written by inupiei ...
Senju memijat pelipisnya kasar, denyutan di kepala yang ia rasakan makin menjadi-jadi. Situasi kafe sehari ini lumayan ramai hingga ia ikut turun tangan melayani pelanggan dikarenakan salah satu karyawannya absen.
Gadis itu membuka stelan seragam kafe miliknya dan segera menyelesaikan aktivitas merapikan kursi. 4 karyawan Senju hari ini cukup bekerja keras, 2 lainnya telah pulang dan sisa 2 orang lagi yang sibuk membantunya.
Lonceng kafe berbunyi, menandakan seseorang baru saja datang. Senju menghembuskan nafasnya kasar, ia melirik jam yang tertempel di dinding.
“11.15 Selsun, lo kebiasaan apa gimana ya? Kafe gue udah tutup. Balik ke RS lagi aja.” Senju masih berkutat pada kursi-kursi di depannya tanpa melirik ke belakang pada lawan bicaranya itu.
Sosok pria yang ia panggil Selsun tersebut tak kian menjawab. Senju memutar badannya dan menemui seorang pria yang berdiri diam memandanginya lekat-lekat. Wajah pria itu tampak kusut, seperti orang yang belum tidur seminggu.
“Senju.”
Suara pria itu menggema seiringan dengan turunnya air hujan diluar sana. Ramalan cuaca hari ini yang sempat Senju lihat benar, hujan disertai angin.
Senju melemparkan tatapan dingin, ia membatu dan tak bisa bergerak saat sosok pria yang ia dapati itu adalah Mitsuya. Pria yang membuat 5 harinya berjalan begitu panjang, tenggelam dalam kesedihan dengan puing-puing retakan hati.
Gadis itu berlalu pergi tanpa mengindahkan teguran Mitsuya. Ia menyambar tas serta hoodie yang bertengger tak jauh dari meja kasir dengan kilat, berharap segera pergi dan tak ingin melihat sosok pria yang tengah mengekorinya itu.
“Listen, Senju. Please!” Mitsuya berusaha menggapai Senju, tapi gadis itu kian menghindar.
“Please Senju, i'm begging you.” Mitsuya berhasil menghalang langkah Senju. Pria itu terkejut saat mendapati Senju menggigit keras bibir bawahnya, berusaha menahan air mata.
Senju berhenti, nafasnya tercekat bukan main saat ia menyadari dengan jelas tanda yang ia buat sendiri di leher pria itu, masih membekas di sana. Gadis itu mengatur nafasnya, berusaha keras untuk mengeluarkan suara.
“Hei, biar aku yang kunci kafenya.” Senju melempar senyum setelah selesai dengan kalimatnya kepada dua karyawan yang masih kebingungan akan situasi yang terjadi. Mereka mengangguk dan pamit sebelum menjauhi kafe.
Senju bisa merasakan angin malam yang pekat setelah karyawannya membuka pintu untuk keluar dari bagunan ini. Gadis itu berbalik membelakangi Mitsuya, meletakkan tas dan hoodie yang sempat ia punguti.
“Maaf, maaf, maaf, maaf.”
Mitsuya mengutarkan kalimat itu berulang kali, hingga Senju bisa melihat wajah frustasi pria itu dari refleksi cermin yang bertengger di dinding kafe.
“Malam itu. Bayangan Yuzuha terus muncul di wajah lo, Nju. Tiap kali gue menepis untuk memastikan, di depan gue Senju. Dan pikiran gue makin bercabang karena gue hanya manfaatin lo. Gue udah gila banget lempiasin hasrat ke lu.”
Belum selesai Mitsuya berbicara, Senju bertopang tangan pada bar baristaㅡmenahan tubuhnya agar tidak tumbangㅡdengan posisi masih membelakangi Mitsuya.
“5 hari gue nyari jawaban untuk kejelasan hati, gue-”
“Awalnya.” Senju memotong kalimat Mitsuya, gadis itu menekan pita suaranya akibat tangisan yang tercekat di teggorokan.
“Awalnya gue hanya ingin lo bahagia, Mitsuya. Melihat lo semenderita itu untuk move on, gue ga bisa untuk ga menawarkan diri. Gue memilih untuk ga peduli soal hati gue, yang penting lo bisa bahagia..” Senju menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan kalimatnya, berharap cairan bening itu tak tumpah.
“But.. this hurts as hell, Mitsuya.” Senju memberanikan diri menatap pria yang sedari tadi tak memalingkan wajah sedikitpun darinya. Senju memegang dada kirinya, cairan bening itu sudah tak bisa lagi ditahan hingga tumpah membasahi pipi pucat sang gadis.
Mitsuya tertegun, ingin rasanya pria itu untuk segera mendekap tubuh mungil tersebut kembali ke dekapannya, menghapus setiap cairan bening yang mengaliri sungai-sungai yang terbentuk. Tapi fikiran Mitsuya buyar saat Senju melontarkan kalimat yang benar-benar membuat pria itu hampir kehilangan pijakan.
“Mulai sekarang dan seterusnya, jangan pernah lagi muncul di sini, di kafe ini dan di depan gue. Good luck to you and i wish you the best, Mitsuya.” Senju mengakhiri kalimatnya dengan senyuman yang ia lukis paksa di wajah yang lembab akan air mata, ia berjalan menjauhi Mitsuya dan kembali dengan sebuah payung.
“Here, use this. Don't get sick.” Mitsuya menatap lekat manik Senju yang berjarak 5 langkah di depannya. Pria itu sungguh ingin melontarkan beberapa kalimat, tapi lidahnya terasa kelu untuk diajak berbicara.
“Please go, gue harus nutup kafe.” Senju berjalan menjauhi Mitsuya, memasang hoodie yang sempat ingin ia gunakan sebelum memilih berbicara dengan Mitsuya.
“Are you sure about your choice?” Suara Mitsuya berhasil membuat Senju menghentikan langkahnya saat akan menutup tirai jendela.
Gadis itu tidak mengindahkan pertanyaan Mitsuya. “Bahagia selalu, Senju. Bye then.”
Bel pintu berdering, menandakan Mitsuya sudah melangkah pergi keluar kafe menjauhi bangunan. Saat itu juga Senju menggenggam erat sudut meja, sakit kepalanya kian berasa dan cairan bening kian deras menuruni pipinya. Tangisannya pecah, berharap malam ini untuk segera berlalu. ..
Setelah keluar dari kafe, Mitsuya berpapasan dengan Inupi yang hendak singgah menemui Senju seperti biasa. Pria dengan aroma karbol itu sering mengunjungi Senju di saat jam tutup, alasannya ia baru bisa keluar RS. Padahal, Inupi hanya ingin berbincang dengan Senju saat keadaan tidak terlalu ramai dan sekalian mengantar gadis itu pulang ke apartemen. Inupi sempat kebingungan tujuan Mitsuya keluar dari kafe di saat jam pelayanan sudah tutup. _