Rumi Haitani

inupiei

written by inupiei


Jam menunjukkan pukul 10 pagi dan bel pulang telah berbunyi, menandakan ujian hari ini telah selesai.

“Cepat banget, ya. Udah kaya ngotorin baju pramuka aja.” Emma berceloteh ke arah teman sekelasnya.

“Kajut! Jadi?” Emma menghampiri Kazutora yang duduk bersandar di kursi depan kelas sambil asyik mengetik di ponselnya.

“Apaan?” Pria bernetra keemasan itu melempar tatapan ke arah Emma, selang beberapa detik kemudian pria itu kembali fokus pada gawainya.

“Ke Bukittinggi. Semalam kan batal?”

Respon Emma dijawab dengan gumaman oleh sang pria. Kesal tak mendapatkan jawaban, Emma menghampiri Baji yang baru saja menampakkan batang hidungnya.

“Baji !!”

Sorakkan Emma membuat sang punya nama menoleh.

“Jadikan?”

Baji melempar tatapan bingung akan pertanyaan gadis bersurai pirang ini.

“Bukittinggi ! Kan semalam ga jadi?” Emma menarik Baji menuju kursi di tempat Kazutora berada.

“Semangat banget lu?” Respon Baji pasrah ditarik Emma.

“Ya soalnya kan baru jam 10, ngapain coba kalau pulang?” Emma ikut duduk di sebelah Kazutora dan diikuti oleh Baji.

“Tidur.” Ujar Baji menoleh ke kelas Chifuyu, pria itu baru saja menampakkan diri.

Menyadari tatapan Baji dan kehadiran temannya, Chifuyu berjalan mendekat. Tapi langkah pria itu terhenti saat gadis berambut sebahu menghalang jalannya.

Ekspresi Chifuyu yang awalnya tenang berubah menjadi dingin.

Dua sejoli itu hanya diam dan saling menatap, membuat Chifuyu kesal dengan atmosfir yang tiba-tiba saja berubah.

Koridor di sekitar kelas IPS masih tersisa beberapa murid, mengingat hari ini ujian hanya 1 mata pelajaran, jadi banyak dari mereka masih enggan untuk beranjak pergi.

“Apa?” Ujar Chifuyu ketus.

Senju terdiam. Baginya sudah biasa menghadapi sikap dingin Chifuyu saat sering kali pria ini cemburu. Jadi, Senju tidak terlalu terkejut.

“Pulang bareng MinniーVespa putih aku, yu ?” Senyuman gadis itu merekah, seperti tidak terjadi apa-apa diantara mereka.

“Aku ada plan bareng Bajitora.” Chifuyu berjalan melewati Senju menuju arah Baji, Emma dan Kazutora berada.

“Ikut dong?” Senju mengekori kemana tujuan Chifuyu.

Sang pria tak kian merespon hingga mereka telah sampai di kursi tempat Baji, Emma dan Kazutora yang sedari tadi melihat atmosfir dingin di kedua sejoli tersebut.

“Jadi ga?” Chifuyu melontarkan pertanyaan kepada 3 manusia yang tengah kebingungan menatapnya.

“Ayok !! Senju ayok !!”

Emma dengan bersemangat menarik tangan Senju menjauhi tiga sekawan.

Chifuyu mendesis, pria itu mengerutkan keningnya melihat Emma yang sudah berjalan ke arah parkir mobil.

“Let's go!” Ujar Kazutora menepuk punggung Chifuyu dan diikuti oleh Baji.

written by inupiei


“Cool !” Ujar Chifyu saat menutup bagasi mobilnya setelah memasuki koper dan perkakas Baji.

“Pulang?” Tanya Chifuyu saat semua temannya sudah mengambil posisi di dalam mobil Honda Civic miliknya.

“Emang mau kemana?” Baji yang mengambil posisi di sebelah Emmaーbangku belakang penumpang mengeluarkan suara.

“Terserah? Nanggung kalau langsung pulang?” Chifuyu menginjak pedal gas.

Kazutora yang berada di sebelah kursi pengemudi bersuara, “Besok ujian cuma satu; Seni Budaya. Gas ke Bukittinggi, kuy?”

“Jauh anjing, kita bawa Emma. Ga enak lah pulang kemalaman.” Baji menendang kursi penumpang di depannya, tepat dimana Kazutora berada.

“1.5 jam sampe lah.” Chifuyu mengendarai mobilnya keluar area Bandara.

“Antar Emma dulu.” Baji melirik gadis yang tengah diam mendengar argumen tiga sekawan.

“Gue mau ikut !!” Sorak Emma ke arah Baji.

“Udah jam setengah 9, yang benar aja Emma.” Baji menggeleng kepalanya.

Emma melempar tatapan kesal kearah Baji, Chifuyu yang menyadari atmosfir yang mulai tidak enak langsung membuka suara.

“Sate Manangkabau aja dah.” Pria bernetra hijau ini paham betul tentang teman bersurai hitam pekatnya. Bagi Chifuyu, mengantar pulang wanita di atas jam 10 malam sudah tidak sopan.

“Nah bagus. Baji yang traktir.” Kazutora melempar tatapannya pada kaca spion.

“Bebas.” Baji bersandar sambil menuruni handle jok kursi.

“Besok aja habis ujian ke BKT.” Chifuyu melempar tatapannya ke arah Baji.

“Yeay mau pisang panggang Belakang Balok.” Emma menyiku Baji.

“Bawa Senju.”

Ucapan Baji membuat Chifuyu mengerutkan keningnya. “Kenapa?”

“Biar ini anak ada temennya.” Baji menunjuk Emma.

“Alasan. Bilang aja lu ga suka Emma sendirian cewe disini.” Lontaran kalimat Kazutora sukses membuat Baji menendang kursinya untuk kedua kali.

Chifuyu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang yang telah memasuki area Tabing bersama lantunan lagu The 1975 – It's Not Leaving If It's Not With You.

written by inupiei


Baji memasuki pekarangan rumah keluarga Sano dengan motor miliknya, menemui sang gadis yang saat ini sedang mengikat tali sepatu di teras rumah.

“Emma pergi dulu! Assalamualaikum.”

Emma Sano berjalan menuju pria bersurai pekat yang tengah bertengger di kendaraan besinya. Seperti biasa, Baji Keisuke akan memberikan baju tebal atau sweater milik pria itu kepada Emma, agar sang gadis tidak masuk angin pagi-pagi buta ini.

Pria itu memakai jeket kulit hitam yang dilapisi turtle neck abu-abu, memperlihatkan gaya kasual seorang Baji Keisuke.

Gadis bersurai pirang ini memasang helm Bogo Classics merah mudanya, “Thank's loh, Ji. Lo ga harus repot-repot juga ngantarin gue.” Emma mengambil posisi menaiki kendaraan Baji.

“Ga masalah, kan sekalian mau sarapan.” Baji memasukkan kopling motornya dan mengendarai keluar pekarangan keluarga Sano.

“Mama, Papa, Kakek, Kak Shin, Bang Iza, Draken sama Mikey bilang semoga lancar olimpiadenya.” Emma memegang erat sisi pinggang jeket Baji sambil mendorong sedikit tubuhnya ke depan, agar sang laki-laki bersurai hitam pekat ini mendengar suaranya.

“Aamiin.” Baji menampah kecepatannya saat lampu merah di persimpangan telah padam.

“Draken udah datang sepagi ini?” Pasalnya, pria ini mendapati motor milik Draken parkir di pekarangan keluarga Sano saat menunggu Emma.

Emma mengangguk, “Katanya ada urusan sama Kak Shin. Oh iya, besok gue berangkat bareng Draken.”

Baji mengangguk, “Pake sweater atau jeket, ya?”

Emma Sano sudah tau akan kebiasaan pria ini, sweater atau baju tebal lainnya harus sepaket saat bepergian dengan motor oleh seorang Baji Keisuke. Alasannya, pria itu tidak suka masuk angin, kalau hai ini terjadi, sang Ibu akan segera mengambil koin kecil dan minyak goreng yang siap untuk mengerok punggungnya. Baji, tidak suka akan hal itu.

written by inupiei


Yuzuha menuruni ojol yang sengaja ia pesan dari rumah menuju ke lokasi, alasannya gadis ini takut mengendarai motor ataupun mobil yang tersedia di garasi milik keluarganya. Mengingat beberapa tahun lalu, Yuzuha sempat kecelakan kecil akibat mengendarai mobil milik kakak laki-lakinya, alhasil gadis ini memilih untuk tidak menyentuh berbagai kendaraan.

Gadis berbalut jeans panjang dan hoodie oversized berwarna abu-abu ini memasuki pekarangan kafe. Ia beberapakali memperbaiki tata rambutnya yang sempat kusut akibat angin selama diperjalanan. Atensi gadis bersurai ginger ini menangkap dua pemuda tengah berbincang santai ditemani dua minuman yang sudah tinggal separuh.

Ia berjalan ke arah dua pemuda yang tengah asik berbincang itu dan menarik sebuah kursi yang tak jauh dari meja tujuannya untuk bergabung pada meja khusus ditempati oleh dua orang tersebut.

Kedua pemuda itu mengalihkan fokusnya pada kehadiran Yuzuha.

“Eh, Kak Ju! Ga pesan, Kak?”

Naoto reflek menggeser beberapa perkakasnya untuk mengosongkan beberapa ruang untuk Yuzuha di atas meja.

Yuzuha mengangguk, “Iya. Nasi ayam sambel geprek sama es lime tea.”

Naoto mengangguk dan segera bangkit dari posisinya menuju kios order.

Yuzuha menyambar beberapa tisu di dekat Kazutora dan dengan spontan mengeluarkan ingusnya yang sedari tadi menyumbat pernapasan gadis itu.

“Anjir! Ke toilet sono, Ju!”

Kazutora menyerngit mendapatkan tingkah Yuzuha yang secara tiba-tiba.

Tidak mengindahkan ucapan Kazutora, Yuzuha kembali mengeluarkan ingusnya.

“Sorry.” Yuzuha selesai dengan aktivitas memeras hidungnya.

“Lo aman?” Kazutora menatap gadis di sampingnya dengan kening berkerut.

Kazutora memandangi penampilan Yuzuha yang cukup asal-asalan. Karena dia masih bisa melihat bekas maskara luntur di sudut mata gadis ini dan mata yang sedikit membengkak, juga hidung yang memerah akibat ingus yang baru saja ia keluarkan.

Yuzuha mengangguk menanggapi ucapan pertanyaan Kazutora.

“Ga makan, Jut?” Yuzuha menenggelamkan kedua tangannya pada kantong hoodie.

“Makan apaan anjir Ju jam setengah 11?” Pria bernetra keemasan itu memeriksa ponselnya dan mulai mengetik sesuatu di sana.

“Oh.. gue belum makan sejak pulsek. Cuma baru ngabisin hot pangsit bawaan lu. Hehehe..!” Yuzuha tersenyum lebar kearah Kazutora yang tengah fokus pada gawainya.

Naoto baru saja mendapat giliran antrian. Kazutora tak kunjung mengacuhkannya, Yuzuha bersandar pada kursi dan menengadahkan kepalanya ke langit sambil menghembuskan nafas kasar.

“Hanma punya simpanan uni-uni Fakultas Bahasa dan Seni UNP.” Celoteh Yuzuha membuat Kazutora melepaskan fokusnya pada gawai.

“FBS UNP? Univ Negeri Padang?” Balas Kazutora.

Yuzuha mengangguk, “Gue ga pernah login instagram Hanma sejak awal balikan agustus kemarin; dulu sempat tukeran IG sih ternyata dia ga ganti passwordnya, trus tadi gue login dan uni itu ngetag Hanma pake second acc nya, banyak banget sejak september dan gue cuma bisa cek story yang hari ini.”

Kazutora tidak mengerti kenapa gadis ini secara terang-terangan membuka masalahnya, mengingat mereka hanyalah rekanan MPK, seharusnya tak sedekat itu untuk bisa berbagi masalah.

Keadaan sekitar terasa canggung. Bagi Kazutora, permasalahan romansa bukan hal yang membuat ia tertarik untuk diperbincangkan. Hingga mendengar cerita gadis itu mungkin sudah lebih dari cukup.

“Mungkin seharusnya gue ga pernah nerima dia kembali. Dari awal pasti masalahin orang ketiga. Trus putus, trus balik lagi ke gue.” Yuzuha memainkan tali hoodienya.

“Dan lo nya mau.”

Yuzuha terkejut mendengar reaksi pria di sampingnya ini. Pasalnya, pria ini membungkam sedari tadi.

Gadis itu terkekeh pelan, “Mungkin dia bisa berubah dari sebelumnya dan jujur sih, gue nyesal aja mutusin dia spontan dulu itu. Hanya karena gue bosan. Eh taunya sekarang jadi gini.”

Kazutora meletakkan ponselnya diatas meja dan meneguk beberapa vanila latte yang sudah tinggal separuh.

“You guys love each others?” Kazutora melipat kedua tangannya di depan dada.

Yuzuha menaikkan kedua bahunya, “Gue sempat sedih tadi siang, tapi makin kesini kayanya udah biasa aja. Jadi, yaudah gitu? Just go with the flow.”

Kazutora melihat gadis di sampingnya ini cukup lekat, “Sok kuat?” pria ini terkekeh dalam diam.

“Akustikan yok, Jut?” Yuzuha mencepol rambutnya dengan jedai yang sedari tadi berada dalam kantong hoodienya.

Kazutora diam sejenak memperhatikan sekitar. Keadaan malam selasa di Kupi Batigo cukup dibilang ramai, pasalnya beberapa kursi yang tersedia cukup terisi. Musik akustik yang tiap kali menemani malam-malam di Kupi Batigo masih berputar, dimainkam oleh pengunjung yang sengaja untuk menyumbangkan suara. Beda kalau malam Jumat dan malam Minggu, pihak kafe sengaja mendatangkan artis-artis lokal sekitaran Padang yang lihai dalam bernyanyi, akustik dan meramaikan suasana.

Pria bernetra keemasan itu menahan seorang pelayan yang tiba-tiba berjalan di depan meja tempat ia berada.

“Da, habis ini saya mau akustikan. Berapa antrian lagi?”

Yuzuha tertawa melihat respon Kazutora pada permintaannya.

“Ga ada, Da. Langsung aja naik ke stage, Da.”

Kazutora mengangguk mendengar jawaban pelayan kafe dan mengucapkan terimakasih padanya.

“Gue mainin gitarnya, lo nyanyi sama gue.”

Pria bersurai acak-acakkan itu tersenyum sumringah. Entah apa yang ada di dalam fikirannya, padahal dua sahabat karibnya sedang menunggu kedatangan pria ini untuk bermain game yang telah dijanjikan.

“Let's go.” Ujar Yuzuha mengiringi Kazutora yang sedang berjalan menuju stage akustik.

written by inupiei


Yuzuha menuruni ojol yang sengaja ia pesan dari rumah menuju ke lokasi, alasannya gadis ini takut mengendarai motor ataupun mobil yang tersedia di garasi milik keluarganya. Mengingat beberapa tahun lalu, Yuzuha sempat kecelakan kecil akibat mengendarai mobil milik kakak laki-lakinya, alhasil gadis ini memilih untuk tidak menyentuh berbagai kendaraan.

Gadis berbalut jeans panjang dan hoodie oversized berwarna abu-abu ini memasuki pekarangan kafe. Ia beberapakali memperbaiki tata rambutnya yang sempat kusut akibat angin. Atensi gadis bersurai ginger ini menangkap dua pemuda tengah berbincang santai ditemani dua minuman yang sudah tinggal separuh.

Ia berjalan ke arah dua pemuda yang tengah asik berbincang itu dan menarik sebuah kursi yang tak jauh dari meja tujuannya untuk bergabung pada meja khusus ditempati oleh dua orang tersebut.

Kedua pemuda itu mengalihkan fokusnya pada kehadiran Yuzuha.

“Eh, Kak Ju! Ga pesan, Kak?”

Naoto reflek menggeser beberapa perkakasnya untuk mengosongkan beberapa ruang untuk Yuzuha di atas meja.

Yuzuha mengangguk, “Iya. Nasi ayam sambel geprek sama es lime tea.”

Naoto mengangguk dan segera bangkit dari posisinya menuju kios order.

Yuzuha menyambar beberapa tisu di dekat Kazutora dan dengan spontan mengeluarkan ingusnya yanh sedari tadi menyumbat pernapasan gadis itu.

“Anjir! Ke toilet sono, Ju!”

Kazutora mengernyit mendapatkan tingkah Yuzuha yang secara tiba-tiba.

Tidak mengindahkan ucapan Kazutora, Yuzuha kembali mengeluarkan ingusnya.

“Sorry.” Yuzuha selesai dengan aktivitas memeras hidungnya.

“Lo aman?” Kazutora menatap gadis di sampingnya dengan kening berkerut.

Kazutora memandangi penampilan Yuzuha yang cukup asal-asalan. Karena dia masih bisa melihat bekas maskara luntur di sudut mata gadis ini dan mata yang sedikit membengkak, juga hidung yang memerah akibat ingus yang baru saja ia keluarkan.

Yuzuha mengangguk menanggapi ucapan pertanyaan Kazutora.

“Ga makan, Jut?” Yuzuha menenggelamkan kedua tangannya pada kantong hoodie.

“Makan apaan anjir Ju jam setengah 11?” Pria bernetra keemasan itu memeriksa ponselnya dan mulai mengetik sesuatu di sana.

“Oh.. gue belum makan sejak pulsek. Cuma baru ngabisin hot pangsit bawaan lu. Hehehe..!” Yuzuha tersenyum lebar kearah Kazutora yang tengah fokus pada gawainya.

Naoto baru saja sampai di antrian. Kazutora tak kunjung mengacuhkannya, Yuzuha bersandar pada kursi dan menengadahkan kepalanya ke langit sambil menghembuskan nafas kasar.

“Hanma punya simpanan uni-uni Fakultas Bahasa dan Seni UNP.” Celoteh Yuzuha membuat Kazutora melepaskan fokusnya pada gawai.

“FBS UNP? Univ Negeri Padang?” Balas Kazutora.

Yuzuha mengangguk, “Gue ga pernah login instagram Hanma sejak awal balikan agustus kemarin; dulu sempat tukeran IG sih ternyata dia ga ganti passwordnya, trus tadi gue login dan uni itu ngetag Hanma pake second acc nya, banyak dan gue cuma bisa cek story yang hari ini.”

Kazutora tidak mengerti kenapa gadis ini secara terang-terangan membuka masalahnya, mengingat mereka hanyalah rekanan MPK, seharusnya tak sedekat itu untuk bisa berbagi masalah.

Keadaan sekitar terasa canggung. Bagi Kazutora, permasalahan romansa bukan hal yang membuat ia tertarik

written by inupiei


Yuzuha menuruni ojol yang sengaja ia pesan dari rumah menuju ke lokasi, alasannya gadis ini takut mengendarai motor ataupun mobil yang tersedia di garasi milik keluarganya. Mengingat beberapa tahun lalu, Yuzuha sempat kecelakan kecil akibat mengendarai mobil milik kakak laki-lakinya, alhasil gadis ini memilih untuk tidak menyentuh berbagai kendaraan.

Gadis berbalut jeans panjang dan hoodie oversized berwarna abu-abu ini memasuki pekarangan kafe. Ia beberapakali memperbaiki tata rambutnya yang sempat kusut akibat angin. Atensi gadis bersurai ginger ini menangkap dua pemuda tengah berbincang santai ditemani dua minuman yang sudah tinggal separuh.

Ia berjalan ke arah dua pemuda yang tengah asik berbincang itu dan menarik sebuah kursi yang tak jauh dari meja tujuannya untuk bergabung pada meja khusus ditempati oleh dua orang tersebut.

Kedua pemuda itu mengalihkan fokusnya pada kehadiran Yuzuha.

“Eh, Kak Ju! Ga pesan, Kak?”

Naoto reflek menggeser beberapa perkakasnya untuk mengosongkan beberapa ruang untuk Yuzuha di atas meja.

Yuzuha mengangguk, “Iya. Nasi ayam sambel geprek sama es lime tea.”

Naoto mengangguk dan segera bangkit dari posisinya menuju kios order.

Yuzuha menyambar beberapa tisu di dekat Kazutora dan dengan spontan mengeluarkan ingusnya yanh sedari tadi menyumbat pernapasan gadis itu.

“Anjir! Ke toilet sono, Ju!”

Kazutora mengernyit mendapatkan tingkah Yuzuha yang secara tiba-tiba.

Tidak mengindahkan ucapan Kazutora, Yuzuha kembali mengeluarkan ingusnya.

“Sorry.” Yuzuha selesai dengan aktivitasnya

written by inupiei


Kazutora membaca satu persatu surat yang baru saja diserahkan oleh Pehyan saat ia menemui pria ini menunggu di mushola. Kebetulan parkiran bersebelahan dengan mushola, jadi inisiatif Kazutora benar untuk langsung menemui pria ini.

“Angkatan Bang Shinichiro, ya? Wah.. semoga malam sarumpun gue ga aneh-aneh deh.” Ujar Kazutora menanda-tangani satu persatu surat undangan.

“Hahaha, kenapa Bang?” Pehyan tertawa kecil menanggapi ucapan Kazutora.

“Sebenarnya bakalan lebih meriah dan rame ngundang angkatan tua, jadi acara puncak bisa mereka yang ambil alih. Otomatis angkatan gue nanti dilantik oleh mereka dan akan lebih diagung-agungkan gitu oleh angkatan lain, karena dilantik oleh angkatan yang lebih tua. Kan sebenarnya yang lantik angkatan 38 tuh, angkatan 36. Tiap tahun akan gitu karena siapa yang ospekin satu angkatan maka dia juga nanti yang berhak melantik angkatan tersebut, nanti angkatan gue bakal lantik angkatan 40. Kecuali, kalau ngundang angkatan lebih tua, pasti mereka yang ambil alih, tapi tetap akan ikut campur angkatan yang berhak.” Kazutora duduk bersila sambil melanjutkan menandatangani surat-surat.

“Ingat angkatan 36? Awal gue kelas 1. Malam Sarumpun 36 kacau banget karna ngundang angkatan 26 yang kebetulan kasusnya sama dengan gue saat ini, mereka mau homecoming di sekolah. Angkatan 36 dikerjain habis-habisan kaya diospek ulang, padahalkan pelantikan alumni, ini malah kaya jadi ospek mahasiswa.” Kazutora menyelesaikan aktivitasnya sambil mengeluarkan ponsel miliknya, memeriksa sesuatu disana.

“Homecoming ini reuni kan ya, Bang? Emang bebas lokasinya?” Pehyan melipat surat-surat kedalam amplop.

“Bebas, tergantung kesepakan angkatan. Trus angkatan dibawah yang ngatur acara, sama kaya malam sarumpun.” Netra Kazutora menyipit saat menemui tweet base sekolah yang sedang heboh.

“Di ospek pas Malam Sarumpun padahal pake baju prom gitu?” Mata Pehyan membulat mendengar pernyataan Kazutora.

Yang ditanya hanya mengangguk, enggan melepas fokusnya pada gawai.

“Hati-hati bang, siapa tau angkatan 36 balas dendam. Hahaha!” Celoteh Pehyan cukup membuat atensi Kazutora mengarah padanya.

“Kita bebas untuk memilih ga ngundang angkatan yang homecoming di sekolah?” Pertanyaan Pehyan dibalas gelengan oleh Kazutora.

“Kalau ga diundang, mereka datang sendiri. Ntar keadaan jadi lebih kacau, lu semua di sidang angkatan 36 karna ga ngehargain senior dan boom! Malam Sarumpun 38 gagal.” Kazutora menyimpan ponselnya dan bersiap-siap untuk pergi.

Pehyan mengangguk paham akan penjelasan Kazutora dan berdiri menyambut Kazutora yang pergi meninggalkan mushola.


Pria bernetra keemasan itu membiarkan rambutnya diacak oleh angin. Ia bersandar pada motor miliknya sambil menggenggam satu buah helm yang ia dapati dari ruangan MO dan helm miliknya masih bertengger di jok motor. Pria itu sedang fokus pada ponsel dan mulai membuka room chat dengan gadis yang sedang ia tunggu.

“Di read doang?” Kening Kazutora berkerut.

Pria itu kembali mengetik pesan untuk sang gadis, tapi kali ini tidak dibaca.

Kazutora meletakkan helm yang ia genggam di jok motor, bersebelahan dengan helm miliknya dan memilih pergi mengunjungi sang gadis yang mungkin saja masih berada di depan kelas 12 IPS 1.

written by inupiei


Kazutora membaca satu persatu surat yang baru saja diserahkan oleh Pehyan saat ia menemui pria ini menunggu di mushola. Kebetulan parkiran bersebelahan dengan mushola, jadi inisiatif Kazutora benar untuk langsung menemui pria ini.

“Angkatan Bang Shinichiro, ya? Wah.. semoga malam sarumpun gue ga aneh-aneh deh.” Ujar Kazutora menanda-tangani satu persatu surat undangan.

“Hahaha, kenapa Bang?” Pehyan tertawa kecil menanggapi ucapan Kazutora.

“Sebenarnya bakalan lebih meriah dan rame ngundang angkatan tua, jadi acara puncak bisa mereka yang ambil alih. Otomatis angkatan gue nanti dilantik oleh mereka dan akan lebih diagung-agungkan gitu oleh angkatan lain, karena dilantik oleh angkatan yang lebih tua. Kan sebenarnya yang lantik angkatan 38 tuh, angkatan 36. Tiap tahun akan gitu karena siapa yang ospekin satu angkatan maka dia juga nanti yang berhak melantik angkatan tersebut, nanti angkatan gue bakal lantik angkatan 40. Kecuali, kalau ngundang angkatan lebih tua, pasti mereka yang ambil alih, tapi tetap akan ikut campur angkatan yang berhak.” Kazutora duduk bersila sambil melanjutkan menandatangani surat-surat.

“Ingat angkatan 36? Awal gue kelas 1. Malam Sarumpun 36 kacau banget karna ngundang angkatan 26 yang kebetulan kasusnya sama dengan gue saat ini, mereka mau homecoming di sekolah. Angkatan 36 dikerjain habis-habisan kaya diospek ulang, padahalkan pelantikan alumni, ini malah kaya jadi ospek mahasiswa.” Kazutora menyelesaikan aktivitasnya sambil mengeluarkan ponsel miliknya, memeriksa sesuatu disana.

“Homecoming ini reuni kan ya, Bang? Emang bebas lokasinya?” Pehyan melipat surat-surat kedalam amplop.

“Bebas, tergantung kesepakan angkatan. Trus angkatan dibawah yang ngatur acara, sama kaya malam sarumpun.” Netra Kazutora menyipit saat menemui tweet base sekolah yang sedang heboh.

“Di ospek pas Malam Sarumpun padahal pake baju prom gitu?” Mata Pehyan membulat mendengar pernyataan Kazutora.

Yang ditanya hanya mengangguk, enggan melepas fokusnya pada gawai.

“Hati-hati bang, siapa tau angkatan 36 balas dendam. Hahaha!” Celoteh Pehyan cukup membuat atensi Kazutora mengarah padanya.

“Kita bebas untuk memilih ga ngundang angkatan yang homecoming di sekolah?” Pertanyaan Pehyan dibalas gelengan oleh Kazutora.

“Kalau ga diundang, mereka datang sendiri. Ntar keadaan jadi lebih kacau, lu semua di sidang angkatan 36 karna ga ngehargain senior dan boom! Malam Sarumpun 38 gagal.” Kazutora menyimpan ponselnya dan bersiap-siap untuk pergi.

Pehyan mengangguk paham akan penjelasan Kazutora dan berdiri menyambut Kazutora yang pergi meninggalkan mushola.


Pria bernetra keemasan itu membiarkan rambutnya diacak oleh angin. Ia bersandar pada motor miliknya sambil menggenggam satu buah helm yang ia dapati dari ruangan MO dan helm miliknya masih bertengger di jok motor. Pria itu sedang fokus pada ponsel dan mulai membuka room chat dengan gadis yang sedang ia tunggu.

“Di read doang?” Kening Kazutora berkerut.

Pria itu kembali mengetik pesan untuk sang gadis, tapi kali ini tidak dibaca.

Kazutora meletakkan helm yang ia genggam di jok motor, bersebelahan dengan helm miliknya dan memilih pergi mengunjungi sang gadis yang mungkin saja masih berada di depan kelas 12 IPS 1.

written by inupiei


“Ke IPS 4, ya Ju?” Hinata memungut ranselnya.

Satu persatu anggota kelas 12 IPA 4 mulai meninggalkan ruangan yang telah disusun rapi meja dan kursi untuk Ujian Akhir Semester 1 yang akan dimulai lusa. Tiap kelas mengadakan gotong royong untuk menyusun tempat duduk sesuai nomor ujian yang telah ditentukan sekolah.

“Engga.” Yuzuha menggeleng meninggalakan kelas yang diekori oleh Hina.

“Lu jangan lari dari masalah gitu dong, Ju. Tadi Hanma juga nyariin lo pas kita lagi ngepel. Eh, lo sendiri ngumpet belakang lemari.” Hina mengambil posisi bersandar pada pintu kelas yang telah di kunci Yuzuha, selaku wakil kelas 12 IPA 4.

“Gue udah males sama pembohong.” Yuzuha memberikan kunci kelas ke tangan Hina.

“Langsung ke ruangan piket ya, Hin. Dadah!!” Yuzuha meluncur pergi sebelum mendengar celotehan Hinata.


12 IPS 1 terlihat tenang mendengar intruksi untuk persiapan ujian oleh sang wali kelas. Yuzuha muncul dari sisi belakang kelas, sehingga kehadirannya tidak disadari oleh penghuni kelas. Gadis itu mengambil posisi menduduki kursi panjang yang disediakan di depan kelas oleh tiap-tiap kelas.

Gadis itu sesekali melirik ke dalam kelas berwarna abu-abu tua. Seingat Yuzuha, 12 IPS 1 menjuarai dekoran kelas terbaik saat awal semester kemarin. Acara tersebut diadakan tiap awal semester oleh MPK-OSIS, hingga tiap kelas memiliki dekoran dan suasana kelas tersendiri. Seperti halnya dengan kelas 12 IPA 4 ーkelas Yuzuhaー, memiliki warna cat biru muda dan berbagai hiasan di dinding.

Yuzuha memainkan ujung sepatunya pada lantai, hingga satu persatu siswa kelas 12 IPS 1 bergerombolan keluar. Ada dari mereka yang masih memegang kertas ujian yang didalamnya langsung tertera jadwal ujian dan ada yang langsung pulang menuju parkiran. Yuzuha cukup kikuk memandangi anak IPS yang berlalu-lalang, baginya bermain ke area anak IPS sangatlah jarang, pun kalau bersama Hanma mereka sering menghabiskan waktu di kantin atau di kelasnya, jadi pandangan asing terhadapnya cukup melekat.

Yuzuha melempar senyum saat salah satu gadis berambut pirang tersenyum manis padanya dan berlalu pergi sebelum bersandar pada dinding kelas 12 IPS 3 untuk menanti seseorang.

“Ah.. iya! Itu adik perempuan Mikey yang masuk sekolah setahun lebih cepat.” Gadis bersurai ginger itu berceloteh sambil mengangguk diam.

Yuzuha kembali melirik ke dalam kelas, tetapi pria yang ia cari tidak ada. Kening Yuzuha berkerut, tidak mungkin pria bernetra emas itu melarikan diri, kan?

“There you are.”

Netra Yuzuha membulat saat yanh datang bukan Kazutora, melainkan kekasihnya, Hanma.

Gadis itu terlalu fokus akan suasan area IPS hingga lupa kalau 12 IPS 4 berjarak 3 kelas dari tempat ia berdiri.

Raut wajah Yuzuha berubah kesal, “Aku gak nungguin kamu.”

Hanma melirik ke dalam kelas IPS 1, tidak ada siapa-siapa. “Maaf Yuzu, ayo kita pulang.”

Hanma segera menarik pergelangan tangan Yuzuha setelah menyelesaikan kalimatnya.

“Ih !! Kan udah dibilang, aku sama Kajut.” Suara Yuzuha cukup membuat area IPS mengalihkan tatapan kearahnya.

Sebenarnya tatapan asing yang dilemparkan ke Yuzuha oleh anak IPS karena mereka tau tentang hubungan cinta monyet Yuzuha dan Hanma. Mungkin, satu sekolah tau tentang kisah mereka yang selalu putus-nyambung.

“Enggak.” Hanma menggeleng menatap Yuzuha.

“Apasih? Aku nungguin Kajut.” Gadis itu menjauh dari Hanma yang sebelah tangannya memegang ransel.

Pria itu membuang tatapannya ke sekitar, mencoba menenangkan amarahnya. Hanma Shuji, pria yang dikenal memiliki sentimen yang buruk. Dan Yuzuha Shiba, paham akan hal itu.

“Okay. We're done.” Hanma mengusap kasar rambutnya sebelum menatap lekat manik Yuzuha.

Gadis itu terdiam mematung, sebelum berkedip beberapa kali ia segera membuang muka. “Yeah, good for us.”

Hanma tertawa remeh menanggapai respon Yuzuha, pria itu berlalu pergi meninggalkan Gadis yang menjadi pusat perhatian warga IPS.

written by inupiei


“Duluan, Kak, Bang.” Kisaki dengan motornya melaju meninggalkan pekarangan sekolah dengan Hakkai.

“Duluan yaa! See you guys.” Hina melambaikan tangan sesaat sebelum menaiki motor yang diberi tumpangan oleh kekasihnya, Takemichi.

“Dah, Jut! Juha!” Takemichi memberikan klakson dua kali sebelum benar-benar meninggalkan pekarangan sekolah.

Kazutora masih berkutat pada ponselnya sambil mengunci ruangan MO. Kunci ruangan merupakan tanggungjawab dan hanya dipegang oleh Ketua Umum.

“Tungguin gue, Jut.” Langkah pria itu terhenti saat suara Yuzuha membuyarkan fokusnya pada gawai.

Gadis itu bersandar pada tembok sambil memegang ponsel. Kazutora menyipit menunggu kelanjutan ucapan gadis itu.

“Tungguin Hanma jemput gue.” Yuzuha menangkap respon dari tatapan sang pria. Gadis itu merapikan rambut yang sempat menutupi penglihatannya.

“Kenapa harus gue?” Kazutora tidak mengindahkan permintaan gadis berambut ginger itu, ia berjalan menuju parkiran yang terletak beberapa meter dari ruangan MO.

Baru separuh pria itu berjalan, kotak minum bertuliskan teh pucuk yang telah kosong berhasil mendarat di kepalanya. Pria dengan manik berwarna kuning itu melemparkan tatapan kesal.

“Cuma lo yang tinggal, anjing! Tega apa lo ninggalin cewe sendirian?” Kening Yuzuha berkerut dengan tatapan mata yang cukup mengartikan permohonan.

“Lo melempar sampah ke arah gue and ask for help with that attitude? Lo waras?” Kazutora mengambil botol minuman yang menjadi sasaran kepalanya tadi dan melemparkan kearah Yuzuha, lebih tepatnya ke arah samping Yuzuha; tong sampah.

Gadis itu berkedip beberapa kali sebelum membuka mulut, “Lo budeg sih.”

Kazutora terkekeh, “See??” Pria itu berjalan menjauhi Yuzuha menuju parkiran.

“Sumpah deh, Jut. Tolongin. Lima menit.” Yuzuha berjalan mengekori pria dengan potongan rambut acakan itu menuju parkiran.

“Untungnya di gue apa, ya?” Pria itu berjalan menuju parkiran tanpa melirik kearah sang gadis. Keadaan sekolah sudah sepi, mengingat peraturan sekolah bahwa jam 19.00 segala kegiatan sekolah harus ditiadakan. Buktinya, hanya motor Kazutora satu-satunya yang masih berdiri kokoh di parkiran.

“Gue udah nolongin lo tadi selama rapat. Jadi sekarang giliran lo.” Yuzuha berusaha menyamakan langkah mereka.

“Ulah lo juga keadaan bisa seperti itu, so.. it has nothing to do with me.” Kazutora menekan alarm motornya saat tinggal beberapa jarak lagi. Pria itu hendak mengambil helm miliknya yang bertengger di jok motor, tapi sang gadis lebih dahulu merebutnya.

Kazutora menghembuskan nafas kasar, “Kesiniin!” Pria itu menatap Yuzuha yang dengan singap memakai helm miliknya.

“Gak! Tungguin sampe Hanma datang.” Gadis itu menggeleng sambil membentuk garis silang dengan kedua tangannya di depan dada.

Kazutora menatap lekat manik Yuzuha, gadis itu sampai bergedik saat netra mereka bertemu. Pria dengan manik keemasan ini memang pandai bicara lewat matanya.

“Oke.” Kazutora menaiki motornya dan menekan tombol starter untuk segera menyalakan motor.

“Dibilang tungguin! Lo gabakal bisa pulang karna ini helm di gue!” Yuzuha mengancam dengan helm yang kebesaran di kepalanya.

“Iya bego. Lo naik. Mau nunggu di sini lo?” Kazutora menatap sekitaran sekolah yang sudah gelap hanya diterangi lampu beberapa watt di setiap kelas.

“Yakin?” Pria dengan manik keemasan itu menatap Yuzuha sesaat sebelum mengisyaratkan gadis itu tentang ruangan laboratorium fisika yang hanya berjarak beberapa meter dari parkiran.

Yuzuha terpaku, gadis itu berjalan mendekati Kazutora yang sudah bertengger di sepeda motornya. Tanpa aba-aba gadis bersurai ginger itu menaiki kursi penumpang dengan posisi menyamping.

“Serem. Jalan, Jut!”

Kazutora terkekeh pelan mendengar nada suara yang terdengar ciut dari seorang gadis Shiba.

Kendaraan Kazutora meninggalkan pekarangan sekolah, pria itu memberhentikan motornya tepat di depan gerbang Sonder HS.

“Gue ga niat antarin lo pulang, turun.” Omelan Kazutora sukses membuat pegangan Yuzuha melonggar pada sisi pinggang baju sang pria.

Yuzuha masih enggan membuka helm kebesaran itu.

“Berapa lama sih? Gue juga ditungguin, Ju.” Kazutora mematikan mesin motornya dan menurunkan standar untuk menahan tubuhnya yang bertopang pada kereta besi itu.

“Lima menit doang.” Yuzuha memeriksa kembali handphonenya.

“Lu bilang gitu tadi.” Pria itu mengacak rambutnya yang di hembus oleh angin malam. Ia melirik jam yang bertengger di lengan kirinya, 19.55 waktu setempat.

“Iya tunggu dulu, Hanma habis futsal dari gor jadi agak telat.” Gadis itu kian berkutat pada ponselnya.

“Hah? Pehyan aja tadi udah selesai futsalnya.” Kazutora melempar tatapan bingung, pasalnya kekasih gadis itu berada dalam satu ekskul dengan salah satu anggota OSIS dan teman akrabnya.

Yuzuha mendengar penjelasan pria itu dan segera membuka suara. “Peh bisa aja izinkan?” Gadis itu sedikit termenung sebelum lanjut mengetik pesan disana.

Kazutora pernah mendengar bahwa hubungan Yuzuha dan kekasihnya saat ini adalah kali ketiga. Benar, mereka selalu putus-nyambung dengan masalah yang Kazutora tidak paham, sekalipun tau ia juga tak peduli.

Pria bernetra keemasan itu membiarkan surainya diacak oleh angin malam, ia terkekeh pelan. “Gue mau ke bacarito kopi, ketemu Cipuy dan Baji. Cipuy kapten futsal dan udah ngabarin gue-” Pria itu menahan ucapannya sambil melihat jam.

“Satu jam yang lalu.” Kazutora menyelesaikan kalimatnya dengan mengalihkan fokus pada ponsel yang baru saja ia pegang setelah mendapat satu notifikasi.

Yuzuha terdiam menatap layar ponselnya. Ia paham betul apa yang dimaksud pria yang tengah bertengger pada kereta besinya itu. Gadis bersurai ginger itu hanya menunduk hingga Kazutora tak bisa melihat wajahnya.

“Siniin helm gue. Copot ntar pala lu.” Kazutora menyimpan kembali gawainya.

Yuzuha mengambil nafas dalam-dalam sebelum menghembuskannya. Gadis itu menegakkan kembali kepalanya dan menekan sesuatu di ponsel itu. “Tungguin sampe mang ojol gue datang.”

Kazutora mengangguk sambil melipat kedua tangan di dadanya. Dia tidak mengerti akan perubahan yang dibuat oleh sang gadis secara tiba-tiba.

Mereka cukup diam beberapa menit sebelum Yuzuha memecahkan keheingan. “Udah dekat.”

Kazutora mengangguk dan melihat sekitar, ia menemukan pria dengan balutan jeket hijau khas ojol mendekatinya. Ojol tersebut berhenti dihadapannya, “Pesanan Yuzuha Shiba? Tujuan Siteba ya, Da?” Kazutora menuruni motor menanyai sang ojol dan menghampirinya.

Ojol tersebut mengangguk dan melemparkan tatapan pada dua sejoli yang tengah berdiri menghadangnya. Yuzuha bersiap menaiki ojol dengan langkah yang tiba-tiba terhenti.

“Helm gue!” Kazutora menarik helm dari genggaman gadis bersurai ginger itu.

Yuzuha hanya ber-oh ria sambil mengangguk, mengambil helm yang barusaja ditawarkan Uda Ojol.

“Berantem ya Uni sama pacarnya?” Ucapan ojol cukup membuat Yuzuha menghentikan aktivitasnya, gadis itu ingin menyangkal tapi kehendak lain memilihnya untuk tertawa pelan.

Yuzuha melihat Kazutora yang tengah asyik pada ponselnya sebelum pria itu memakai helm, selanjutnya pria bermanik keemasan itu menekan tombol starter dan melajukan kendaraannya dengan arah yang berlawanan dengan tujuan Yuzuha.


Kazutora mengendarai motornya dengan kecepatan sedang menuju lokasi dimana teman karibnya telah menunggu. Sekilas pria itu memandangi kaca spion, memastikan bahwa gadis bersurai ginger itu telah beranjak dari posisinya.

Kazutora sontak terkejut saat berselisih jalan dengan pengguna motor KLX yang sempat ia temui tadi siang di depan ruangan MO sedang menuju kearah sekolah.

“Buset. Itu si Hanma.”

Tawa Kazutora pecah, pasalnya ia cukup membumbui fikiran Yuzuha dengan hal-hal negatif hingga gadis itu memutuskan untuk memesan ojek online.