Rumi Haitani

inupiei

written by inupiei


Hiruk-pikuk Lapangan Pembangunan sangat menggema seisi UNP. Musik yang kian menghantam gendang telinga diiringi oleh setiap penonton yang sangat antusias.

Jam menunjukkan pukul 10.11 malam, band metal saat ini sedang berlangsung selama 6 menit. Beberapa dari penonton ada yang menikmati dan ada yang menepi, bahkan ada yang mulai menjauhi lokasi untuk beranjak pulang.

“Terimakasih untuk lagu yang sangat mengguncang panggung malam ini.” Seru MC yang begitu meriah memasuki panggung.

“Kita kembali lagi mengundi beberapa lagu yang sudah teman-teman request ke dalam kotak ini.” Ujar MC perempuan yang tengah menyodorkan kotak persegi dari kardus, ia mulai memilih acak ribuan kertas di dalam sana.

Ia membuka secarik kertas setelah berhasil mengundi. “Seperti sebelumnya kami mendapatkan request Youngblood by 5SOS dan sekarang, kenapa melo mulu ya ini? Hahahaha.” Celoteh sang MC mengeja judul lagu sebelum mengumumkannya lewat microphone.

“Sampai Jumpa oleh Endank Soekamti yang akan dibawakan oleh special guest kita selanjutnya.”

Lampu panggung mulai padam, satu persatu penonton mulai memperbaiki posisi yang sempat kacau akibat kehebohan band metal.

“Buset, jam setengah sebelas.” Ujar Kazutora dalam barisan penonton. Ia, Baji, Chifuyu dan Yuzuha ikut heboh selama band metal tampil. Hasilnya, mereka kini sama-sama kelelahan dan memeriksa ponsel.

Datang akan pergi, lewat kan berlalu.

“Lu pulang sekarang, Ju?” Tanya Kazutora pada gadis yang saat ini mengibaskan tangannya pada leher jenjang milik sang gadis; ia kepanasan.

Ada kan tiada bertemu akan berpisah.

Yuzuha menggeleng, “Masih mau lanjut.”

Terbitkan tenggelam, pasang akan surut bertemu akan berpisah.

Pria bermanik keemasan itu menawarkan tisu, “Gapapa nih? Udah malam banget?”

Gadis itu mengangguk, “Ada Hakkai, jadi gpp.”

written by inupiei


Kediaman Sano tampak tenang, tidak ada suara bising akan celoteh ria yang biasanya memenuhi rumah itu. Malam ini, penghuni rumah tampak sibuk dengan aktivitas bersih-bersih ㅡ seperti akan mempersiapkan acara besar di esok hari.

“Kenapa harus bersih-bersih malam ini juga, Bang?”

Baji sebagai tamu yang datang beberapa menit lalu, tiba-tiba saja dilempari wiper oleh Shinichiro yang sedang membersihkan kaca jendela.

“Besok kakek nenek gue dateng.” Shin melanjutkan aktivitas menyeka air di kaca jendela.

Baji mengangguk, “Jadi karena itu Emma tiba-tiba minta gue kesini ya, bang?”

Shin menyengir, “Gue yang ngirim pesan dari hp Emma.”

Baji tertawa cangggung. Dilihatnya keseisi rumah, terlihat Mikey sedang berdiri di atas kursi membersihkan sarang laba-laba di loteng rumah. Izana yang tengah sibuk dengan kemoceng miliknya. Dan Emma dengan tongkat pel ㅡ bermondar-mandir di ujung rumah. Sepertinya gadis itu tidak menyadari akan kedatangan tetanggangnya ini.

Pria bersurai pekat itu menghela nafas. Pasalnya, ia sedang asik tiduran di ranjang bersama kucing kesayangannya saat pesan masuk dari sang gadis bahwa Emma Sano memintanya datang ke rumah bahwa ia ingin bicara.

Gue kira apa. Gumam Baji.

“Assalamualaikum!”

Suara baritone yang baru saja mengucapkan salam membuat Shin dan Baji yang berada dekat dengan pintu masuk, segera menoleh.

“Anjay! Pas banget.” Ujar Shinichiro tertawa riang mendapatkan Draken memasuki rumahnya.

“Lama banget lu?” Ujar Mikey mendapati kehadiran teman sekelasnya.

Suara Draken cukup membuat seisi rumah beralih pandang padanya.

“Tadi antrian di SPBU.”

“Eh Draken?” Ujar si bungsu, sepertinya gadis itu masih belum menyadari kehadiran Baji.

“Oh ya Emma! Ini airpods lu, makasih.” Draken berjalan ke arah Emma.

Emma ikut menghampiri pria yang melebihi tingganya itu, “Gpp. Kalau masih perlu simpan dulu aja.”

“Udah kok.”

Baji melihat interaksi dua sejoli itu cukup lekat. Baginya, interaksi yang Emma lakukan tidak lebih masih sama saat gadis itu bersamanya. Cuma, yang membuat Baji cukup termenung yaitu tentang sikap gadis itu. Emma berbicara, bertingkah dan memperlakukan Draken sama seperti ia kepada Baji.

Baji menunduk, kembali melanjutkan aktivitas membersihkan kaca jendela yang sempat terhenti akibat kedatangan Draken. Ia beberapakali membasahi kaca jendela saat pantulan Emma dan Draken tertangkap oleh maniknya ㅡ yang kian lekat berbincang satu sama lain.

“Ken gantiin gue nih.”

Shinichiro beranjak dari posisinya dan kembali melempar wiper ke arah Draken.

“Gue mau ke bengkel dulu.”

Draken mengambil wiper yang sempat jatuh di depannya. Emma mengangguk ke arah Shinichiro yang beranjak pergi.

Netra emas milik si bungsu Sano membulat saat mendapati sosok bersurai pekat yang tergerai bebas tengah membersihkan kaca jendela dan menghadap ke pekarangan rumahnya.

“Baji??” Suara Emma cukup lantang untuk pendengar yang masih normal.

Lelaki itu tidak mengindahkan panggilan si bungsu. Ia masih berkutat pada kaca jendela di hadapannya. Entah pria itu sedang melamun atau benar-benar tidak mendengar panggilan namanya.

“Sejak kapan sampai?” Emma berjalan kearahnya.

Pria itu tersentak, dia baru saja melamun. Netranya menangkap gadis bersurai pirang sedang mendekat ke arahnya, Baji memutar badan.

“Udah makan malam belum? Tadi kita-kita udah makan, pas banget masih ada beberapa porsi kalau lu mau?”

Tawa Emma merekah, siapapun yang melihatnya akan sadar bahwa gadis ini berlagak seperti istri yang menyambut suaminya telat bergabung makan malam bersama karena baru pulang kerja.

“Gue udah makan.”

Baji menoyor pelan wajah gadis yang kini menampakkan wajah cemberut akibat perlakuannya.

“Bau semur kan tangan gue? Tadi Ibu masak semur ayam.”

Celoteh pria itu seperti biasanya. Emma kesal mendapati perilaku yang tidak ia sukai.

“Bau got.”

Gadis itu beranjak pergi melanjutkan aktivitas mengepelnya.

Baji tertawa melihat respon sang gadis. Tapi, tawa itu terhenti saat Draken tiba-tiba saja menghalangi penglihatannya pada Emma dan mengambil posisi di sebelah Baji.

Atmosfir di kedua pria itu cukup dingin. Mengingat mereka tidak begitu saling kenal satu sama lain melainkan kenal karena Mikey. Baji sebagai teman Mikey sejak SMP dan tetangga dekat serta Draken teman SMA Mikey sejak tahun pertama. Jadi, tidak ada interaksi yang menarik bagi mereka.

“Lo suka Emma?” Ujar Draken membuat Baji menyerngit ㅡ tidak mengerti kenapa perasaannya menjadi urusan pria jangkung ini?

“Jangan ikat dia untuk selalu bersama lo, stop playing around her!” Draken menekankan setiap kalimatnya.

Izana yang sekilas melihat kedua pria itu langsung melangkah pergi, berprasangka buruk kalau kaca jendela akan segera meledak akibat suhu panas yang tercipta disana.

Baji terkekeh.

Baru saja pria itu ingin membalas ucapan Draken, suara Emma berhasil menghancurkan atmosfir panas itu.

“Superpel habis!”

“Di bengkel Bang Shin banyak.” Balas Mikey.

Emma segera meninggalkan alat pel, gadis itu menyambar sweater miliknya di sofa dan bergegas menarik Baji menjauh dari jendela.

“Temanin gue!”

written by inupiei


Kediaman Sano tampak tenang, tidak ada suara bising akan celoteh ria yang biasanya memenuhi rumah itu. Malam ini, penghuni rumah tampak sibuk dengan aktivitas bersih-bersih ㅡ seperti akan mempersiapkan acara besar diesok hari.

“Kenapa harus bersih-bersih malam ini juga, Bang?”

Baji sebagai tamu yang datang beberapa menit lalu, tiba-tiba saja dilempari wiper oleh Shinichiro yang sedang membersihkan kaca jendela.

“Besok kakek nenek gue dateng.” Shin melanjutkan aktivitas menyeka air di kaca jendela.

Baji mengangguk, “Jadi karena itu Emma tiba-tiba minta gue kesini ya, bang?”

Shin menyengir, “Gue yang ngirim pesan dari hp Emma.”

Baji tertawa cangggung. Dilihatnya keseisi rumah, terlihat Mikey sedang berdiri di atas kursi membersihkan sarang laba-laba di loteng. Izana yang tengah sibuk dengan kemoceng miliknya. Dan Emma dengan tongkat pel, bermondar-mandir di ujung rumah. Sepertinya gadis itu tidak menyadari akan kehadiran tetanggangnya ini.

Pria bersurai pekat itu menghela nafas. Pasalnya, ia sedang asik tiduran di ranjang bersama kucing kesayangannya saat pesan masuk dari sang gadis bahwa Emma Sano memintanya datang ke rumah bahwa ia ingin bicara.

Gue kira apa. Gumam Baji.

“Assalamualaikum!”

Suara baritone yang baru saja mengucapkan salam membuat Shin dan Baji yang berada dekat dengan pintu masuk, segera menoleh.

“Anjay! Pas banget.” Ujar Shinichiro tertawa riang mendapatkan Draken memasuki rumahnya.

“Lama banget lu?” Ujar Mikey mendapati kehadiran teman sekelasnya.

Suara Draken cukup membuat seisi rumah beralih pandang padanya.

“Tadi antrian di pertamina.”

“Eh Draken?” Ujar si bungsu, sepertinya gadis itu masih belum menyadari kehadiran Baji.

“Oh ya Emma! Ini airpods lu, makasih.” Draken berjalan ke arah Emma.

Emma ikut menghampiri pria yang melebihi tingganya itu, “Gpp. Kalau masih mau pake simpen dulu aja.”

“Udah kok.”

Baji melihat interaksi dua sejoli itu cukup lekat. Baginya, interaksi yang Emma lakukan tidak lebih masih sama saat gadis itu bersamanya. Cuma, yang membuat Baji cukup termenung yaitu tentang sikap gadis itu. Emma berbicara, bertingkah dan memperlakukan Draken sama seperti ia kepada Baji.

Baji menunduk, kembali melanjutkan aktivitas membersihkan kaca jendela yanh sempat terhenti akibat kedatangan Draken. Ia beberapakali membasahi kaca jendela saat pantulan Emma dan Draken tertangkap oleh maniknya yang kian lekat berbincang satu sama lain.

“Ken gantiin gue nih.”

Shinichiro beranjak dari posisinya dan kembali melempar wiper ke arah Draken.

“Gue mau ke bengkel dulu.”

Draken mengambil wiper yang sempat jatuh di depannya. Emma mengangguk ke arah Shinichiro yang beranjak pergi.

Netra emas milik si bungsu Sano membesar saat mendapati sosok bersurai pekat yang tergerai bebas tengah membersihkan kaca jendela dan menghadap ke pekarangan rumahnya.

“Baji??” Suara Emma cukup lantang untuk pendengar yang masih normal.

Lelaki itu tidak mengindahkan panggilan si bungsu. Ia masih berkutat pada kaca jendela di hadapannya. Entah pria itu sedang melamun atau benar-benar tidak mendengar panggilan namanya.

“Sejak kapan sampai?” Emma berjalan kearahnya.

Pria itu tersentak, dia baru saja melamun. Netranya menangkap gadis bersurai pirang sedang mendekat ke arahnya, Baji memutar badannya.

“Udah makan malam belum? Tadi kita-kita udah makan, pas banget masih ada beberapa porsi kalau lu mau?”

Tawa Emma merekah, siapapun yang melihatnya akan sadar bahwa gadis ini berlagak seperti istri yang menyambut suaminya telat bergabung makan malam karena baru pulang kerja.

“Gue udah makan.”

Baji menoyor pelan wajah gadis yang beberapa detik lalu menawarinya makanan.

“Bau semur kan tangan gue?”

Celoteh pria itu seperti biasanya. Emma kesal mendapati perilaku yang tidak dia sukai.

“Bau got.”

Gadis itu beranjak pergi melanjutkan aktivitas mengepelnya.

Baji tertawa melihat respin sang gadis. Tapi, tawa itu terhenti saat Draken tiba-tiba saja menghalangi penglihatannya pada Emma dan mengambil posisi di sebelah Baji.

Atmosfir di kedua pria itu cukup dingin. Mengingat mereka tidak begitu saling kenal satu sama lain melainkan kenal karena Mikey. Baji sebagai teman Mikey sejak SMP serta bertetangga dan Draken teman SMA Mikey sejak tahun pertama. Jadi, tidak ada interaksi yang menarik bagi mereka.

“Lo suka Emma?” Ujar Draken membuat Baji menyerngit ㅡ tidak mengerti kenapa perasaannya menjadi urusan pria jangkung ini?

“Jangan ikat dia untuk selalu bersama lo, stop playing around her.” Draken menekankan setiap kalimatnya.

Izana yang sekilas melihat kedua pria itu langsung melangkah pergi, berprasangka buruk kalau kaca jendela akan segera meledak akibat suhu panas yang tercipta disana.

Baji terkekeh.

Baru saja pria itu ingin membuka mulut, suara Emma berhasil menghancurkan atmosfir panas itu.

“Superpel habis!”

“Di bengkel Bang Shin banyak.” Balas Mikey.

Emma segera meninggalkan alat pel, gadis itu menyambar sweater miliknya di sofa dan bergegas menarik Baji menjauh dari jendela.

“Temanin gue!”

written by inupiei


“Kepalanya udah gapapa?” Hanma melajukan motor KLX miliknya dengan kecepatan sedang setelah keluar dari pekarangan rumah Hinata.

Yuzuha masih diam melamun akan percakapan dirinya dan Hinata sesaat sebelum gadis itu memutuskan pergi. Baginya, berteman dengan Hinata sudah sejak tahun pertama di SMANDER karena kepengurusan MPK. Hanyasaja, baru kelas 12 ini mereka satu kelas.

“Sayang?”

Hanma menepi, pria itu menggeser tubuhnya menghadap kearah sang gadisㅡmemastikan Yuzuha baik-baik sajaㅡ yang sedang diam melamun.

“Zu?” Panggilan kedua kali dari pria jangkung ini sukses membuyarkan lamunan Yuzuha.

Gadis itu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya, seperti lupa bahwa ia sedang diperjalanan pulang bersama sang kekasih.

“Apa tadi?” Tanya gadis bersurai ginger yang tengah mengencangkan kaitan helm.

Hanma mengusap pelan surai Yuzuha yang sesekali menutup penglihatan sang gadis. “Mau makan dulu?”

Yuzuha menggeleng. “Lanjut pulang aja.”

Respon Yuzuha membuat Hanma sedikit cemas, pasalnya ia tidak terlalu peka akan jalan fikiran kekasihnya ini.


Hanma memasuki pekarangan rumah Shiba saat pagar yang biasanya terkunci, saat ini terbuka. Jadi, pria jangkung berbalut sepatu bola ini memberanikan diri melajukan motor miliknya ke area pekarangan.

Netra Hanma menyipit saat mendapati motor Yamaha NVX sedang parkir beberapa langkah dari posisinya saat ini.

“Ada tamu?” Tanya Hanma pada Yuzuha yang saat ini sedang turun dari motornya.

Gadis itu sedang sibuk melepaskan helm dan memberi respon dengan gelengan.

“Itu motor siapa?”

Pertanyaan Hanma membuat Yuzuha mengalihkan netranya pada jari telunjuk pria yang tengah meminta penjelasan darinya.

Yuzuha membenarkan rambutnya, melirik jam tangan dan beralih pada Hanma yang saat ini menunggu jawaban darinya dengan ekspresi dingin.

“Teman Hakkai mungkin. Aku masuk, ya? Makasih.” Yuzuha melangkah pergi, tapi kalimat Hanma cukup kuat menahan dirinya untuk tidak mengambil langkah lebih.

“What is he doing here?” Hanma berdiri menghadap Yuzuha yang saat ini tidak berbalik arah.

Gadis bersurai panjang ini menghembuskan nafas kasar sebelum berbalik arah. “Siapa sayang?” Suara Yuzuha sedikit melunak.

“Him!” Tunjuk Hanma dengan tatapan miliknya pada lantai dua rumah Yuzuha yang tidak tertutup gorden. Pria yang Hanma maksud juga tengah berdiri tegak menghadap ke arahnya dengan satu tangan menggenggam ponsel.

Yuzuha mengikuti arah tatapan Hanma. Gadis itu terkekeh pelan sebelum pergi meninggalkan Hanma yang terlihat kesal. “See you later.”

“Ini alasan ga mau ikut ke gor? Malah bilang sakit kepala? Dan kamu ga pernah bawa aku masuk kerumah, tapi dia?” Kalimat Hanma cukup membuat Yuzuha kembali terkekeh.

“He is special, dumbass.” Gadis bersurai gingger itu melambaikan tangan miliknya dan menyiapkan beberapa kalimat yang sangat ingin dia sampaikan.

Yuzuha menekan knop pintu, sebelum itu ia berbalik arah pada Hanma yang tengah ingin melontarkan beberapa kalimat. “We're done Shuji. Don't ever threaten me again by hurting the people closest to me. Bye!”

Gadis itu menghilang dibalik pintu, Hanma diam tak berkutik. Pria itu masih mencerna tiap kalimat yang ia terima. Entahlah, dia tidak yakin untuk datang ke gor malam ini. Tapi, ancaman ditendang keluar dari klub futsal membuatnya segera cepat menuju lokasi latihan.


Yuzuha bersandar di depan pintu, masih mencerna beberapa kalimat yang ia berikan pada Hanma apakah sudah tepat?

“Welcome home?” Kazutora menuruni anak tangga, berlagak seperti tuan rumah.

Gadis bermanik kuning keorenan ini terkekeh sambil berjalan menuju dapur, meneguk air putih yang ia dapat dari lemari pendingin.

“Gue bilang jam-”

“Jam enam kan?” Ujar Kazutora menyambung ucapan Yuzuha yang sedang melirik jam tangannya yang saat ini tepat jam 6.

Kazutora bersandar pada dinding dapur. “Antrian nyonyor ga terlalu rame, jadi gue dapat duluan.”

“Lu beneran beli?” Yuzuha terkejut mendengar celotehan pria yang beberapa jam lalu cukup membuatnya sangat kesal.

“Kak tadi Bang Kajut-” Celoteh Hakkai yang sedang menuruni anak tangga dengan mengunyah kerupuk pangsit pesanan Yuzuha.

Hakkai terdiam, “Oh ! Ini bang Kajut, gue kira lo pulang?”

Kazutora menggeleng, “Yakali gue cabut saat orang rumah ke toilet karena sakit perut ngabisin satu bungkus nyonyor?”

Yuzuha membelalak, “Lo habisin berapa nyonyor gue??” Gadis itu berlari ke lantai atas sambil menyenggol sang adik yang tengah kepedasan.

Kazutora menyusul, “Kok lu makan lagi anjir? Ga kapok apa? Satu aja udah bikin lo mencret?”

Hakkai menggeleng dengan tampang kepedasan miliknya.

“BAWAIN LEMONTEA DINGIN KE KAMAR GUE DUA GELAS HAKKAI !!” Teriak Yuzuha dari lantai atas.

“Iyaa nanti gue susul yahh..” Sang adik kewalahan menahan pedas yang mengitari lidahnya.

“JANGAN MASUK KAMAR GUE LU!!”

Suara Yuzuha mulai mengecil, mungkin sang gadis menuju kamarnya.

“KAJUT GUE TUNGGU DI KAMAR !!”

Sorakan terakhir Yuzuha membuat Kazutora membelalak yang saat ini ia saling hadap-hadapan dengan Hakkai di anak tangga.

“Ngapain di kamar?” Pria itu sedikit kikuk.

Hakkai menatap Kazutora tajam, “Jangan aneh-aneh lo bang.”


Kamar bernuansa coklat muda dengan aroma coklat dari magic sprayㅡmengeluarkan bunyi semprotan setiap 3 menit sekaliㅡdi kamar Yuzuha, membuat Kazutora terpana akan suasana kamar gadis dan sedikit kikuk. Ia sedang duduk lesehan di karpet berwarna coklat tua sambil memperhatikan sang gadis sedari tadi sibuk menata buku-bukunya.

“Hmmm.. Ju?” Tutur Kazutora saat Yuzuha tak kunjung selesai dengan kesibukannya.

“Sorry.” Ujar Yuzuha berjalan kearah pria yang saat ini bersandar di kaki ranjangnya.

Gadis itu mengambil bungkusan pangsit nyonyor yang sengaja ia taruh di karpet.

Salah satu dari mereka belum berani membuka suara, hanya terdengar suara geraham milik Yuzuha yang sibuk mengunyah santapannya.

“Maaf, Yuzu.”

Dua kalimat milik Kazutora membuat Yuzuha tersedak. Pasalnya, laki-laki ini belum pernah memanggilnya dengan sebutan itu. Dia hanya memanggil sang gadis dengan sebutan, 'Ju' atau 'Juha'.

Gadis itu berhasil meredakan tenggorokannya yang tiba-tiba saja tersumbat. “Hakkai mana coba, lemontea ga datang dari tadi.”

“Toilet mungkin.” Kazutora berselonjor dengan mengangkat lutut kirinya dengan bertumpu di sana. Pria itu menatap gadis yang saat ini terlihat berbeda dari Yuzuha yang ia kenal.

Menurut Yuzuha, posisi Kazutora saat ini sangat keren.

“Gue minta maaf yang terjadi pas rapat tadi, Ju.” Kazutora mengubah panggilannya dan juga posisi duduknya, membuat Yuzuha mendengus kesal.

Gadis itu mengambil jedai miliknya yang sedari tadi berada di kantong dan mencepol rambut bersurai gingger yang tergerai bebas sedari tadi.

Kazutora cukup terdiam beberapa saat melihat seorang Yuzuha Shiba duduk di depannyaㅡ yang sedang mencepol rambut, hal ini sangatlah asing.

“Gue yang minta maaf.”

Bukan membalas kalimat Kazutora, Yuzuha malah melempar perkataan maaf kembali pada sang pria yang tengah berkedip dua kali ke arahnya.

“Gue seharusnya ga ngumbar masalah lo sama Hanma.” Yuzuha mencoba menatap lawan bicaranya, tapi Kazutora kelihatan sedikit gagap saat pandangan mereka bertemu.

Suasana kamar sangat canggung. Kazutora mengusap lehernya, pria itu terlihat jelas sedang berusaha menyembunyikan kegugupannya. “Gue seharusnya ga sekasar itu sama lo. Lo udah kontribusi yang sangat banyak, Ju. Karena lo, gue ga mungkin bisa sejauh ini dan terimakasih. Jadi, terima undangan untuk join kembali ke grup besar dan grup MPK, ya?”.

Yuzuha menghentikan aktivitas mengunyah makanannya yang sedari tadi cukup membuat situasi di kamar cukup berisik. Gadis itu memperhatikan bagaimana gerak gerik Kazutora dan bagaimana ketulusan pria itu menyampaikan maaf.

“Ppppfffft-” Yuzuha menahan tawa, gadis itu menutup erat mulutnya sebelum ekspresi serius Kazutora berubah menjadi ekspresi menyebalkan yang ia kenal.

“Gue serius.” Ujar Kazutora datar.

Gadis itu menghentikan tawanya yang mulai pecah. “Oke oke Kazutora. Oke.” Yuzuha menghela nafas sebelum melepaskan tawa.

“Gue lucu, Yuzuha?”

Dengan membandingkan ekspresi yang saat ini terlukis di wajah Kazutora, membuat tawa Yuzuha pecah dua kali. Pasalnya, gadis itu membandingkannya dengan ekspresi tegang yang beberapa menit lalu ia dapati di wajah Kazutora.

“Banget anjir ! Hahahahah !!”

Gadis itu masih susah untuk menghentikan tawanya, hingga ia sadar bahwa pria di depannya ini mulai bertambah kesal.

Kayak kanebo kering. Batin sang gadis.

“Lo sama Hanma, ga ada masalah kan?” Ujar Yuzuha mulai mengatur nafasnya.

Kazutora menyerngit, “Gue yang harusnya nanya begitu, bukan?”

Gadis itu mengangguk melanjutkan aktivitas mengunyah, “Gue balikan hari Sabtu dan tadi barusan putus.”

“Kenapa nanya kaya gitu sama gue?” Tanya Kazutora saat pertanyaan sang gadis sebelumnya membuat ia tak mengerti.

Yuzuha menelan habis makanannya sebelum memulai bicara, “Hanma suka isengin cowo yang dekat sama gue.”

“Kita satu organisasi?” Ucap Kazutora.

“But our behavior is different, right?” Gadis Shiba menepikan makanannya, mulai bertopang dagu pada bantal larva yang ada di pelukannya.

“Gimana maksudnya?” Lelaki berbalut sweater kuning ini sedikit susah menangkap arah pembicaraan Yuzuha.

“Kita akustikan di Kupi Batigo.”

Respon Yuzuha di sambut anggukan oleh Kazutora, “Karena itu?”

Kali ini Yuzuha yang kikuk akan tatapan yang di lempar Kazutora. Gadis itu berbohong. “Maaf untuk yang di Palembang, gue ga tau dia benar-benar isengin lo separah itu.”

“Siapa korban sebelumnya?” Laki-laki itu kembali pada posisi duduk terkerenㅡseperti beberapa menit yang laluㅡmenurut Yuzuha.

“Mitsuya.”

Kazutora mengangguk, pria itu mendekat kearah Yuzuha dan menarik boneka larva yang menjadi tumpuannya. “Pantesan dulu gue liat lo sering bareng Suya pas tahun pertama.”

Yuzuha pasrah saat bonekanya diambil. “Taka kenalan keluarga gue. Karena tahun pertama, satu kelas sama dia makanya sering bareng. Pas pacaran sama Hanma juga gue jauhin. Hanma isengin Taka pas kelas 11, saat gue sama Taka udah ga bareng lagi.”

Kazutora kembali mengangguk, pria itu menjadikan boneka larva sebagai tumpuan lehernya untuk bersandar dengan nyaman. “Lo ngajak balikan hari sabtu karena dia ngancem?”

Yuzuha mengangguk, “Kejadiannya malam ya? Gue balikan siang dan ga nyangka kalau Hanma tetap aja isengin lo.”

Kazutora berdehem, “Gue nya sih yang kepancing.” Gumamnya.

Atmosfir kembali tenang, tidak ada bunyi kerupuk yang menjadi backsound mereka seperti tadi. Yuzuha menunduk dan memainkan jari-jarinya pada karpet, Kazutora menengadah menatap langit-langit. Pria itu jadi berfikir, kenapa jadinya malah membahas Hanma?

“Gue pernah sayang banget kok sama Hanma, karena proses putus-nyambung dan tingkah dia sering jalan sama uni-uni kampus ditambah lagi masalah isengin Taka. Perasaan gue lambat laun mulai pudar.” Gadis itu menarik satu bungkus pangsit nyonyor untuk dimakan kembali.

Kazutora memberikan tatapan seolah-olah dia tidak peduli akan hal itu.

“Fyi aja sebelum lo berfikir gue cewe ga bener.” Yuzuha mengurungkan niat untuk menggigit makanannya.

Gadis itu melanjutkan kalimatnya, “Sekarang gue udah clear sama Hanma, ga ada rasa apa-apa. Terakhir kali diputusin di depan kelas lo, gue sempat galau tapi lebih galau lagi pas dia nanya-nanyain tentang lo. Apalagi temen-temennya ikutan ngechat gue. Tapi, syukur deh. Lo ga papa, Jut.”

Pria itu diam menatap lawan bicaranya yang tiba-tiba meletakkan kembali bungkusan pangsit. Dia merasa seolah-olah Yuzuha berusaha meluruskan kejanggalan di antara mereka. Kazutora menghela nafas, merasa bahwa pembahasan mereka kali ini tidak perlu dilanjutkan lebih dalam. Dia sudah mengerti apa yang terjadi di antara mereka dan Dia sudah sangat mengerti bahagaimana jalan fikiran gadis di depannya ini.

Kazutora memperbaiki posisinya, pria itu meregangkan kedua tangannya dan bersiap untuk meninggalkan ruangan bernuansa coklat yang membuatnya cukup nyaman dan ingin menetap lebih lama.

Melihat reaksi Kazutora, Yuzuha menengadah dan menarik sang pria untuk kembali ke posisinya. Tapi nihil, tenaga Kazutora lebih besar daripada sang gadis.

“Minuman datang !!” Ujar si bungsu yang tiba-tiba datang tanpa rasa bersalah karena menerobos masuk.

Hakkai ternganga melihat pandangan di depannya. Seperti adegan romansa yang memperlihatkan seorang gadis memohon pada prianya untuk tidak melangkah pergi.

Bagaimana tidak? Yuzuha memegang kuat tangan kanan Kazutora dalam posisi duduknya. Hal ini membenarkan pengandaian dari penglihatan Hakkai.

Kazutora segera beranjak dari posisinya dan berjalan mendekati pintu. “Lama anjir ! Gue kehausan.”

“Hehe habis dari toilet.”

Respon Hakkai dibalas Kazutora dengan meneguk habis lemontea dingin yang menurutnya cukup manis.

Sang gadis berjalan mendekat untuk menggambil minum miliknya, tapi tangan Kazutora lebih dulu menggapainya.

Pria itu meneguk habis dua gelas lemontea.

“Terimakasih untuk minumannya.”

Pemuda itu meletakkan kembali gelas pada talenan yang masih bertengger di tangan Hakkai. Ia membersihkan sisa minuman di sekitar bibir dan menoleh kearah Yuzuha. Berniat untuk membuat sang gadis kesal, tapi yang Kazutora dapatkan gadis itu sedang tersenyum manis padanya. Cukup membuat dirinya kembali kikuk.

“Udah mau balik aja Bang?” Tanya Hakkai saat pria itu merogoh kantong celanaㅡmengeluarkan kunci motor.

Kazutora mengangguk. Pria itu melangkah pergi meninggalkan kamar Yuzuha dengan mengiringi langkah Hakkai yang telah duluan berjalan di depannya.

“See you !” Ujar Yuzuha yang enggan beranjak dari pintu kamar.

Langkah Kazutora terhenti, pria itu mengusap bagian belakang kepalanya sebelum memberanikan diri untuk berbalik arah.

“That hairstyle, suits you. Dahh!”

Kazutora membalikkan badan untuk melanjutkan langkahnya kembali sambil melambaikan tangan. Meninggalkan Yuzuha yang sempat terpaku akan kalimat yang telah ia lontarkan.

Sudut bibir pria itu membentuk senyuman, ia melangkah keluar dari kediaman Shiba dengan motor kuning miliknya. Menggelengkan kepala beberapa kali memastikan bahwa jalan fikirannya tidak sama dengan suara hati yang tengah berceloteh ria tak tentu arah. Manik keemasan itu mengitari langit malam Kota Padang yang dihiasi bintang-bintang, pertanda cuaca malam ini sama bagusnya dengan suasa hati yang tengah ia miliki.

written by inupiei


Kazutora berhasil meminta izin beberapa teman sekelasnya untuk memakai kelas 12 IPS 1 sebagai diskusi rapat kepentingan Malam Sarumpun. Dengan keadaan kelas yang sudah kosong, Mitsuya mulai melangkahkan kaki di kelas IPS yang menurutnya sangat menarikーdikarenakan pada dinding belakang kelas terdapat cetakan telapak tangan siswa 12 IPS 1 di atas karton warna-warni dengan tulisan kampus impian mereka.

Kelas 12 IPS 1 makin didatangi oleh anggota inti OSIS maupun MPK. Satu persatu dari mereka mulai mengambil posisi duduk, Kazutora melakukan hal yang sama dan mempersilahkan Mikey untuk memimpin rapat.

“Keadaan di luar kelas cukup tidak kondusif dan memang bukan waktu yang tepat untuk rapat, tapi bagi gue ini udah keputusan yang tepat agar kita semua bisa diskusi bersama sebelum liburan akhir semester dimulai.”

Lontaran kalimat pembuka Mikey disambut anggukan oleh tiap anggotanya. Mereka semua melempar tatapan yang serius akan pembahasan kali ini, baik dari Mikey sendiri dan anggotanya.

“Izin bicara !” Ujar Mitsuya sebekum rapat dimulai.

“Silahkan.” Mikey merespon permintaan Mitsuya dengan tangan terbuka.

“Gue harap semua ponsel disilent karena gue yakin pembahasan kita saat ini cukup serius.” Mitsuya mengangguk kearah Mikey, menandakan ia telah selesai dengan pembicaraannya.

Tanpa perintah dari pimpinan rapat, semua anggota yang ada di dalam ruangan segera meraba saku dan tas masing-masing, meletakkan ponsel satu persatu di atas meja.

“Rekan-rekan semua. Jumat kemarin, tepat saat anak 12 IPS berangkat study tour. Gue, Draken dan Yuzuha ikut rapat ke-tiga persiapan Malam Sarumpun. Karena kita semua kelas 12 udah sepakat untuk sesekali memantau jalan rapat adik-adik kita semua.”

Mikey menarik kursi guru ke tengah ruangan, agar suara dan posisinya tidak terlalu jauh dari para anggota inti.

“Oke ! Dari Draken dulu, pendapat lu gimana nih periapan adik-adik kita?” Mikey melempar tatapan ke arah Draken yang berada di sisi kanannya.

Draken terdiam sejenak, seperti berusaha untuk merangkai beberapa kalimat. Saat mulut pria itu mulai mengucapkan beberapa kalimat, Mikey segera memotong.

“Jangan yang itu.”

Draken tertegun, pria itu berkedip dua kali seperti memberi tatapan kenapa kearah Mikey.

“Itu topik gue.”

Jawaban Mikey dibalas anggukan oleh Draken.

Pria jangkung itu segera menghancurkan tatapan tak enak yang saat ini bergantian terlempar kearahnya dan kearah Mikey.

“Anggota masih belum akrab satu sama lain, kebanyakan dari mereka belum mengerti akan arah tujuan Malam Sarumpun. Naoto sebagai ketua dan Hakkai sebagai PU masih belum terlalu jauh menggali potensi tiap-tiap anggotanya.” Draken menyelesaikan kalimatnya sebelum kembali mendapatkan tatapan tidak mengenakan dari para anggota.

Mikey mengangguk sambil mengarahkan tunjuknya pada Yuzuha, sekarang giliran gadis itu.

Yuzuha dengan wajah ketus miliknya menjawab dengan spontan, “Ada penanggungjawab yang ga serius akan jobdescnya, udah seminggu lebih pelantikan masa iya kejelasan akan anggotanya sendiri tidak tau?”

Mikey yang mendengar kalimat Yuzuha, segera berdiri. Seakan Yuzuha telah berhasil mencuri topik itu darinya.

Kazutora menyerngit, seperti tau siapa yang dimaksud Yuzuha, karena tempo hari ia dan Naoto membahas Pehyan yang tiba-tiba saja didatangi Yuzuha di Kupi Batigo. Pria dengan manik keemasan ini ingin segera untuk izin menyanggah, tapi lontaran selanjutnya dari Yuzuha sukses membangunkan pitamnya.

“Pehyan. Gue mau jelas-jelas aja karena ini forum kita dan hari Jumat itu, gue langsung ngasih peringatan secara verbal.” Jelas Yuzuha.

“Lo ngasih peringatan apa?” Kazutora menyanggah ucapan Yuzuha tanpa meminta izin pada pimpinan rapat terlebih dahulu.

Yuzuha membalas tatapan Kazutora yang saat ini menurutnya sangat tidak enak untuk dipandang. “Peringatan untuk gercep, ga futsal terus.”

“Yakin lo bilang gitu?”

Ucapan Kazutora cukup membuat anggota inti bergantian menatap lawan bicara yang sedang berargumen. Mikey sebagai pimpinan rapat merasa tidak dihargai.

“Yakin lah? Lo kenapa sih? Efek alkohol jadi tambah kasar ya?” Yuzuha menatap tajam Kazutora.

Pria itu terdiam, ia bisa merasakan tatapan bingung dari semua isi kelas. Padahal, Kazutora dkk sudah yakin kalau masalah hari terakhir di Palembang cukup dia, teman-teman dan gurunya saja yang tau.

Oh shit ! Pria itu lupa, Shuji Hanma dkk.

Kazutora terkekeh.

“Lo yakin ngasih peringatan kaya gitu sama Pehyan? Ga mungkin dia sampai keluar dari grup besar kalau hanya kalimat itu. Oh? Atau kalimat itu kekesalan yang seharusnya lo lontarkan pada orang yang seharusnya? Tapi ga kesampaian?”

“Woi santai dikit, Jut ! Orang-orang pada liat ke sini.” Ujar Mitsuya memijat dahinya saat beberapa murid IPS planga-plongo mengintip ke arah sumber suara yang sedang berargumen.

Yuzuha tak mau kalah, “Hah? Maksud lo Hanma? Oh?!! Apa?! Lo mau bawa-bawa Hanma karena masalah alkohol? Lo waras, Jut?!”

“Hargain gue disini dong?” Gumam Mikey yang saat ini berdiri diam menatap dua sejoli yang tidak mau mendengar suara selain argumen mereka.

Kazutora mengusap kasar wajahnya, pria itu masih menahan emosinya agar tidak meledak.

“Juha ! Lo sadar ga? Effort lu untuk Malam Sarumpun ini ga ada, satupun ga ada. Yang lo lakuin enam bulan belakangan ini hanya bertindak seolah-olah lo paling bener dan bekerja sendiri.” Suara Kazutora cukup rendah dari sebelumnya, membuat beberapa siswa IPS menghilang di balik jendela.

“Gue, sebagai ketua MPK dengan menyesal telah meneruskan jabatan PU 1 enam bulan ini ditangan lo, Yuzuha.” Pria itu belum selesai dengan kalimatnya.

Draken menyambar dari arah kiri. “Jut jangan gitu lah. Kita masih belum selesai?”

“Gue ga butuh anggota seperti lo.” Kazutora menyelesaikan kalimatnya dengan kembali ke posisi awal; duduk.

Yuzuha masih berdiri dengan diam, mencerna setiap kalimat yang ia dapati dari Kazutora. Baginya, enam bulan terakhir ini dia cukup sering berdiri di sebelah Kazutora, menemani dan membantu pria itu untuk mendapatkan kembali kepercayaan sekolah untuk memberi izin mengadakan Malam Sarumpun; Malam Puncak SMANDER.

Yuzuha tertawa, “Hahaha !! Terimakasih, Ketua.”

“Stress lo?” Ujar Kazutora saat gadis bersurai ginger itu beranjak pergi meninggalkan 12 IPS 1.

Mikey menghembuskan nafas kasar, pria itu tahu betul hal seperti ini akan terjadi. Menurutnya topik yang Yuzuha ucapkan, akan lebih aman jika dirinya yang menyampaikan.

“Kita lanjutkan diskusi ini?” Ujar Mikey yang dengan nada suara yang cukup tenang, tapi sukses mencekam atmosfir di sekitarnya.

written by inupiei


Kamar hotel 345 satu-satunya yang masih berpenghuni saat cleaning service datang, pasalnya semua murid IPS sedang menghabiskan hari terakhir study tour mereka di Kota Palembang.

Kamar dengan nuansa cat abu-abu itu berisikan empat orangーtermasuk cleaning serviceㅡ yang sibuk akan aktivitas sendiri.

Ranjang pertamaㅡKazutoraㅡ masih tertidur pulas. Ranjang KeduaㅡBajiㅡ sibuk dengan TV dan kerupuk palembang. KetigaㅡChifuyuㅡ bersandar di balkon dengan secangkir kopi. Mereka bertiga dilarang mengikuti kegiatan akhir study tour, dikarenakan insiden kopi serta melihat kondisi Kazutora yang tengah pulas tertidur menjadi alasan yang kuat dari Pak Yoga untuk meng-absen tiga sekawan dari kegiatan akhir study tour.

Baji mengangguk saat cs berpamitan meninggalkan kamar. Pria itu meregangkan kedua tubuhnya di kasur, enggan untuk beranjak. Tangannya memijat kedua pelipis, ㅡsakit di kepalanya belum pulih totalㅡ yang disusul dengan erangan teman disebelahnya.

“Jam berapa?” Ujar Kazutora setelah erangannya yang sangat panjang dengan suara yang serak.

Pria itu masih berusaha mengembalikan kesadaran setelah tidur dengan keadaan mabuk. Mata yang sangat perih, ia paksa untuk melihat sekitaran.

Baji mengernyitkan kening saat melihat keadaan teman sejawat yang cukup berantakan. “Lu udah ga kaya orang.”

Masih belum dengan kesadaran yang sempurna, Kazutora mengalihkan tatapannya pada sumber suara yang baru saja melontarkan kalimat.

“Bangun, Cok !” Lempar Chifuyu dengan handuk ke arah Kazutora.

“Udah jam berapa?” Pertanyaan kedua kali oleh pria bermanik emas dengan penampilan kacaunya yang sedang meregangkan badan. Pria itu memperbaiki posisinya untuk duduk, kesadaran pria itu sudah mulai membaik.

“Jam dua.” Ujar Baji menutup kemasan kerupuk palembang.

“Dua? Gue ke-pagian?” Kazutora menggaruk kepalanya, sesekali pria itu menekan pelipisnyaㅡmenahan denyutanㅡyang sedikit demi sedikit menghujami kepalanya.

“Hahahah. Aspirin nih, di bawa Emma. Ini susu beruang dari Pak Yoga.” Ujar Chifuyu duduk di ranjang Kazutora.

Kazutora tampak bingung, pria itu masih belum dalam kesadaran yang sempurna hingga ia mulai memaksa kepalanya untuk berfikir dua kali.

Kenapa dia diberi Aspirin? Kenapa Pak Yoga memberinya susu beruang? Dan terakhir, kenapa dia bangun jam dua pagi?

Tunggu.

“Jam dua pagi kan?” Ujar Pria dengan kebingungannya itu pada dua teman sejawatnya yang saat ini tengah menatapnya dengan ekspresi yang Kazu tak mengerti.

Tak mendapat jawaban, Kazutora menyambar ponselnya yang tergeletak di samping ranjang.

14.05

Kesadaran Kazutora sempurna, sepertinya melebihi kesadaran orang normal.

“KOK GA BANGUNIN GUE ANJENG !!” Kazutora beranjak dari ranjang dan menyambar handuk yang barusan di lempar Chifuyu.

Belum berdiri dengan sempurna, pria itu kehilangan keseimbangannya dan hampir saja jatuh jika ia tidak berpegang pada sisi ranjang.

“Selow anjing ! Kita di-absenkan.” Tutur Chifuyu melempar susu beruang ke arah Kazutora yang saat itu duduk di lantai.

Dengan tatapan butuh penjelasan lebih, Chifuyu melanjutkan kalimatnya.

“Kita bertiga dan Hanma and the gank, ga dibolehin ikut hari akhir kegiatan.” Chifuyu memperbaiki posisi duduknya jadi bersila.

“Lu berdua, parah banget langsung tepar dan juga udah pasti Hanma and the gank. Gue yakin, lu Jut pasti ga ingat di omelin Pak Yoga, kan?”

Kalimat Chifuyu dibalas gelengan oleh Kazutora.

“Setelah sampai di Lobby lo masih sempat absen tu preman trus pas lu ngasih absenan ke Pak Yoga, lu nya udah ngelantur dan disanalah gue, Baji, Nahoya, Hanma dkk dikumpulin.”

Chifuyu menyelesaikan kalimatnya dan bersiap untuk melangkah pergi.

“Lo berdua mungkin gue juga kayanya pas sampe sekolah nanti, di tunggu Pak Yoga di ruangan BK.” Chifuyu berjalan kearah charger handphone.

Mata Kazutora membulat, “Hah? Bentar. Kita berdua absen karna mabuk, lu kenapa absen?”

Chifuyu terkekeh, “Disuruh jagain lo berdua kandiak (babi)

“Trus. Tugas gue gimana?” Tatapan Kazutora sedikit iba karena kehilangan tanggungjawabnya sebagai pengelola absensi dan sebagai ketua IPS.

“Sama Nahoya.” Balas Baji.

Kazutora mengangguk diam. Pria itu cukup menyesali tingkahnya semalam, baginya prinsip untuk menerima tantangan itu harus. Tapi melihat keadaan yang ia terima saat ini, Kazutora merasa bersalah akan keputusan yang ia ambil.

“Mandi bego !! Jam 4 kita balik Padang.” Ujar Chifuyu yang tengah sibuk dengan aktivitas gawainya.

“Pantek ! Gue duluan.” Ujar Baji saat Kazutora bergegas menuju kamar mandi.

“Berdua aja sih.” Respon Kazutora saat berhasil mencapai pintu kamar mandi duluan.

“Waras lo anjing???” Balasan Baji di respon ketawa oleh Chifuyu. Kazutora melambaikan tangannya ke arah Baji yang sekarang melempar tatapan kesal.

written by inupiei


Kamar hotel 345 satu-satunya yang masih berpenghuni saat cleaning service datang, pasalnya semua murid IPS sedang menghabiskan hari terakhir study tour mereka di Kota Palembang.

Kamar dengan nuansa cat abu-abu itu berisikan empat orangーtermasuk cleaning serviceㅡ yang sibuk akan aktivitas sendiri.

Ranjang pertamaㅡKazutoraㅡ masih tertidur pulas. Ranjang KeduaㅡBajiㅡ sibuk dengan TV dan kerupuk palembang. KetigaㅡChifuyuㅡ bersandar di balkon dengan secangkir kopi. Mereka bertiga dilarang mengikuti kegiatan akhir study tour, dikarenakan insiden kopi serta melihat kondisi Kazutora yang tengah pulas tertidur menjadi alasan yang kuat dari Pak Yoga untuk meng-absen tiga sekawan dari kegiatan akhir study tour.

Baji mengangguk saat cs berpamit meninggalkan kamar. Pria itu meregangkan kedua tubuhnya di kasur, enggan untuk beranjak. Tangannya memijat kedua pelipis, ㅡsakit di kepalanya belum pulih totalㅡ yang disusul dengan erangan teman disebelahnya.

“Jam berapa?” Ujar Kazutora setelah erangannya yang sangat panjang dengan suara yang serak.

Pria itu masih berusaha mengembalikan kesadaran setelah tidur dengan keadaan mabuk. Mata yang sangat perih, ia paksa untuk melihat sekitaran.

Baji mengernyitkan kening saat melihat keadaan teman sejawat yang cukup berantakan. “Lu udah ga kaya orang.”

Masih belum dengan kesadaran yang sempurna, Kazutora mengalihkan tatapannya pada sumber suara yang baru saja melontarkan kalimat.

“Bangun, Cok !” Lempar Chifuyu dengan handuk ke arah Kazutora.

“Udah jam berapa?” Pertanyaan kedua kali oleh pria bermanik emas dengan penampilan kacaunya yang sedang meregangkan badan. Pria itu memperbaiki posisinya untuk duduk, kesadaran pria itu sudah mulai membaik.

“Jam dua.” Ujar Baji menutup kemasan kerupuk palembang.

“Dua? Gue ke-pagian?” Kazutora menggaruk kepalanya, sesekali pria itu menekan pelipisnyaㅡmenahan denyutanㅡyang sedikit demi sedikit menghujami kepalanya.

“Hahahah. Aspirin nih, di bawa Emma. Ini susu beruang dari Pak Yoga.” Ujar Chifuyu duduk di ranjang Kazutora.

Kazutora tampak bingung, pria itu masih belum dalam kesadaran yang sempurna hingga ia mulai memaksa kepalanya untuk berfikir dua kali.

_Kenapa dia diberi Aspirin ? Kenapa Pak Yoga memberinya susu beruang? Dan terakhir, kenapa dia bangun jam dua pagi?

Tunggu.

“Jam dua pagi kan?” Ujar Pria dengan kebingungannya itu pada dua teman sejawatnya yang saat ini tengah menatapnya dengan ekspresi yang Kazu tak mengerti.

Tak mendapat jawaban, Kazutora menyambar ponselnya yang tergeletak di samping ranjang.

14.05

Kesadaran Kazutora sempurna, sepertinya melebihi kesadaran orang normal.

written by inupiei


Malam ini kota Palembang diselimuti awan pekat, menandakan hujan akan segera menyapa kota ini. Tiga sekawan terlihat keluar dari Whiz Hotel menuju trotoar. Langkah mereka diikuti oleh laki-laki bersurai keriting berwarna persik, pria ini menyamakan langkahnya bersama tiga sekawan. Tampak interaksi yang dekat antara mereka berempat.


Hari ini malam kedua bagi murid IPS di kota Palembang. Bus pariwisata sekolah yang berangkat tepat setelah jam UAS terakhir memakan waktu 8 jam perjalanan hingga mereka sampai di Kota Palembang pada malam harinya; jam 9 malam.

Agenda hari pertama mereka selesai jam 6 sore tadi dan membuat semua murid IPS kembali ke hotel pada jam 7 malam. Kazutora selaku pemegang absensi, langsung terjun ke setiap kamar pada jam 8 malam.

“Menurut lo, mereka dimana?” Tanya Kazutora saat ini mengikuti langkah Chifuyu.

“Dari yang gue tau selama kenal Hanma, dia ga jauh-jauh dari Cafe.” Chifuyu melangkahkan kakinya mengikuti arahan google map.

“Jadi, di sekitaran sini?” Tanya Nahoya saat suara google map mengakhiri panduannya.

Chifuyu menatap bangunan elite ala instagram di seberang jalan, memastikan dua kali bahwa tempat yang mereka tuju sudah benar. “Ga salah lagi.”

Pria bernetra biru itu mengambil langkah lebih dulu saat menangkap sosok Yahaba Shigeru yang sedang menghembuskan asap rokok.


“Woah.. kedatangan tamu.” Sambut Hanma saat mendapati keberadaan Kazutora dkk di depan matanya.

Kazutora melihat sekitarannya, Cafe ini cukup ramai pengunjung dan bisa terbilang sangat elite, baginya belum pernah menemukan Cafe seperti ini di Kota Padang. Satu yang pria bernetra keemasan ini sadari, bau alkohol cukup pekat di meja yang tengah berada di depan Hanma.

“Yahaba, lo belum legal anjing.” Ujar Baji menunjuk segelas bir digenggaman pemuda yang ia panggil.

Merasa tersudut, Yahaba tekekeh. “Ini fuit tea, bestie.” Pria ini menepikan minumannya, merasa tidak enak kalau minuman ini terus berada di hadapannya.

“Duduk dulu, tegang amat dah.” Ujar Hanma menunjuk beberapa kursi yang masih kosong.

“Absen malam jam 8. Lo bertiga ngapain disini?” Kazutora tak mengindahkan tawaran Hanma.

“Ngopi lah, ga liat?” Kalimat Futakuchi diiringi tawa ejekan oleh Hanma.

“Jam 8 udah stay di hotel. Minim banget literasi lo bego. Makanya jangan asal tanda tangan surat izin.” Balas Nahoya yang kini mengambil posisi duduk di sebelah Yahaba.

“Lo kira anak TK?” Ucapan Yahaba disambut Futa dan Hanma dengan tawa cekikan.

Cukup lama tiga preman IPS itu tertawa, hingga dehaman Chifuyu membuat Hanma sadar akan keberadaan Kaptennya ini.

“Sorry sorry.” Ujar Hanma sambil membuang sisa rokok.

“Kazutora, ya? Banyak yang mau gue tanya sama lo. Tapi, lupain aja deh. Ini buat lo.” Hanma menyodorkan kopi yang sedari tadi belum dia cicipi.

Kazutora menyerngit, seakan paham akan arah pembicaraan pria jangkung itu. Yang lebih membuatnya heran, bagaimana bisa Yahaba mendapatkan bir dengan KTP berumur 18 tahun?

“Nih buat lo bertiga juga. Baji ambil-ambil !! Jangan sungkan.” Yahaba menawarkan kopi yang sama pada mereka sesaat pelayan yang baru saja mengantarkan pesanan.

“Minum dulu, habis itu kita langsung cus hotel, Kep.” Bujuk Hanma pada Chifuyu.

Baji mengangguk dengan canggung dan mengambil posisi di sebelah Nahoya, sambil memberi tatapan kapan lagi kan? ke arah Kazutora.

“Apa nih?” Tanya Chifuyu saat ia merasa ada yang aneh sebelum mulai mencicipi kopi tawaran Hanma.

“Keoki Coffe.” Hanma merespon pertanyaan Chifuyu dengan menyalakan pematik rokok.

Kening Chifuyu berkerut, “Kok bisa lo order beginian?” Tanya Chifuyu yang membuat Kazutora dkk mengalihkan pandangan.

Hanma tertawa, “Baristanya kenalan gue.”

Chifuyu terkekeh.

“Nikmati aja, Kep. Di Padang ga ada modelan gini.” Hanma meneguk habis kopi miliknya.

Chifuyu menyingkirkan gelas kopi yang sedari tadi di dalam genggamannya. “Campuran anggur, bukan?”

“Bangsat.” Spontan Baji menutup mulutnya, pria itu telah meneguk habis miliknya.

“Semangkaaa everyone !” Ujar Yahaba membuat boomerang lewat akun Instagram.

“Enak ga, Ji?” Tanya Hanma ke arah Baji yang sedang menutup mulut.

“Gpp elah. Sekali-kali.” Futakuci menutup rapat mulutnya agar tawa yang ia tahan sedari tadi tidak pecah.

Kazutora berdiri, membuat seisi meja terdiam dengan tatapan yang mereka terima dari lelaki bermanik keemasan.

“Gue tunggu lo bertiga di lobby hotel 10 menit lagi.”

Kazutora melangkah pergi, tapi ucapan Hanma sukses membuatnya kesusahan mengendalikan emosi.

“Ketua mau cepu. Ahh lemah, kopi doang ini bukan alkohol 100%.” Kalimat Hanma diikuti tawa ejekan oleh kedua temannya.

Siapapun yang kenal Kazutora, akan tau bahwa pria ini tidak suka ditantang. Walaupun ia paham dengan permainan lawannya, bagi Kazutora tidak ada tantangan yang akan membuat dirinya menciut. Tidak satupun.

Chifuyu dan Baji langsung dengan singap menahan Kazutora, mereka paham akan jalan pikiran teman sejawatnya ini.

“Ga ada gunanya lo dengerin Jut. Ayo balik.” Tarik Baji, tapi persetan dengan Hanma yang tidak mau mengalah.

“Ditantang aja ciut. Ketua IPS namanya.” Lagi, kalimat Hanma diikuti tawa ejekan oleh kedua temannya.

Baji, Chifuyu maupun Nahoya tidak satupun dari mereka untuk berusaha menghentikan Kazutora saat ini. Karena melihat wajah pria itu saja sudah paham bahwa siapapun yang berani menghentikannya, nyawamu tidak akan kembali seperti semula.

Hanma dan kedua temannya tersenyum puas saat mendapati Kazutora melangkah dengan langkah besar kearahnya. Pria jangkung itu berdiri, sudah siap dengan bogem mentah yang kapan saja akan melayang ke arahnya. Tapi, semua itu tidak sesuai pikirannya. Kazutora meneguk habis 3 kopi yang seharusnya menjadi miliknya, Chifuyu dan Nahoya.

Futakuchi, Yahaba dan Hanma ternganga. Mereka salah memberikan tantangan yang sangat mudah seperti ini pada sang Ketua.

written by inupiei


“Aduh..” Erang Emma saat meregangkan tubuhnya di ranjang milik Kazutora.

Gadis bersurai keemasan itu menjangkau remote TV yang bersebrangan dengan ranjang yang ia tempati.

“Kajut mana, Ji?” Tanya Emma pada Baji Keisuke yang sedang bersandar di ranjangnyaーbersebelahan dengan ranjang Kazutoraー dengan fokus pada gawai.

Emma mendengus karena tak kian mendapatkan jawaban. Sang gadis menyalakan TV dengan memutar platform Netflix, memutar serial Lucifer yang baru saja mengeluarkan musim baru.

“Nonton di kamar lo aja, Emma.” Pria bersurai pekat itu mengeluarkan suara diiringi dengan bunyi game online melalui speaker ponselnya yang tengah berlangsung.

“Mereka pada nonton drakor, gue mau nonton ini.”

Respon Emma Sano tak digubris oleh Keisuke, tampaknya pria itu sedang asyik menyelesaikan permainannya.

“Kajut mana, Ji?” Tanya gadis pirang ini sekali lagi.

“Kenapa nyari Kajut?” Respon Baji tanpa mengalihkan pandangannya.

“Ya tumben nih lu berdua doang di kamar?” Ujar Emma sambil mengalihkan pandangannya pada ujung ruangan. Chifuyu yang tengah menutup kedua telinganya dengan earphone, yang dapat Emma lihat pria itu juga sedang melakukan aktivitas yang sama dengan Baji.

“Absen yang lain bareng Nahoya.”

Lagi-lagi Emma mendengus kesal karena tujuannya ke kamar Baji dkk adalah untuk menghilangkan kantukーya memang seharusnya waktu istirahat. Melihat situasi di kamar Baji, gadis bernetra keemasan ini melanjutkan tontonannya.

“Oh? Sejak kapan disini, Ma?” Chifuyu beranjak dari posisi rebahannya dan membuka earphone yang sedari tadi menyumbat kedua telinganya.

Merasa terpanggil, Emma mengalihkan pandangannya. “Dari tadi, udah mau habis 2 episode nih gue.”

Chifuyu terkekeh dan berjalan pergi.

“Kemana?” Tanya Emma.

Chifuyu menunjuk ruangan kecil di samping Emma; Toilet.

“Dia aman ga?” Tanya Emma setelah Chifuyu menghilang ke dalam toilet.

Baji pindah tempat, memposisikan tubuhnya di ranjang Kazutora. Pria itu duduk bersandar dengan menumpu satu tangannya. “Sejauh yang gue lihat dia aman tapi ada yang beda aja.”

Emma mengangguk, “Dia udah cerita?” Gadis itu memperbaiki posisi untuk duduk membelakangi Baji.

Baji menggeleng, “Ya kali gue mau rusak mood dia.”

“Menurut lo, Cipuy salah ga?” Emma bertumpu pada kedua lututnya.

“Dia salah karena ga mau nyelesain masalahnya.” Baji mengambil kemasan kerupuk palembang, pria itu berusaha untuk membuka kemasannya.

“Kalau lo di posisi Mikey, gimana?”

Pertanyaan Emma membuat Baji yang sedang kesusahan membuka kemasan kerupuk jadi terhenti.

Seakan paham dengan kebingungan Baji, Emma melanjutkan kalimatnya. “Kalau gue punya pacar kaya Cipuy, trus lo di posisi Mikey. Gimana?”

Pria itu diam sejenak, mencerna beberapa kalimat yang tertuju padanya.

“Yakin ada yang mau sama lo?” Lontaran kalimat Baji sukses membuat Emma melempar remote ke arahnya.

Pria bersurai hitam pekat itu tertawa cekikan. “Bukain!” Baji melempar bungkusan kerupuk palembang yang kian tak berhasil ia buka.

Emma menangkap bungkusan tersebut. Hitungan detik gadis itu sukses membukanya. Membuat Lelaki Keisuke ternganga.

Tangan Baji sudah terjulur untuk meminta kerupuk miliknya. Tapi aktivitas pria itu terhenti karena pertanyaan sang gadis yang kembali sama tertuju padanya.

“Gimana posisi Mikey menurut lo?” Emma enggan untuk memberikan kerupuk.

Keisuke terdiam, seakan kebingungan baginya untuk memberi jawaban. Pria itu menatap manik sang gadis untuk beberapa menit dan berakhir dengan mengikat kedua rambut gondrong yang sedari tadi membuat dirinya sedikit gerah.

“Gatau. Belum kepikiran.”

Tepat dengan kalimat terakhir Baji, Chifuyu menghancurkan atmosfir canggung yang sempat tercipta oleh dua sejoli itu.

“Apaan nih?” Ujar Chifuyu menatap kedua sejoli tersebut bergantian, sebab mereka melempar tatapan lekat padanya yang bisa saja diartikan bahwa Chifuyu telah menghancurkan momen terbaik Emma Sano ataupun Baji Keisuke.

written by inupiei


“Udah dihitung semua, Kazutora?” Bu Uti berjalan kearah Kazutora yang baru saja menuruni bus 1.

Bu Uti selaku kepala sekolah dan wali kelas 12 IPS 1 menyerahkan urusan absensi murid dan kedisiplinan murid kepada Kazutora selaku ketua angkatan IPS SMANDER 36.

“Sudah Bu. Total 3 bus. Karena tempat duduk tidak sesuai kelas dan sudah diatur jadi semuanya aman. Kertas absensi sudah di serahkan pada guru penanggungjawab tiap-tiap bus.” Pria bernetra emas ini menyerahkan salinan absesi pada wali kelasnya.

“Terimakasih Kazutora, untuk pengganti Ibu; Pak Yoga, ya.”

Kazutora mengangguk dan segera menjabat tangan Bu Uti sebelum menaiki Bus 1 yang tentunya ada Baji, Chifuyu dan Emma.


Situasi di dalam bus 1 cukup heboh karena sebagian siswa masih sibuk menyusun barang-barangnya. Ada yang sudah duduk manis di bangkunya dan ada Baji yang sudah tidur menelentang di bangku paling belakang.

“Baji geser !” Ujar Emma mengguncang tubuh Baji. Sang empu tersenyum dan langsung berdiri.

“Jut sini-sini !!” Baji melambai, seakan ia sengaja mengambil tempat duduk paling belakang yang tersedia untuk lima orang sekaligus.

Kazutora berjalan kearah sumber suara dan langsung melirik kesebelah Baji, Emma sudah mengambil posisi di dekat jendela.

“Cipuy mana?”

Pertanyaan Baji membuat Kazutora melempar tatapannya seisi bus. Dan menemukan pria itu baru saja menampakkan batang hidungnya. Chifuyu datang dengan keadaan yang sedikit kacau.

“Lo habis ngapain?” Ujar Kazutora.

“Berantem sama Mikey.”

Lontaran kalimat Chifuyu sukses membuat Baji, Emma dan Kazutora menganga.

“Untung lo ga mati.” Ujar Baji menunjuk tempat duduk di sebelah jendela untuk Chifuyu. Karena bangku bus berjumlah 35 dan hanya diisi oleh 34 murid, jadinya bangku belakang tersisa satu dan diisi oleh tiga sekawan ditambah Emma Sano.