Rumi Haitani

inupiei

written by inupiei


H-16 Sebelum Ujian Akhir Semester Satu.

Kazutora memijat pelipisnya saat pesan dari Bendum OSIS muncul di grup chat.

Gue harap MPK tidak terlalu menekan terhadap dana.

Laki-laki itu menghembuskan nafas kasar. Rapat MPK beberapa menit yang lalu telah selesai dengan keputusan mutlak bahwa anggaran dana yang sudah tertulis didalam proposal tidak bisa diganggu gugat, hanya bisa berharap bahwa pendanaan dari Bendum OSIS maupun anggota OSIS lainnya tidak jauh dari anggaran yang telah disetujui Kepsek dan Pembina.

“Bang Souya benaran nyinggung dana.” Ujar Hakkai membuat seisi ruangan 6x4 m itu fokus pada gawainya.

“Souya memang mulus dalam per-duitan dan tahun kemarin berkat dia juga kita dapat 2 sponsor diluar Padang dan surplus 4 juta.” Ujar Akkun ikut mengetik pesan di gawainya.

“Surplus juga kan akhirnya kita nurunin dana untuk masyarakat demi menutup kesalahan, bahkan per-anggota ikut denda 100k demi mencukupi kegiatan amal.” Ujar Yuzuha bersandar pada Hina.

Ruangan MO hanya tersedia 2 meja dan 2 kursi jadi, jika ada diskusi maupun rapat, anggota akan duduk lasehan dibawah dengan pimpinan rapat dan moderator yang berdiri.

“Sumpah deh, ga nyangka bakal ada kejadian begitu.” Ujar Hina ikut bersandar pada Yuzuha.

“Haruchiyo memang punya banyak koneksi tapi gue ga nyangka sejauh itu.” Akkun bersandar pada kursi dihadapan meja yang tertulis 'Ketua Umum MPK'.

“Dia pemakai ga sih?” Hakkai meluruskan kakinya.

“Dari tes polisi, engga. Dia cuma bantu dua pengedar masuk ke acara tapi dia sendiri bilang ga tau kalau pengedar itu mengedarkan jualannya.” Kisaki membenarkan kacamata setelah kalimat itu berakhir.

“Jut. Beneran mau ngomong sama pembina hari Senin?”. Tanya Akkun melihat Kazutora diam bersandar pada meja betuliskan, 'Ketua Umum OSIS'.

“Gue coba dulu, jadi hari ini pastikan semuanya beres.” Kazutora memaikan pulpen yang sedari tadi bertengger dijari kirinya, pria itu kidal.

Kazutora melirik Yuzuha yang sedari tadi tidak terlalu banyak bicara selama diskusi. Tatapan pria itu bukan main, sepertinya ia tak perlu jari tengah untuk mengutuk orang lain. Tatapan Kazutora buyar saat salah satu anggota OSIS memasuki ruangan.

“Atmosfir macam apa nih?” Mitsuya memandang sekelilingnya yang tiba-tiba saja menatap aneh akan kedatangannya.

Pria dengan surai perak itu berjalan kearah Kazutora dengan meletakkan beberapa lembar kertas print diatas meja dan mengambil posisi duduk di kursi Mikey, Ketua Umum OSIS.

“Ini print-an surat permohonan keikutsertaan Pramuka, Paski, PMR dan Keolahragaan.” Mitsuya memisahkan satu persatu lembaran tersebut sesuai dengan amplopnya. Ditengah kesibukan Mitsuya, Kazutora memberikan proposal yang sudah ditanda tangan basah Kepsek dan pembina kepada Hina yang sedari tadi bertengger dimejanya. Tujuannya, cukup anggota MPK saja yang tau akan masalah proposal.

“Keolahragaan? Maksud lo gimana nih?” Kazutora mengambil surat yang ia maksud.

“Yaa.. siapa tau kita butuh? Untuk keamanan, humas atau semacamnya?” Mitsuya membuka satu botol aqua gelas yang terletak dimeja.

“Dari rapat minggu lalu, kita lebih utamakan keamanan dan perlengkapan pada paskib dan pramuka. Selebihnya koordinasi untuk anggota panitia lain aja, meminta 2 atau 3 anggota untuk ikut serta dalam kepanitiaan.” Kazutora melihat satu persatu tiap surat hasil print-an Mitsuya.

Pria dengan rambut perak itu mengangguk, “Oke. Jadi Paskib sama Pramuka beda sendiri ya suratnya? Gue kira keamanan bakal ambil dari Taekwondo. Lo tau lah kan.” Mitsuya menaikkan kedua alisnya kearah Kazutora yang membalas dengan kening berkerut.

Mengingat Baji sebagai Ketua Ekskul Taekwondo, Kazutora sedikit tidak yakin akan meminta pria itu sebagai pemegang kemanan pasalnya, dengan kepribadian yang pria bersurai hitam pekat itu miliki sudah cukup membuat Kazutora bergeleng kepala dengan cepat.

Satu persatu anggota OSIS memenuhi ruangan, hingga jam telah menunjukkan pukul 18.35 waktu setempat.

“Souya, jadi dari anggaran detail yang lo sebutin tadi selisih jauh ga sama anggaran tahun kemarin?” Yuzuha bertumpu pada tangan kanannya.

“Selisih 5.5 juta. Tahun lalu dana yang gue anggarkan 24 juta, masih defisit sebelum gue menemukan 2 sponsor. Jadi untuk anggaran tahun ini 29.5 juta, mengingat kita meningkatkan keamanan acara dengan campur tangan TNI dan dana-dana lainnya yang tak terduga.” Souya bersuara dari kerumunan anggota.

Anggota MPK sedari tadi cukup terdiam mendengar setiap rincian biaya yang dianggarkan Bendum. Jauh diluar ekspektasi mereka, bahwa dana berselisih jauh dengan yang tercantum dalam proposal yang telah mereka rencanakan.

“Ga bisa ditekankan lagi, Ya? Lumayan gede itu dari tahun sebelumnya. Pembina udah bahas bersama MPK bahwa dana ga bisa lebih dari 25 juta.”

Ucapan Yuzuha yang terlontar cukup membuat Kazutora membelalak.

Gadis ini pintar berbohong. Batin pria itu.

“Maksudnya? Ga lebih dari 25? Gimana ceritanya kok pembina udah ikut campur?” Souya mulai mengambil posisi untuk berhadapan dengan Yuzuha.

Gadis dengan rambut berwarna ginger itu menekan kuat gerahamnya sebelum berbicara, “Karena insiden sebelumnya, jadi kami MPK langsung koordinasi dengan pembina.”

“Ohh gitu.”

Dua kalimat yang dilontarkan Souya sukses membuat anggota MPK didalam ruangan itu menghembuskan nafas lega.

“Jadi untuk dana hanya bisa turun 25 juta? Jika lebih dari anggaran berarti kita nyari sponsor lagi. Souya, gimana dengan sponsor kemarin?” Mikey membuka suara sambil melihat jarum jam di dinding.

“Ga bisa, Mik. Mereka ikut kena tegur oleh pihak berwajib dan ga mau sponsorin kita lagi.” Souya mengakhiri kalimatnya dengan gelengan.

“29.5 juta, berapa bisa lo tekankan dari angka segitu, Ya?” Kazutora yang sedari tadi bingung, ikut serta memantapkan kebohongan Yuzuha.

“28.5, Jut. Ga bisa kalo kurang dari itu.” Souya menatap buku agendanya yang diyakinkan adalah rincian biaya.

“Oke. Jadi, untuk minus Humas siap mencari sponsor atau dana usaha?” Kazutora mulai mengambil kesimpulan rapat saat jam telah menunjukkan pukul 19.00 waktu setempat.

“Siap.” Souya selaku penanggungjawab Humas mengambil perintah dengan sigap.

Kazutora mengangguk dan memberi isyarat pada Hinata sebagai moderator rapat hari ini untuk menutup kegiatan.

“Sebelum rapat hari ini saya tutup. Mikey, ada tambahan?” Hinata menatap sosok pria berambut pirang yang duduk bersila disebelah Draken.

Mikey berdiri dari duduknya, “Baik. Untuk semuanya, jalani semua tugas dengan amanah. Bagi waktu untuk persiapan UAS dan tanggungjawab kepanitiaan. Bersama-sama kita sukseskan membangun kembali acara Malam Sarumpun demi mendapatkan kepercayaan masyarakat.”

Kalimat Mikey ditutup dengan tepuk tangan semua penghuni ruangan MO.

“Masih ada tambahan?” Hinata melempar tatapan pada setiap penghuni ruangan, tidak mendapat respon, gadis itu langsung membuka suara.

“Kesimpulan rapat MPK-OSIS. Pemilihan panitia-panitia setiap seksi dan akan diadakan pelantikan panitia pada hari Senin 3 Desember 2018 di Aula Sonder HS. Rincian anggaran dana oleh Bendahara Umum OSIS dengan disepakati sebesar 25 juta sesuai proposal anggaran dana yang disusun oleh MPK, diluar dari dana anggaran Bedum selaku Humas Acara, sepakat mencari dana tambahan sesuai kebutuhan. Semua kegiatan dan aktivitas merupakan tanggungjawab besar oleh Kazutora Hanemiya dan Manjiro Sano. Jumat, 30 November 2018. Saya selaku moderator hari ini dan sebagai Sekretaris MPK, dengan resmi menutup rapat.”

Penutupan yang dilakukan Hinata mendapat tepukan meriah oleh seisi ruangan.

Satu persatu anggota bergiliran keluar ruangan. Ada yang masih berbincang tentang pembelajaran sekolah dan ada yang masih enggan mengangkat diri dari posisinya.

“MPK tinggal dulu 10 menit.” Suara Kazurora sukses membuat seisi ruangan menghentikan aktivitasnya.

“Udah malam, Jut. Jangan lama-lama.” Ujar Mikey berpamitan.

Setelah semua anggota OSIS keluar dari pekarangan sekolah, anggota MPK menghembuskan nafas lega dan mulai terkapar.

“Asli. Kok lo bisa kepikiran sih, Kak?” Hakkai berselonjor sambil bersandar pada ranselnya.

“Makanya, gue berani bawa Yuzuha acc proposal tadi siang.” Hina membereskan berkas-berkasnya.

Yuzuha tertawa pelan, “Kocak aja lihat wajah Ketum MPK pucat saat dengar rincian biaya.” Yuzuha melirik Kazutora sebelum mengeluarkan gawainya, mengetik pesan disana.

Kazutora tersenyum tipis sebelum melontarkan kalimat.

“25 juta, bukannya di proposal 24 juta?” Pria itu ikut duduk berselonjor disebelah Hakkai.

“Hah? 25 juta bukan??” Yuzuha melepaskan fokusnya dari gawai.

Semua anggota MPK di ruangan 6x4m tertawa lepas. Pasalnya, semua kekhawatiran yang mereka tanam sejak awal rapat, tidak benar-benar terjadi.

written by inupiei


Warning F/M Pair Yuzuha x Hanma


Kazutora menghembuskan nafas kasar setelah menyimpan gawai miliknya dalam kantong celana, ia melipatkan kedua tangan di perut memandang lurus kedepan dengan tatapan yang siapa saja melihatnya akan menciut. Perihalnya, susana hati pria ini tidak baik akibat ulah dua anggotanya terkait proposal acara.

Pria dengan manik keemasan itu bersandar pada dinding pintu, berdiri tegak menunggu satu lagi anggotanya yang tak kian menampakkan diri. Dari kejauhan, manik Kazutora menangkap motor KLX mendekati ruangan MPK-OSIS.

Netra miliknya semakin lekat saat anggota yang ia tunggu-tunggu dan sumber masalah hari ini bagi Kazutora, menuruni motor tersebut. Gadis itu datang diantar oleh kekasihnya.

“Alasan beli makan.” batin pria itu.

Kazutora menatap lekat manik Yuzuha yang saat ini berjalan kearahnya dengan satu kantong kresek.

“Apa lo liat-liat? Gue bilang cari makan, nih!” Yuzuha memberikan tatapan kesal sambil menyodorkan bungkusan nasi bertuliskan lamun ombak dihadapan wajah Kazutora.

Pria itu bisa mencium aroma dendeng dari bungkusan tersebut, hingga membuat ia sadar bahwa keadaan kacau perihal proposal membuat ia lupa kalau dirinya belum makan siang. Ia menahan langkah Yuzuha yang hendak memasuki ruangan rapat.

“Lo telat.” Pria bernetra keemasan itu memberikan tatapan intimidasi.

Kesal dengan tingkah Kazutora, Yuzuha mengeluarkan isi dompetnya dan memberikan lima lembar uang warna merah ke telapak tangan pria itu.

“Lunas!” Yuzuha menerobos masuk meninggalkan Kazutora yang mulai kesusahan menahan lapar akibat aroma dari bungkusan milik gadis itu.

written by inupiei ...

Jam menunjukkan pukul 22.32 wakru setempat. Senju tak kunjung menutup rapat matanya saat ia benar-benar butuh istirahat. Pikirannya kembali mengingat pertemuan singkat dengan Mitsuya. Pria yang dua tahun lalu cukup memberi warna di hatinya, pria yang sudah lama ia kagumi dalam diam.

Gadis itu terlihat termenung berkali-kali, memikirkan kenapa ia sempat menyesal membuat Mitsuya pergi dari hidupnya. Jauh dari lubuk hatinya, ia belum bisa menghapus setiap bayangan pria itu. Semakin ia mencoba, semakin kuat perasaan rindu yang ia rasakan. Hingga saat tiga hari yang lalu, Inupi melamarnya dengan perayaan yang mewah di suatu restoran mahal.

Senju kembali berfikir bahwa dia dan Mitsuya tidak beda jauh, mereka sama-sama memanfaatkan seseorang untuk pelempiasan. Sama-sama berusaha melupakan seorang terkasih terhadap orang lain. Bagi Senju, hal itu tidak mudah. Ia memahami perasaan Mitsuya terhadapnya dan memilih menolak lamaran Inupi.

Tujuannya memilih Santorini untuk liburan adalah keinginan Senju sebelum mendatangi Achropolis. Alasannya simpel, gadis itu ingin tahu seperti apa sekolah filosof yang didirikan Phidias, seperti ucapan Mitsuya tempo lalu.

Senju mengerang kesal saat fikirannya kian dipenuhi oleh laki-laki itu. Ia beranjak dari ranjang dan menyambar sweater untuk membaluti tubuhnya yang hanya mengenakan tank top.

Gadis itu menelusuri tiap-tiap bangunan yang disusun bertingkat dan dicat putih satu persatu, menyusuri sebagian pulau Santorini ditengah gelapnya malam.

Pesta yang ia lewati sore tadi, masih berlangsung bahkan terlihat lebih heboh dari sebelumnya. Senju berhenti sejenak, mengedarkan pandangannya ke seluruh kerumunan, berharap melihat sang pria itu kembali.

Aktivitasnya terhenti saat manik Senju bertemu dengan gadis yang ia tahu betul siapa gadis itu. “Senju??” ujar gadis yang berpakaian gaun putih itu kaget kearah Senju.

“Ness?” Senju balik membalas ucapan sang gados dengan intonasi suara yang sama.

“Benar kan, ga mungkin Mitsuya ga bawa kamu kesini. Aku udah bilang, tapi dia jawabnya Senju sibuk terus.” Ness tertawa di akhir kalimatnya. Senju tidak mengerti apa yang gadis ini bicarakan.

“Ayo ikut ke pesta. Mitsuya ada disana.”

Belum sempat Senju meng-iyakan, gadis itu telah menarik Senju menuju kerumunan yang kian memadat.

“Gue cuma pake ini, Ness!” Senju sedikit memberontak melepaskan tarikan gadis itu.

“Gapapa. Ini juga wedding partynya aku.” Ness meninggalkan Senju sendirian saat ia harus segera menuju kamar kecil. Senju mengerti sekarang, ia sedang di acara pernikahan Ness, pantas saja gadis itu menggunakan wedding dress.

Tunggu. Pernikahan Ness dengan siapa?

“Senjuuu!!! Gue yakin bakal ketemu sama lu lagi.” Senju terkejut menerima rangkulan dari pria bertubuh besar.

“Mucho?” Gadis itu tertawa, tidak menyangka akan menemui pria yang sempat menipunya untuk memasarkan beberapa wedding suit.

“Mitsuya bilang lo ga datang, katanya sibuk.” Mucho yang sedikit teler membuat Senju keberatan menopang tubuh besar yang merangkulnya itu.

“Lepasin tolol.” Mitsuya menepis lengan Mucho yang bertengger di bahu kiri Senju. Entah datang dari mana, pria ini sepertinya suka muncul tiba-tiba.

Senju menatap Mitsuya yang tidak mengenakan pakaian seperti senja tadi, sekarang telihat sangat kasual.

“Sorry, lo jadi ga nyaman.” Mitsuya menarik Senju menjauhi Mucho yang sedang teler.

“Jadi, ini acara lo?” Senju menatap lurus ke sekitaran.

“Haha what do you mean?” Mitsuya berkacak pinggang mengikuti arah pandangan Senju.

“The wedding party?” Senju menatap sang pria yang tengah mendekatkan sedikit badannya kearah Senju, lebih tepatnya sedikit membungkuk untuk mendengar jelas suara Senju. Suasana cukup berisik disini.

“Hahahah.. no, itu suami Mba Ness.” Mitsuya menunjuk seorang pria berpakaian yang cocok dengan Ness.

“Dirut Londre, jadi kami semua di undang kesini.”

Senju mengangguk mendengar ucapan Mitsuya. Pria itu kembali menatap manik Senju yang sibuk melihat keadaan sekitar.

“Villa yang lo pake, kami nginap disana.” Mitsuya tersenyum mendapati wajah bingung Senju.

“Kok lo tau?”

“Gue udah liat lo sejak lo datang ke villa.” Mitsuya merapatkan tubuhnya ke tubuh mungil gadis itu saat seseorang menyenggol Mitsuya dari arah belakang.

Senju mengangguk canggung dengan situasi yang ia alami, kembali aroma favorit dari seorang Mitsuya membuatnya gila.

“I miss you.”

Deruan nafas Mitsuya terasa di pipinya setelah tiga kalimat itu terlontar dari mulut sang pria, Senju sedikit memalingkan wajahnya kearah Mitsuya yang berada di sisi kirinya.

“You blocked all my social accounts. Jadi gue ga bisa kepoin lo selain dari akun teman-teman yang lain.” Mitsuya mengambil beberapa buah kiwi yang di tawari pelayan setempat.

Mitsuya menawari kiwi ke arah Senju yang masih diam dengan kamunannya. Pria itu mengunyah kiwi dengan tenang sembari memperhatikan kebahagiaan rekan kerjanya.

Senju memiringkan badannya kearah Mitsuya, tangan gadis itu terangkat mengusap sudut bibir pria yang sedang sibuk mengunyah buah kiwi. Sontak Mitsuya terkejut dengan tingkah gadis di sampingnya ini, dejavu.

Mata Mitsuya membulat saat Senju berjinjit, menyamakan posisi tubuhnya dengan tubuh Mitsuya. Kecupan di sana berlangsung sesaat sebelum pria itu sadar dengan lamunannya.

“Gue ga terlalu suka buah kiwi, tapi.. manis juga.” Senju menjilat jempolnya yang sedang mengusap bibir miliknya sendiri, ia merasakan sisa cairan buah kiwi yang sempat membekas di sudut bibir Mitsuya.

“Kenapa tidak menikmatinya lebih lama?”

Senju yang masih fokus dengan jempolnya, tidak sadar saat Mitsuya meraih pinggang ramping miliknya dan menekan tengkuk Senju lebih dalam, menghisap bibir tipis itu dengan lembut, seperti menjelaskan semua perasaan rindu yang Mitsuya tahan selama ini tercurahkan disana.

Senju tidak memberontak, gadis itu berjinjit mengalungkan kedua lengan tangannya ke leher pria itu. Ikut larut dalam sensasi rindu yang kian saling menyahut.

Mitsuya melepaskan ciuman yang berlangsung cukup lama itu dengan perlahan, buah kiwi yang sebelumnya berada dimulutnya, saat ini berpindah pada Senju. Ia membiarkan gadis di depannya ini menarik nafas, sebelum kembali mengaitkan bibir lembut itu dengan mesra.

“I'm sorry, i don't wanna ruin your relationship with Inupi.”

Mitsuya melepaskan aktivitas mereka saat Senju masih asik dengan kegiatan melumatnya.

“It ended three days ago.” Senju mengatur nafasnya.

Mitsuya masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut dari pernyataan gadis itu sembari mengunyah buah kiwi yang sudah berpindah pada mulutnya.

Senju enggan melepaskan kalungan tangannya dileher Mitsuya, “Just.. thinking about you.”

Mitsuya tersenyum menatap wajah yang kini menatapnya begitu lekat. Tertulis kelutusan disana, hingga Mitsuya tak tahan ingin melanjutkan aktivitas mereka di villa.

“Want to go to the Acropolis with me?”

Mitsuya mengusap pelan punggung Senju yang berbalut sweater.

“My pleasure, Mitsu.”

Senju tersenyum sangat dalam saat Mitsuya berkedip dua kali mendengar panggilan itu. Pria itu yakin, panggilan itu pernah menggema di telinganya beserta lenguhan panjang Senju di malam penyesalan Mitsuya.

“Are you teasing me?” Mitsuya memberikan tatapan lekat pada Senju yang saat ini tertawa kecil.

“No..” Senju menggeleng, gadis itu masih enggan melepaskan kalungan tangannya.

“Your hair is already longer than before, i like it.” Mitsuya berbisik di telinga Senju, membuat bulu kuduk gadis itu berdiri.

“Stop it, you pervert.”

Tawa Mitsuya pecah saat ekspresi Senju berubah memerah. Ia menarik gadis itu ke pelukannya, merasakan kehangatan yang telah ia rindukan 2 tahun belakang ini.

“Se apagaò.” (i love you dalam bahasa Yunani.)

Senju menghirup aroma citrus milik Mitsuya dalam-dalam, ia membalas pelukan Mitsuya saat dua kalimat dalam bahasa Yunani itu menangkap pendengarannya, menjawab seluruh pertanyaan yang menenuhi kepala Senju beberala menit yang lalu.

“I love you, Mitsu.”

Mitsuya tertawa, “You really want us to go back to the villa?”

Senju tertawa kecil sambil mengusapkan pipinya di dada bidang itu. Tenggelam dalam langit malam Santoriniker, senyum Mitsuya merekah bukan main. Ia tidak menyangka 2 tahun yang susah payah ia jalani, berakhir disini. Gadis yang benar-benar memenuhi hatinya dan gadis yang satu-satunya ingin ia dekap selamanya. _

written by inupiei ...

Jam menunjukkan pukul 22.32 wakru setempat. Senju tak kunjung menutup rapat matanya saat ia benar-benar butuh istirahat. Pikirannya kembali mengingat pertemuan singkat dengan Mitsuya. Pria yang dua tahun lalu cukup memberi warna di hatinya, pria yang sudah lama ia kagumi dalam diam.

Gadis itu terlihat termenung berkali-kali, memikirkan kenapa ia sempat menyesal membuat Mitsuya pergi dari hidupnya. Jauh dari lubuk hatinya, ia belum bisa menghapus setiap bayangan pria itu. Semakin ia mencoba, semakin kuat perasaan rindu yang ia rasakan. Hingga saat tiga hari yang lalu, Inupi melamarnya dengan perayaan yang mewah di suatu restoran mahal.

Senju kembali berfikir bahwa dia dan Mitsuya tidak beda jauh, mereka sama-sama memanfaatkan seseorang untuk pelempiasan. Sama-sama berusaha melupakan seorang terkasih terhadap orang lain. Bagi Senju, hal itu tidak mudah. Ia memahami perasaan Mitsuya terhadapnya dan memilih menolak lamaran Inupi.

Tujuannya memilih Santorini untuk liburan adalah keinginan Senju sebelum mendatangi Achropolis. Alasannya simpel, gadis itu ingin tahu seperti apa sekolah filosof yang didirikan Phidias, seperti ucapan Mitsuya tempo lalu.

Senju mengerang kesal saat fikirannya kian dipenuhi oleh laki-laki itu. Ia beranjak dari ranjang dan menyambar sweater untuk membaluti tubuhnya yang hanya mengenakan tank top.

Gadis itu menelusuri tiap-tiap bangunan yang disusun bertingkat dan dicat putih satu persatu, menyusuri sebagian pulau Santorini ditengah gelapnya malam.

Pesta yang ia lewati sore tadi, masih berlangsung bahkan terlihat lebih heboh dari sebelumnya. Senju berhenti sejenak, mengedarkan pandangannya ke seluruh kerumunan, berharap melihat sang pria itu kembali.

Aktivitasnya terhenti saat manik Senju bertemu dengan gadis yang ia tahu betul siapa gadis itu. “Senju??” ujar gadis yang berpakaian gaun putih itu kaget kearah Senju.

“Ness?” Senju balik membalas ucapan sang gados dengan intonasi suara yang sama.

“Benar kan, ga mungkin Mitsuya ga bawa kamu kesini. Aku udah bilang, tapi dia jawabnya Senju sibuk terus.” Ness tertawa di akhir kalimatnya. Senju tidak mengerti apa yang gadis ini bicarakan.

“Ayo ikut ke pesta. Mitsuya ada disana.”

Belum sempat Senju meng-iyakan, gadis itu telah menarik Senju menuju kerumunan yang kian memadat.

“Gue cuma pake ini, Ness!” Senju sedikit memberontak melepaskan tarikan gadis itu.

“Gapapa. Ini juga wedding partynya aku.” Ness meninggalkan Senju sendirian saat ia harus segera menuju kamar kecil. Senju mengerti sekarang, ia sedang di acara pernikahan Ness, pantas saja gadis itu menggunakan wedding dress.

Tunggu. Pernikahan Ness dengan siapa?

“Senjuuu!!! Gue yakin bakal ketemu sama lu lagi.” Senju terkejut menerima rangkulan dari pria bertubuh besar.

“Mucho?” Gadis itu tertawa, tidak menyangka akan menemui pria yang sempat menipunya untuk memasarkan beberapa wedding suit.

“Mitsuya bilang lo ga datang, katanya sibuk.” Mucho yang sedikit teler membuat Senju keberatan menopang tubuh besar yang merangkulnya itu.

“Lepasin tolol.” Mitsuya menepis lengan Mucho yang bertengger di bahu kiri Senju. Entah datang dari mana, pria ini sepertinya suka muncul tiba-tiba.

Senju menatap Mitsuya yang tidak mengenakan pakaian seperti senja tadi, sekarang telihat sangat kasual.

“Sorry, lo jadi ga nyaman.” Mitsuya menarik Senju menjauhi Mucho yang sedang teler.

“Jadi, ini acara lo?” Senju menatap lurus ke sekitaran.

“Haha what do you mean?” Mitsuya berkacak pinggang mengikuti arah pandangan Senju.

“The wedding party?” Senju menatap sang pria yang tengah mendekatkan sedikit badannya kearah Senju, lebih tepatnya sedikit membungkuk untuk mendengar jelas suara Senju. Suasana cukup berisik disini.

“Hahahah.. no, itu suami Mba Ness.” Mitsuya menunjuk seorang pria berpakaian yang cocok dengan Ness.

“Dirut Londre, jadi kami semua di undang kesini.”

Senju mengangguk mendengar ucapan Mitsuya. Pria itu kembali menatap manik Senju yang sibuk melihat keadaan sekitar.

“Villa yang lo pake, kami nginap disana.” Mitsuya tersenyum mendapati wajah bingung Senju.

“Kok lo tau?”

“Gue udah liat lo sejak lo datang ke villa.” Mitsuya merapatkan tubuhnya ke tubuh mungil gadis itu saat seseorang menyenggol Mitsuya dari arah belakang.

Senju mengangguk canggung dengan situasi yang ia alami, kembali aroma favorit dari selrang Mitsuya membuatnya gila.

“I miss you.”

Deruan nafas Mitsuya terasa di pipinya setelah tiga kalimat itu terlontar dari mulut sang pria, Senju sedikit memalingkan wajahnya kearah Mitsuya yang berada di sisi kirinya.

“You blocked all my social accounts. Jadi gue ga bisa kepoin lo selain dari akun teman-teman yang lain.” Mitsuya mengambil beberapa buah kiwi yang di tawari pelayan setempat.

Mitsuya menawari kiwi ke arah Senju yang masih diam dengan kamunannya. Pria itu mengunyah kiwi dengan tenang sembari memperhatikan kebahagiaan rekan kerjanya.

Senju memiringkan badannya kearah Mitsuya, tangan gadis itu terangkat mengusap sudut bibir pria yang sedang sibuk mengunyah buah kiwi. Sontak Mitsuya terkejut dengan tingkah gadis di sampingnya ini, dejavu.

Mata Mitsuya membulat saat Senju berjinjit, menyamakan posisi tubuhnya dengan tubuh Mitsuya. Kecupan di sana berlangsung sesaat sebelum pria itu sadar dengan lamunannya.

“Gue ga terlalu suka buah kiwi, tapi.. manis juga.” Senju menjilat jempolnya yang sedang mengusap bibir miliknya sendiri, ia merasakan sisa cairan buah kiwi yang sempat membekas di sudut bibir Mitsuya.

“Kenapa tidak menikmatinya lebih lama?”

Senju yang masih fokus dengan jempolnya, tidak sadar saat Mitsuya meraih pinggang ramping miliknya dan menekan tengkuk Senju lebih dalam, menghisap bibir tipis itu dengan lembut, seperti menjelaskan semua perasaan rindu yang Mitsuya tahan selama ini tercurahkan disana.

Senju tidak memberontak, gadis itu berjinjit mengalungkan kedua lengan tangannya ke leher pria itu. Ikut larut dalam sensasi rindu yang kian saling menyahut.

Mitsuya melepaskan ciuman yang berlangsung cukup lama itu dengan perlahan, buah kiwi yang sebelumnya berada dimulutnya, saat ini berpindah pada Senju. Ia membiarkan gadis di depannya ini menarik nafas, sebelum kembali mengaitkan bibir lembut itu dengan mesra.

“I'm sorry, i don't wanna ruin your relationship with Inupi.”

Mitsuya melepaskan aktivitas mereka saat Senju masih asik dengan kegiatan melumatnya.

“It ended three days ago.” Senju mengatur nafasnya.

Mitsuya masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut dari pernyataan gadis itu sembari mengunyah buah kiwi yang sudah berpindah pada mulutnya.

Senju enggan melepaskan kalungan tangannya dileher Mitsuya, “Just.. thinking about you.”

Mitsuya tersenyum menatap wajah yang kini menatapnya begitu lekat. Tertulis kelutusan disana, hingga Mitsuya tak tahan ingin melanjutkan aktivitas mereka di villa.

“Want to go to the Acropolis with me?”

Mitsuya mengusap pelan punggung Senju yang berbalut sweater.

“My pleasure, Mitsu.”

Senju tersenyum sangat dalam saat Mitsuya berkedip dua kali mendengar panggilan itu. Pria itu yakin, panggilan itu pernah menggema di telinganya beserta lenguhan panjang Senju di malam penyesalan Mitsuya.

“Are you teasing me?” Mitsuya memberikan tatapan lekat pada Senju yang saat ini tertawa kecil.

“No..” Senju menggeleng, gadis itu masih enggan melepaskan kalungan tangannya.

“Your hair is already longer than before, i like it.” Mitsuya berbisik di telinga Senju, membuat bulu kuduk gadis itu berdiri.

“Stop it, you pervert.”

Tawa Mitsuya pecah saat ekspresi Senju berubah memerah. Ia menarik gadis itu ke pelukannya, merasakan kehangatan yang telah ia rindui 2 tahun belakang ini.

“Se apagaò.” (i love you dalam bahasa Yunani.)

Senju menghirup aroma citrus milik Mitsuya dalam-dalam, ia membalas pelukan Mitsuya saat dua kalimat dalam bahasa Yunani itu menangkap pendengarannya.

“I love you, Mitsu.”

Mitsuya tertawa, “You really want us to go back to the villa?”

Senju tertawa kecil sambil mengusapkan pipinya di dada bidang itu. _

written by inupiei ...

Senju menghirup dalam-dalam aroma pulau setelah ia menginjakkan kakinya lebar-lebar, cuaca sangat bersahabat hari ini. Banyak pengunjung berdatangan hingga Senju bisa melihat bahwa di bagian timur pulau Santoriniㅡpantai putihㅡsedang dikerumuni banyak orang, sepertinya sebuah pesta sedang berlangsung.

Gadis berbalut shirt abu-abu ini mengikuti langkah pria yang melayani jasa sewa villa disekitar Santorini untuk menuntunnya menuju sebuah bangunan-bangunan putih sebagai ciri khas pulau ini, lokasi villa tak jauh dari pantai putih.

Senju beberapa kali memotret pemandangan di depannya. Voli pantai, anak-anak yang membangun istana pasir dan masih banyak lagi hal-hal yang ia potret, merasa tidak ingin untuk melewatkannya.

Matahari akan segera tenggelam, mengingat Senju baru saja sampai di villa dan belum sempat berberes. Perutnya sedikit tidak bersahabat saat ia sadar terakhir kali ia mengisinya sekitar 5 jam yang lalu. Senju memutuskan untuk mencari beberapa makanan untuk mengganjal perutnya sebelum memilih membersihkan diri.

Jarak villa milik Senju dengan pusat makanan tidak begitu jauh, gadis itu hanya selama 8 menit, menyusuri bangunan-bangunan putih yang tersusun bertingkat. Ia melihat kerumunan orang-orang berdansa di tengah sinar matahari yang tenggelam, gadis itu tersenyum menyaksikan kebahagiaan beberapa sejoli yang tertawa gembira akan aktivitasnya.

“Tidak bergabung dengan pesta?” Ujar salah satu penjual makanan yang baru saja Senju beli, ia menemukan semacam makanan berbentuk nasi kepal. Menurutnya makanan ini cukup untuk mengganjal perut.

“Sedang pesta, ya?” Ujar Senju menukar makanan yang ia pilih dengan uang.

“Iya, pesta pernikahan. Musim ini banyak dua sejoli memilih pantai putih Santorini sebagai lokasi pernikahan.” Senju mengangguk mendengar balasan pria baruh baya tersebut.

Gadis itu beranjak pergi melewati kerumunan pesta dansa yang sempat ia lewati sebelumnya. Terlalu ramai, hingga Senju cukup kewalahan memisahkan diri dari kerumunan itu.

“Heii!” Teriak Senju saat seseorang membuat gadis itu terdorong begitu keras hingga ponsel yang ia pegang terjatuh.

“Maaf.” Pria itu membungkuk minta maaf dan mengambil ponsel Senju yang terjatuh sebelum kembali berdansa.

Senju sudah berjarak cukup jauh dari lokasi pesta, ia memilih balkon villa untuk bersantai, memandangi matahari tenggelam dengan sebuah nasi kepal. Gadis itu beranjak dari balkon setelah selesai menghabiskan makanannya.

Ia berjalan menuju bibir pantai, menginjak tiap batu-batu karang untuk mendapatkan oemandangan yang bagus, ia memejamkan mata dan merasakan hembusan angin senja mengenai setiap kulit-kulitnya.

Aktivitasnya tak berlangsung lama, saat suara yang cukup ia kenali menyapa ditengah-tengah hembusan angin senja. Suara yang ia rindukan, suara yang ia tahu betul siapa pemiliknya, suara yang tidak ia sangka akan ada disini, menemuinya dalam keheningan senja.

Senju yakin, pilihannya untuk berlibur di Santorini kali ini akan menjadi hari yang sangat panjang. _

written by inupiei ...

Senju menghirup dalam-dalam aroma pulau setelah ia menginjakkan kakinya lebar-lebar, cuaca sangat bersahabat hari ini. Banyak pengunjung berdatangan hingga Senju bisa melihat bahwa di bagian timur pulau Santoriniㅡpantai putihㅡsedang dikerumuni banyak orang, sepertinya sebuah pesta sedang berlangsung.

Gadis berbalut shirt abu-abu ini mengikuti langkah pria yang melayani jasa sewa villa disekitar Santorini untuk menuntunnya menuju sebuah bangunan-bangunan putih sebagai ciri khas pulau ini, lokasi villa tak jauh dari pantai putih.

Senju beberapa kali memotret pemandangan di depannya. Voli pantai, anak-anak yang membangun istana pasir dan masih banyak lagi hal-hal yang ia potret, merasa tidak ingin untuk melewatkannya.

Matahari akan segera tenggelam, mengingat Senju baru saja sampai di villa dan belum sempat berberes. Perutnya sedikit tidak bersahabat saat ia sadar terakhir kali ia mengisinya sekitar 5 jam yang lalu. Senju memutuskan untuk mencari beberapa makanan untuk mengganjal perutnya sebelum memilih membersihkan diri.

Jarak villa milik Senju dengan pusat makanan tidak begitu jauh, gadis itu hanya berjalan selama 8 menit. Ia melihat kerumunan orang-orang berdansa di tengah sinar matahari yang tenggelam, gadis itu tersenyum menyaksikan kebahagiaan beberapa sejoli yang tertawa gembira akan aktivitasnya.

“Tidak bergabung dengan pesta?” Ujar salah satu penjual makanan yang baru saja Senju beli, ia menemukan semacam makanan berbentuk nasi kepal. Menurutnya makanan ini cukup untuk mengganjal perut.

“Sedang pesta, ya?” Ujar Senju menukar makanan yang ia pilih dengan uang.

“Iya, pesta pernikahan. Musim ini banyak dua sejoli memilih pantai putih Santorini sebagai lokasi pernikahan.” Senju mengangguk mendengar balasan pria baruh baya tersebut.

Gadis itu beranjak pergi melewati kerumunan pesta dansa yang sempat ia lewati sebelumnya. Terlalu ramai, hingga Senju cukup kewalahan memisahkan diri dari kerumunan itu.

“Heii!” Teriak Senju saat seseorang membuat gadis itu terdorong begitu keras hingga ponsel yang ia pegang terjatuh.

“Maaf.” Pria itu membungkuk minta maaf dan mengambil ponsel Senju yang terjatuh sebelum kembali berdansa.

Senju sudah berjarak cukup jauh dari lokasi pesta, ia memilih balkon villa untuk bersantai, memandangi matahari tenggelam dengan sebuah nasi kepal. Gadis itu beranjak dari balkon setelah selesai menghabiskan makanannya. Ia berjalan menuju bibir pantai, memejamkan mata dan merasakan hembusan angin senja mengenai setiap kulit-kulitnya.

Aktivitasnya tak berlangsung lama, saat suara yang cukup ia kenali menyapa ditengah-tengah hembusan angin senja. Suara yang ia rindukan, suara yang ia tahu betul siapa pemiliknya, suara yang tidak ia sangka akan ada disini, menemuinya dalam keheningan senja.

Senju yakin, pilihannya untuk berlibur di Santorini kali ini akan menjadi hari yang sangat panjang. _

written by inupiei ...

Senju menghirup dalam-dalam aroma pulau setelah ia menginjakkan kakinya lebar-lebar, cuaca sangat bersahabat hari ini. Banyak pengunjung berdatangan hingga Senju bisa melihat bahwa di bagian timur pulau Santoriniㅡpantai putihㅡsedang dikerumuni banyak orang, sepertinya sebuah pesta sedang berlangsung.

Gadis berbalut shirt abu-abu ini mengikuti langkah pria yang melayani jasa sewa villa disekitar Santorini untuk menuntunnya menuju sebuah villa tak jauh dari pantai putih.

Senju beberapa kali memotret pemandangan di depannya. Voli pantai, anak-anak yang membangun istana pasir dan masih banyak lagi hal-hal yang ia potret, merasa tidak ingin untuk melewatkannya.

Matahari akan segera tenggelam, mengingat Senju baru saja sampai di villa dan belum sempat berberes. Perutnya sedikit tidak bersahabat saat ia sadar terakhir kali ia mengisinya sekitar 5 jam yang lalu. Senju memutuskan untuk mencari beberapa makanan untuk mengganjal perutnya sebelum memilih membersihkan diri.

Jarak villa milik Senju dengan pusat makanan tidak begitu jauh, gadis itu hanya berjalan selama 8 menit. Ia melihat kerumunan orang-orang berdansa di tengah sinar matahari yang tenggelam, gadis itu tersenyum menyaksikan kebahagiaan beberapa sejoli yang tertawa gembira akan aktivitasnya.

“Tidak bergabung dengan pesta?” Ujar salah satu penjual makanan yang baru saja Senju beli, ia menemukan semacam makanan berbentuk nasi kepal. Menurutnya makanan ini cukup untuk mengganjal perut.

“Sedang pesta, ya?” Ujar Senju menukar makanan yang ia pilih dengan uang.

“Iya, pesta pernikahan. Musim ini banyak dua sejoli memilih pantai putih Santorini sebagai lokasi pernikahan.” Senju mengangguk mendengar balasan pria baruh baya tersebut.

Gadis itu beranjak pergi melewati kerumunan pesta dansa yang sempat ia lewati sebelumnya. Terlalu ramai, hingga Senju cukup kewalahan memisahkan diri dari kerumunan itu.

“Heii!” Teriak Senju saat seseorang membuat gadis itu terdorong begitu keras hingga ponsel yang ia pegang terjatuh.

“Maaf.” Pria itu membungkuk minta maaf dan mengambil ponsel Senju yang terjatuh sebelum kembali berdansa.

Senju sudah berjarak cukup jauh dari lokasi pesta, ia memilih balkon villa untuk bersantai, memandangi matahari tenggelam dengan sebuah nasi kepal. Gadis itu beranjak dari balkon setelah selesai menghabiskan makanannya. Ia berjalan menuju bibir pantai, memejamkan mata dan merasakan hembusan angin senja mengenai setiap kulit-kulitnya.

Aktivitasnya tak berlangsung lama, saat suara yang cukup ia kenali menyapa ditengah-tengah hembusan angin senja. Suara yang ia rindukan, suara yang ia tahu betul siapa pemiliknya, suara yang tidak ia sangka akan ada disini, menemuinya dalam keheningan senja.

Senju yakin, pilihannya untuk berlibur di Santorini kali ini akan menjadi hari yang sangat panjang. _

written by inupiei ...

Inupi dan Senju memasuki rumah kediaman Sano. Shinichiro menyambut mereka masuk, kalau dilihat dari jam yang bertengger di dinding, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk bertamu. Tapi, Akaneㅡkakak Inupiㅡ ngidam martabak telor yang cukup jauh jaraknya dari rumah, hingga Shin meminta Inupi untuk membeli karena lokasi martabak tak jauh dari tempat kerja pria dengan bekas luka di wajah itu.

“Eh ada Senju.” Ujar Akane menyambut dua sejoli tersebut.

“Gimana kak kandungannya?” Senju menghampiri Akane dengan wajah riang.

“Sehat, tadi tendangannya makin kencang saat tau pamannya bawa calon tante kesini.” Shin menggeleng mendengar ucapan ngaur Akane, Inupi hanya berdehem berusaha untuk tidak canggung.

“Ya iyalah tante, masa nenek?” Mikey dari arah belakang muncul dengan wajah penuh plaster.

“Yang hobi tengkar, diam.” Inupi menepis Mikey yang hendak berjalan ke arah Senju.

Mikey bisa melihat dengan jelas bahwa Senju memaksa senyum selama perbincangan mereka yang berlangsung benerapa menit di ruang tamu. Jam 2 dini pagi, makan martabak telur bersama, sungguh bukan jam yang tepat untuk bercengkerama lebih lanjut.

Inupi dan Senju bersiap untuk segera pamit, hingga Mikey membisikkan beberapa kalimat pada Senju.

“Dia bilang tadi, jika Senju benar-benar ingin menghapus gue di hidupnya, gue terima tapi deep down gue mengikhlaskan semuanya karena apapun keputusan Senju itu hal yang pantas gue terima.” Senju diam menanggapi bisikan Mikey sebelum masuk ke mobil Inupi.

“Dia berangkat hari ini, mungkin pagi ini?” Mikey seolah-olah memberi perintah kepada Senju untuk menemui pria itu.

Senju menghela nafas perlahan sebelum Inupi melajukan mobil miliknya di tengah heningnya kegelapan.

“Sun..” Senju menatap lurus jalan di depannya.

“Ga singgah ke RS?” Inupi mengalihkan tatapannya ke arah Senju yang barusaja melontarkan pertanyaan.

“Iya, setalah ngantar lu pulang.”

“Ke RS dulu aja.”

“Palingan gue bakal lama, Nju. Gapapa?” Inupi menepi, mengambil jalan menuju Rumah Sakit.

“Gapapa.” Senju mengangguk, gadis itu punya seribu kalimat yang tengah ia susun dan berusaha menetralkan sakit kepala yang kian berdenyut. _

written by inupiei ...

Senju memijat pelipisnya kasar, denyutan di kepala yang ia rasakan makin menjadi-jadi. Situasi kafe sehari ini lumayan ramai hingga ia ikut turun tangan melayani pelanggan dikarenakan salah satu karyawannya absen.

Gadis itu membuka stelan seragam kafe miliknya dan segera menyelesaikan aktivitas merapikan kursi. 4 karyawan Senju hari ini cukup bekerja keras, 2 lainnya telah pulang dan sisa 2 orang lagi yang sibuk membantunya.

Lonceng kafe berbunyi, menandakan seseorang baru saja datang. Senju menghembuskan nafasnya kasar, ia melirik jam yang tertempel di dinding.

“11.15 Selsun, lo kebiasaan apa gimana ya? Kafe gue udah tutup. Balik ke RS lagi aja.” Senju masih berkutat pada kursi-kursi di depannya tanpa melirik ke belakang pada lawan bicaranya itu.

Sosok pria yang ia panggil Selsun tersebut tak kian menjawab. Senju memutar badannya dan menemui seorang pria yang berdiri diam memandanginya lekat-lekat. Wajah pria itu tampak kusut, seperti orang yang belum tidur seminggu.

“Senju.”

Suara pria itu menggema seiringan dengan turunnya air hujan diluar sana. Ramalan cuaca hari ini yang sempat Senju lihat benar, hujan disertai angin.

Senju melemparkan tatapan dingin, ia membatu dan tak bisa bergerak saat sosok pria yang ia dapati itu adalah Mitsuya. Pria yang membuat 5 harinya berjalan begitu panjang, tenggelam dalam kesedihan dengan puing-puing retakan hati.

Gadis itu berlalu pergi tanpa mengindahkan teguran Mitsuya. Ia menyambar tas serta hoodie yang bertengger tak jauh dari meja kasir dengan kilat, berharap segera pergi dan tak ingin melihat sosok pria yang tengah mengekorinya itu.

“Listen, Senju. Please!” Mitsuya berusaha menggapai Senju, tapi gadis itu kian menghindar.

“Please Senju, i'm begging you.” Mitsuya berhasil menghalang langkah Senju. Pria itu terkejut saat mendapati Senju menggigit keras bibir bawahnya, berusaha menahan air mata.

Senju berhenti, nafasnya tercekat bukan main saat ia menyadari dengan jelas tanda yang ia buat sendiri di leher pria itu, masih membekas di sana. Gadis itu mengatur nafasnya, berusaha keras untuk mengeluarkan suara.

“Hei, biar aku yang kunci kafenya.” Senju melempar senyum setelah selesai dengan kalimatnya kepada dua karyawan yang masih kebingungan akan situasi yang terjadi. Mereka mengangguk dan pamit sebelum menjauhi kafe.

Senju bisa merasakan angin malam yang pekat setelah karyawannya membuka pintu untuk keluar dari bagunan ini. Gadis itu berbalik membelakangi Mitsuya, meletakkan tas dan hoodie yang sempat ia punguti.

“Maaf, maaf, maaf, maaf.”

Mitsuya mengutarkan kalimat itu berulang kali, hingga Senju bisa melihat wajah frustasi pria itu dari refleksi cermin yang bertengger di dinding kafe.

“Malam itu. Bayangan Yuzuha terus muncul di wajah lo, Nju. Tiap kali gue menepis untuk memastikan, di depan gue Senju. Dan pikiran gue makin bercabang karena gue hanya manfaatin lo. Gue udah gila banget lempiasin hasrat ke lu.”

Belum selesai Mitsuya berbicara, Senju bertopang tangan pada bar baristaㅡmenahan tubuhnya agar tidak tumbangㅡdengan posisi masih membelakangi Mitsuya.

“5 hari gue nyari jawaban untuk kejelasan hati, gue-”

“Awalnya.” Senju memotong kalimat Mitsuya, gadis itu menekan pita suaranya akibat tangisan yang tercekat di teggorokan.

“Awalnya gue hanya ingin lo bahagia, Mitsuya. Melihat lo semenderita itu untuk move on, gue ga bisa untuk ga menawarkan diri. Gue memilih untuk ga peduli soal hati gue, yang penting lo bisa bahagia..” Senju menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan kalimatnya, berharap cairan bening itu tak tumpah.

“But.. this hurts as hell, Mitsuya.” Senju memberanikan diri menatap pria yang sedari tadi tak memalingkan wajah sedikitpun darinya. Senju memegang dada kirinya, cairan bening itu sudah tak bisa lagi ditahan hingga tumpah membasahi pipi pucat sang gadis.

Mitsuya tertegun, ingin rasanya pria itu untuk segera mendekap tubuh mungil tersebut kembali ke dekapannya, menghapus setiap cairan bening yang mengaliri sungai-sungai yang terbentuk. Tapi fikiran Mitsuya buyar saat Senju melontarkan kalimat yang benar-benar membuat pria itu hampir kehilangan pijakan.

“Mulai sekarang dan seterusnya, jangan pernah lagi muncul di sini, di kafe ini dan di depan gue. Good luck to you and i wish you the best, Mitsuya.” Senju mengakhiri kalimatnya dengan senyuman yang ia lukis paksa di wajah yang lembab akan air mata, ia berjalan menjauhi Mitsuya dan kembali dengan sebuah payung.

“Here, use this. Don't get sick.” Mitsuya menatap lekat manik Senju yang berjarak 5 langkah di depannya. Pria itu sungguh ingin melontarkan beberapa kalimat, tapi lidahnya terasa kelu untuk diajak berbicara.

“Please go, gue harus nutup kafe.” Senju berjalan menjauhi Mitsuya, memasang hoodie yang sempat ingin ia gunakan sebelum memilih berbicara dengan Mitsuya.

“Are you sure about your choice?” Suara Mitsuya berhasil membuat Senju menghentikan langkahnya saat akan menutup tirai jendela.

Gadis itu tidak mengindahkan pertanyaan Mitsuya. “Bahagia selalu, Senju. Bye then.”

Bel pintu berdering, menandakan Mitsuya sudah melangkah pergi keluar kafe menjauhi bangunan. Saat itu juga Senju menggenggam erat sudut meja, sakit kepalanya kian berasa dan cairan bening kian deras menuruni pipinya. Tangisannya pecah, berharap malam ini untuk segera berlalu. ..

Setelah keluar dari kafe, Mitsuya berpapasan dengan Inupi yang hendak singgah menemui Senju seperti biasa. Pria dengan aroma karbol itu sering mengunjungi Senju di saat jam tutup, alasannya ia baru bisa keluar RS. Padahal, Inupi hanya ingin berbincang dengan Senju saat keadaan tidak terlalu ramai dan sekalian mengantar gadis itu pulang ke apartemen. Inupi sempat kebingungan tujuan Mitsuya keluar dari kafe di saat jam pelayanan sudah tutup. _

written by inupiei ...

Jam menunjukkan pukul 03.15 a.m, Mitsuya tak kunjung menutup mata, padahal wanita yang beberapa jam lalu menjadi pelepasan seksualnya sudah larut di dalam mimpi.

Senju sempat tumbang diatas dada bidang Mitsuya setelah permainan yang ia kontrol sendiri, selang beberapa menit setelah itu Mitsuya memindahkan tubuh kecil Senju di sebelahnya, membiarkan sang gadis tertidur dengan nyenyak.

Mitsuya menatap lama punggung Senju yang tertidur membelakanginya itu, perasaan bersalah dan kilat masa lalu memenuhi fikirannya. Entah itu perasaan terhadap Senju atau perasaan terhadap gadis yang lebih memilih hidup bahagia dengan pria lain ketimbang dirinya; Yuzuha.

Pria itu memijat pelipisnya, saat ia yakin bahwa selama aktivitas intim yang berlangsung beberapa menit tadi, bayangan akan Yuzuha terlihat jelas. Bagaimana gadis itu merintih dan memberikan sentuhan manis pada dirinya, semuanya membuat pikiran Mitsuya kembali pada masa-masa itu. Hingga kegiatan seksualnya tertahan akibat absennya Yuzuha dalam hidupnya dan melempiaskan semua hasrat itu pada gadis yang mengaku menyukainya sedari dulu.

Pria itu tampak gusar dengan pemikirannya. Ia mulai bangkit dari tidurㅡ mengalah dengan fikiran-fikiran yang kian membuat dirinya tenggelam akan perasaan bersalah dan mengambil barang-barang miliknya yang entah terbang kemana sebelum melangkah pergi menuju kamar mandi.

Mitsuya telah berpakaian rapi dan bersandar pada dinding kamar, memperhatikan punggung Senju yang polos. Ia sadar telah melempiaskan hasratnya pada Senju adalah alasan yang cukup gila. Mitsuya menatap lekat setiap lokasi yang menjadi saksi kegiatan intim mereka, pria itu menghembuskan nafasnya kasar.

Ia melangkah mendekati Senju, menarik selimut untuk menutupi tubuh sang gadis seutuhnya sebelum pria itu melangkah pergi meninggalkan apartemen yang menjadi saksi bisu akan rintihan dan lenguhan yang sempat menggema.

Tanpa kecupan, tanpa suara dan tanpa pamit, pria itu berjalan menjauhi gedung apartemen Senju dalam diam. _