written by inupiei
“Duluan, Kak, Bang.” Kisaki dengan motornya melaju meninggalkan pekarangan sekolah dengan Hakkai.
“Duluan yaa! See you guys.” Hina melambaikan tangan sesaat sebelum menaiki motor yang diberi tumpangan oleh kekasihnya, Takemichi.
“Dah, Jut! Juha!” Takemichi memberikan klakson dua kali sebelum benar-benar meninggalkan pekarangan sekolah.
Kazutora masih berkutat pada ponselnya sambil mengunci ruangan MO. Kunci ruangan merupakan tanggungjawab dan hanya dipegang oleh Ketua Umum.
“Tungguin gue, Jut.” Langkah pria itu terhenti saat suara Yuzuha membuyarkan fokusnya pada gawai.
Gadis itu bersandar pada tembok sambil memegang ponsel. Kazutora menyipit menunggu kelanjutan ucapan gadis itu.
“Tungguin Hanma jemput gue.” Yuzuha menangkap respon dari tatapan sang pria. Gadis itu merapikan rambut yang sempat menutupi penglihatannya.
“Kenapa harus gue?” Kazutora tidak mengindahkan permintaan gadis berambut ginger itu, ia berjalan menuju parkiran yang terletak beberapa meter dari ruangan MO.
Baru separuh pria itu berjalan, kotak minum bertuliskan teh pucuk yang telah kosong berhasil mendarat di kepalanya. Pria dengan manik berwarna kuning itu melemparkan tatapan kesal.
“Cuma lo yang tinggal, anjing! Tega apa lo ninggalin cewe sendirian?” Kening Yuzuha berkerut dengan tatapan mata yang cukup mengartikan permohonan.
“Lo melempar sampah ke arah gue and ask for help with that attitude? Lo waras?” Kazutora mengambil botol minuman yang menjadi sasaran kepalanya tadi dan melemparkan kearah Yuzuha, lebih tepatnya ke arah samping Yuzuha; tong sampah.
Gadis itu berkedip beberapa kali sebelum membuka mulut, “Lo budeg sih.”
Kazutora terkekeh, “See??” Pria itu berjalan menjauhi Yuzuha menuju parkiran.
“Sumpah deh, Jut. Tolongin. Lima menit.” Yuzuha berjalan mengekori pria dengan potongan rambut acakan itu menuju parkiran.
“Untungnya di gue apa, ya?” Pria itu berjalan menuju parkiran tanpa melirik kearah sang gadis. Keadaan sekolah sudah sepi, mengingat peraturan sekolah bahwa jam 19.00 segala kegiatan sekolah harus ditiadakan. Buktinya, hanya motor Kazutora satu-satunya yang masih berdiri kokoh di parkiran.
“Gue udah nolongin lo tadi selama rapat. Jadi sekarang giliran lo.” Yuzuha berusaha menyamakan langkah mereka.
“Ulah lo juga keadaan bisa seperti itu, so.. it has nothing to do with me.” Kazutora menekan alarm motornya saat tinggal beberapa jarak lagi. Pria itu hendak mengambil helm miliknya yang bertengger di jok motor, tapi sang gadis lebih dahulu merebutnya.
Kazutora menghembuskan nafas kasar, “Kesiniin!” Pria itu menatap Yuzuha yang dengan singap memakai helm miliknya.
“Gak! Tungguin sampe Hanma datang.” Gadis itu menggeleng sambil membentuk garis silang dengan kedua tangannya di depan dada.
Kazutora menatap lekat manik Yuzuha, gadis itu sampai bergedik saat netra mereka bertemu. Pria dengan manik keemasan ini memang pandai bicara lewat matanya.
“Oke.” Kazutora menaiki motornya dan menekan tombol starter untuk segera menyalakan motor.
“Dibilang tungguin! Lo gabakal bisa pulang karna ini helm di gue!” Yuzuha mengancam dengan helm yang kebesaran di kepalanya.
“Iya bego. Lo naik. Mau nunggu di sini lo?” Kazutora menatap sekitaran sekolah yang sudah gelap hanya diterangi lampu beberapa watt di setiap kelas.
“Yakin?” Pria dengan manik keemasan itu menatap Yuzuha sesaat sebelum mengisyaratkan gadis itu tentang ruangan laboratorium fisika yang hanya berjarak beberapa meter dari parkiran.
Yuzuha terpaku, gadis itu berjalan mendekati Kazutora yang sudah bertengger di sepeda motornya. Tanpa aba-aba gadis bersurai ginger itu menaiki kursi penumpang dengan posisi menyamping.
“Serem. Jalan, Jut!”
Kazutora terkekeh pelan mendengar nada suara yang terdengar ciut dari seorang gadis Shiba.
Kendaraan Kazutora meninggalkan pekarangan sekolah, pria itu memberhentikan motornya tepat di depan gerbang Sonder HS.
“Gue ga niat antarin lo pulang, turun.” Omelan Kazutora sukses membuat pegangan Yuzuha melonggar pada sisi pinggang baju sang pria.
Yuzuha masih enggan membuka helm kebesaran itu.
“Berapa lama sih? Gue juga ditungguin, Ju.” Kazutora mematikan mesin motornya dan menurunkan standar untuk menahan tubuhnya yang bertopang pada kereta besi itu.
“Lima menit doang.” Yuzuha memeriksa kembali handphonenya.
“Lu bilang gitu tadi.” Pria itu mengacak rambutnya yang di hembus oleh angin malam. Ia melirik jam yang bertengger di lengan kirinya, 19.55 waktu setempat.
“Iya tunggu dulu, Hanma habis futsal dari gor jadi agak telat.” Gadis itu kian berkutat pada ponselnya.
“Hah? Pehyan aja tadi udah selesai futsalnya.” Kazutora melempar tatapan bingung, pasalnya kekasih gadis itu berada dalam satu ekskul dengan salah satu anggota OSIS dan teman akrabnya.
Yuzuha mendengar penjelasan pria itu dan segera membuka suara. “Peh bisa aja izinkan?” Gadis itu sedikit termenung sebelum lanjut mengetik pesan disana.
Kazutora pernah mendengar bahwa hubungan Yuzuha dan kekasihnya saat ini adalah kali ketiga. Benar, mereka selalu putus-nyambung dengan masalah yang Kazutora tidak paham, sekalipun tau ia juga tak peduli.
Pria bernetra keemasan itu membiarkan surainya diacak oleh angin malam, ia terkekeh pelan. “Gue mau ke bacarito kopi, ketemu Cipuy dan Baji. Cipuy kapten futsal dan udah ngabarin gue-” Pria itu menahan ucapannya sambil melihat jam.
“Satu jam yang lalu.” Kazutora menyelesaikan kalimatnya dengan mengalihkan fokus pada ponsel yang baru saja ia pegang setelah mendapat satu notifikasi.
Yuzuha terdiam menatap layar ponselnya. Ia paham betul apa yang dimaksud pria yang tengah bertengger pada kereta besinya itu. Gadis bersurai ginger itu hanya menunduk hingga Kazutora tak bisa melihat wajahnya.
“Siniin helm gue. Copot ntar pala lu.” Kazutora menyimpan kembali gawainya.
Yuzuha mengambil nafas dalam-dalam sebelum menghembuskannya. Gadis itu menegakkan kembali kepalanya dan menekan sesuatu di ponsel itu. “Tungguin sampe mang ojol gue datang.”
Kazutora mengangguk sambil melipat kedua tangan di dadanya. Dia tidak mengerti akan perubahan yang dibuat oleh sang gadis secara tiba-tiba.
Mereka cukup diam beberapa menit sebelum Yuzuha memecahkan keheingan. “Udah dekat.”
Kazutora mengangguk dan melihat sekitar, ia menemukan pria dengan balutan jeket hijau khas ojol mendekatinya. Ojol tersebut berhenti dihadapannya, “Pesanan Yuzuha Shiba? Tujuan Siteba ya, Da?” Kazutora menuruni motor menanyai sang ojol dan menghampirinya.
Ojol tersebut mengangguk dan melemparkan tatapan pada dua sejoli yang tengah berdiri menghadangnya. Yuzuha bersiap menaiki ojol dengan langkah yang tiba-tiba terhenti.
“Helm gue!” Kazutora menarik helm dari genggaman gadis bersurai ginger itu.
Yuzuha hanya ber-oh ria sambil mengangguk, mengambil helm yang barusaja ditawarkan Uda Ojol.
“Berantem ya Uni sama pacarnya?” Ucapan ojol cukup membuat Yuzuha menghentikan aktivitasnya, gadis itu ingin menyangkal tapi kehendak lain memilihnya untuk tertawa pelan.
Yuzuha melihat Kazutora yang tengah asyik pada ponselnya sebelum pria itu memakai helm, selanjutnya pria bermanik keemasan itu menekan tombol starter dan melajukan kendaraannya dengan arah yang berlawanan dengan tujuan Yuzuha.
Kazutora mengendarai motornya dengan kecepatan sedang menuju lokasi dimana teman karibnya telah menunggu. Sekilas pria itu memandangi kaca spion, memastikan bahwa gadis bersurai ginger itu telah beranjak dari posisinya.
Kazutora sontak terkejut saat berselisih jalan dengan pengguna motor KLX yang sempat ia temui tadi siang di depan ruangan MO sedang menuju kearah sekolah.
“Buset. Itu si Hanma.”
Tawa Kazutora pecah, pasalnya ia cukup membumbui fikiran Yuzuha dengan hal-hal negatif hingga gadis itu memutuskan untuk memesan ojek online.