Mitsuya terkapar dengan alkohol disekelilingnya.
Baji berjalan ke arah Mitsuya dan menendang semua minuman disekitarnya. “Bang.. lo sadar bang?” Takemichi menyentuh pundak Mitsuya, tapi tidak merespon.
“Mitsuya woi bangun lo. Ga nyangka gue bakal lihat lo kaya gini.” Kazutora menendang kecil perut Mitsuya, tapi pria itu tak kunjung bangun hanya bergumam. “Awas..” Baji datang tiba-tiba dengan menyiram Mitsuya dengan air, dia dapat air dari mana?
Mitsuya bangun dengan nafas tercekat. “Hng.. hah? Kaget anjing.” Mitsuya masih velum sadar sepenuhnya. “Lo ngapain disini Mitsuya? Cewe yang lo tinggalin dah hampir mati.” Ucapan Kazutora membalikkan kesadaran Mitsuya 120%, melebihi sebelumnya.
_
written by inupiei
Warning Blood
Please read carefully
Ran berlari memasuki bangunan apartement Yuzuha, pria itu tidak mengabaikan teguran satpam karena sembarangan memarkirkan mobil. Dengan langkah besar dia menaiki tiap tangga menuju lantai empat. “Listrik masih belum hidup ya? Kenapa tumben banget ini?” Ran mendengar obrolan penghuni bangunan ini setelah sampai dikoridor menuju tempat Yuzuha.
Nafas pria jangkung bersurai kecoklatan itu tidak karuan. Ran memencet tombol password dan tidak menemui Yuzuha didalam ruangan. “Yuzuha..” Ran mengatur nafasnya sambil membuka gorden. “Yuzu.. Sayang kamu dimana?” Ran mencari keberadaan gadis itu dikamar, toilet dan balkon. Tidak ada.
Ran memijat pelipisnya dan mengeluarkan ponsel untuk menelfon seseorang. Ran terdiam melihat aliran darah yang sudah membeku dari arah dapur. Jantungnya berdegup kencang, Ran berkeringat dingin. “Yu.. Yuzuha..” Ran mengangkat tubuh Yuzuha yang tersandar di lemari dapur. “Kenapa bisa begini.” Ran pucat saat badan Yuzuha terasa dingin. “I'll take you to the hospital, babe.” Ran berlari menuju mobilnya.
“Hah? Ran? YUZUHA?? KE-KENAPA DIA?” Ran tidak tahu siapa yang tiba-tiba datang dan teriak kearahnya, yang dia tahu gadis itu sering bertengkar masalah sepele dengan Sanzu. “Yuzuha kenapa begini, Ran? Woi Ran??” Ran menancapkan pedal gas dengan kecepatan tinggi. Senju, gadis itu ikut membuntuti Ran hingga mobil dan pergi mengantar Yuzuha kerumah sakit.
Senju meraba pipi sahabatnya itu, berharap semua akan baik-baik saja. “Yuzuha.. gue ga tau lo bakal kaya gini. Maafkan gue.” Senju memeluk tubuh Yuzuha, berharap bisa mengalirkan kehangatan ditubuh yang sudah dingin itu. “Gue tau lo cemas Ran, nyetir yang baik. Lo mau kita mati apa? Tenang. Yuzuha masih ada detak jantungnya.” Terdengar hembusan nafas lega milik Ran, pria itu mulai menyetir dengan baik setelah ucapan Senju.
_
written by inupiei
❗Warning Self-Harming
❗Read carefully
Ponsel Yuzuha mati. Dia mulai mengatur nafasnya yang mulai tercekik. Tangan yang berkeringat dingin, detak jantung yang kian berpacu dengan kepanikannya. Sekilas kejadian menakutkan itu terlintas dibenak Yuzuha.
“Bertahan Yu. Kamu hah-hah-hah.. kamu bisa.” Yuzuha membuka matanya dengan lebar berharap mendapatkan cahaya atau penerangan dengan merangkak mencari sandaran untuk bersembunyi. “Mitsuya.. mitsuya..” Yuzuha mengatur nafasnya sambil mengingat kata-kata Mitsuya, 'kalau kamu panik panggil aku, aku akan segera memelukmu.'
“Mama.. hah-hah!” Yuzuha meraba setiap langkahnya, dia masih merangkak tidak tahu arah. 'Jangan takut gelap, tutup mata kamu. Bayangkan seribu kunang-kunang.' Suara Ran melintas dipikiran Yuzuha. Gadis itu menangis. “Ran.. Ran, ahh!” Yuzuha meringis saat percahan kaca menusuk telapak tangannya, sepertinya milik Mitsuya tadi.
Nafas Yuzuha semakin tidak terkontrol saat dia mencoba menutup mata seperti saran dari Ran, “Kak.. aku butuh kamu.” Satu tangannya meraba pecahan kaca yang sudah menggores lutut. “Aku tidak boleh seperti ini terus.” Sedetik kemudian, Yuzuha merasakan cairan kental berbau amis membanjiri pergelangan tangan kirinya, berharap sesak dan ketakutan yang ia alami larut dengan cairan itu.
_
Perjalanan masih tersisa 4-5 jam lagi dengan lantunan lagu mirrorball dari Taylor Swift. Mitsuya tahu betul kalau hari ini dia tidak akan tenang karena gladi resik events Shallow akan diadakan 2 jam lagi, tapi dia lebih tidak tenang jika membiarkan gadisnya pergi sendiri.
Ketenangan Mitsuya buyar saat panggilan dari Hakkai muncul dilayar ponsel miliknya.
~“Bang, udah nyampe mana?”
“Masih 4 atau 3 jam lagi sampai di tujuan. Kenapa?”
~“Event collab minggu depan yang udah lo acc mau ngasih tema, modelnya juga luang sekarang.”
“Hadehh.. bisa bilang nunggu dulu ga? Bilang gue lagi ada urusan penting, ntar sore atau malam gimana?”
~“Udah gue bilang dari tadi, dia bilang udah buat janji sama lo sebelumnya.”
“Oke deh. Bentar.”
Mitsuya menghambuskan nafas kasar. Terlihat raut wajah kusut dengan kening berkerut terlukis disana. “Aku turun disini.” Yuzuha sudah bangun dari tadi. “Gimana?” Mitsuya memastikan dia tidak salah dengar. “Aku turun disini saja, banyak bus yang lewat disini.” Mitsuya menatap Yuzuha sambil memikirkan solusi yang tepat.
Yuzuha membuka seat-bealt miliknya dan bersiap turun. Mitsuya seakan mematung, tidak bergerak dan tidak berbicara. Dia memikirkan 'apakah ini solusi yang benar?' dan membiarkan Yuzuha turun dari mobil.
Mitsuya masih belum puas dengan solusi yang telah diambil Yuzuha, melihat gadis itu berdiri dibawah cuaca yang cerah sendirian dengan jalanan sepi yang hanya dilalui mobil berkecepatan tinggi. 'Apakah ini benar?' Mitsuya seakan tidak yakin dengan hal ini.
_
Hembusan angin kian mengacak rambut Yuzuha yang sudah kusut menjadi semakin kusut. Dia memiliki firasat kalau Mitsuya bakalan menunggu diluar, ayolah Yuzuha sudah lama mengetahui sifat pria ini. Mitsuya dengan mata sayu miliknya menatap dalam menunggu Yuzuha mulai bicara.
“Bicaralah, Yuzu.” Mitsuya berbicara lembut, seolah kata-katanya keluar mengiri angin pagi yang membisu. Yuzuha hanya membuang pandangan, tidak berani menatap pria itu.
Diam. Mitsuya menatap sendu melihat wanita yang berdiri didepannya, rambut kusut dan kemeja yang kebesaran. Sudah jelas kemeja itu bukan miliknya. Gadis itu masih belum berani menatap Mitsuya.
Yuzuha terisak. Dia menangis sambil menutupinya dengan rambut. “Mitsuya.. bisa kita putus?” Gadis itu masih belum mau menatap lawan bicaranya. “You don't love me?” Mitsuya segara menjawab dengan suara serak.
Yuzuha mulai sedikit tenang dan memperbaiki rambut yang menutupi wajahnya. “Bilang padaku, Zu. Look at me and tell me that's your love is gone.” Mitsuya memperpendek jarak.
“Mitsuya...” Yuzuha mulai melirik lawan bicaranya. “Jika masalahnya karena aku yang tidak memberikanmu waktu untuk kita, aku akan perbaiki. Jika itu bisa membuat kamu tetap bersamaku, aku akan melepaskan karirku.”
Mitsuya mulai mengeluarkan handphone dan menelpon seseorang. “Mas, batalin semua fashion week dan eve-” Yuzuha merebutnya sebelum Mitsuya menyelesaikan percakapan. “Kamu gila? Karir yang sudah kamu bangun sejak SMP dilepasin dengan segitu mudahnya?” Kening Yuzuha berkerut.
Mitsuya memperpendek jarak dan mencoba mengelus pipi Yuzuha. “Beri aku kesempatan, akan kupastikan waktuku hanya untuk kamu.”
__
❗Warning contains 18+
❗Please read carefully
Lantai 4 dimana lokasi tujuan Mitsuya terasa sepi, tidak seperti lantai bawah yang barusan terasa ramai. Apartement Yuzuha tidak memiliki lift dikarenakan hanya meiliki 4 lantai.
Mitsuya sudah siap dengan semua kalimat penyataan dan minta maaf yang dia gumamkan selama menaiki tangga, dia yakin bahwa hal seperti ini tidak akan pernah terjadi kembali dan mereka bisa kembali seperti semula.
Dia berdiri didepan pintu apartement dengan menghembuskan nafas kasar, mulai menekan beberapa password yang sudah tidak asing baginya. Pintu terbuka dan cahaya remang-remang terlihat dari luar. “Dia belum bangun.” begitu gumam Mitsuya. Sesaat dia sadar akan suara erangan yang tidak asing diikuti hembusan nafas kasar yang tidak dia kenal.
Mitsuya tertegun melihat pemandangan pria yang terduduk memelakanginya dan gadis yang duduk diatas pria itu sambil memeluknya, mereka tidak menyadari bahwa Mitsuya ada disana. Desahan itu semakin memanas hingga tatapan gadis itu bertemu dengan Mitsuya. Yuzuha melemparkan senyum menyeringai, dia merasa puas melihat Mitsuya diam mematung dan kembali melanjutkan aktivitas intimnya.
_