Rumi Haitani

inupiei

written by inupiei


Yuzuha mendengus kesal sembari kakinya memasuki area kantin. Kantin yang berlokasikan di sayap kiri sekolah ini tidak memiliki ruang yang terlalu besar; 3 x 4 m, hanya ruangan bekas gudang yang tidak terpakai oleh sekolah ㅡ tapi sering dijadikan siswa untuk mampir mengisi perut sebagai alasan ke toilet. Kantin ini lebih tepatnya terletak di antara koridor IPA dan koridor IPS.

“Eh!” Ujar Yuzuha spontan saat menemui lelaki berambut pirang tengah diam duduk menikmati risolesnya.

Lelaki itu sama terkejutnya, ia segera melahap risoles dan membersihkan sisa makanan di tangannya. “Juha? Tumben?”

Yuzuha terkekeh, gadis itu mengambil dadar gulung dan duduk di sebelah lelaki itu, Chifuyu. “Lapar.” Ujarnya.

Chifuyu mengangguk, laki-laki itu kembali mengambil gorengan. “Juara kelas bisa bolos juga, ya?” Ledek pria itu yang tengah menggigit tahu isi.

Yuzuha tertawa, “Kalau gak gitu, bosen dong hidup gue.”

Mereka berdua tertawa. Chifuyu kembali mengambil gorengan, Yuzuha hanya bingung menatap pria di depannya ini. Sepertinya Chifuyu yang sangat kelaparan.

“Ada kabar dari Kajut, Puy?” Tanya Yuzuha saat pria itu meneguk beberapa air mineral.

Chifuyu menggeleng, “Gue sengaja keluar kelas, jalan dari IPS 4 ke IPS 3 dan IPS 1 hingga sampai ke sini. Kajut ga ada di kelas, Baji ada tadi. Cuma dia ga nangkap maksud gue buat minta keluar kelas, chat aja ga direspon sejak semalam.”

“Emma gimana?” Tanya Chifuyu saat ia sadar bahwa tidak menemui gadis bersurai pirang itu saat melintasi kelas IPS 1.

Yuzuha memberi jeda, gadis itu menelan makanannya. “Semalam pas lo turunin gue sama Senju di rumah Emma, kita ga bicara banyak. Dia di kamar pas itu, ga mau liat ke arah gue dan Senju. Dan ternyata Mikey nguping di luar kamar Emma, pas Mikey keluar rumah udah kaya kesetanan, Draken dateng. Dan gue taunya dari Draken kalau Mikey ngedobrak rumah Baji, tapi ga ada jawaban.”

Chifuyu mengangguk, ia masih menunggu Yuzuha menyelesaikan kalimatnya.

“Emma sampe berlutut depan Mikey buat pulang ke rumah dan minta ga ngasih tau abangnya yang lain.” Yuzuha berjalan ke arah mesin pendingin, mengambil minuman bertulisan teh pucuk di sana.

Chifuyu mendengus, “Mikey pulang setelah itu?” Pria itu ikut menghampiri mesin pendingin, mengambil yakult di dalam sana.

Yuzuha menggeleng, “Mikey pulang pas Ibu Baji yang buka pintu.”

“Anjir..” Gumam Chifuyu.

“Gue ga tau Ibu Baji ngomong apa, tapi saat itu Emma langsung di peluk beliau dan mereka kembali ke rumah.”

Chifuyu mengangguk. Mereka berdua seperti larut dalam fikiran masing-masing. Hingga bel istirahat pertama dan pengumuman dari sound speaker berbunyi secara bersamaan ㅡ membuat lamunan mereka berdua pecah.

“Baji Keisuke, Ken Ryuuguji dan Manjiro Sano. Harap segera menuju ruangan BK.”

Suara pengumuman itu berakhir disambut oleh murid-murid yang baru saja mengerumini kantin saling berdesas-desus. Yuzuha dan Chifuyu segera bergegas meninggalkan kantin, langkah mereka tertuju ke satu ruangan; Ruangan Kepala Sekolah.

“Berarti Kajut udah selesai.”

Ujar Yuzuha diiringi anggukan Chifuyu.


Koridor di sekitar ruangan guru cukup dipenuhi lalu lalang murid menuju kantin umum. Tampak semua siswa keluar kelas bergerombolan, mengingat istirahat jam pertama hanya 30 menit.

“Tuh!” Tunjuk Yuzuha saat netranya menangkap lelaki berbalut ban lengan merah maroon di lengan kanannya, menandakan ia ketua organisasi tertinggi di sekolah. Tidak hanya Kazutora. Mikey, Draken, Akkun, Kisaki dan Naoto sebagai jajaran ketua memakai ban lengan selama di sekolah ㅡ hanyasaja warna yang mereka miliki berbeda-beda. MPK memakai warna maroon dan OSIS memakai warna biru tua.

“Serius amat tu tampang.” Ujar Chifuyu mengikuti arah tunjuk Yuzuha.

Kazutora membungkuk sesaat sebelum ia benar-benar melangkah meninggalkan ruangan kepala sekolah. Terlukis wajah ketegangan di sana, pria itu sesekali mengusap pelan wajahnya hingga ekspresi itu berubah saat manik keemasan milik Kazutora menangkap Yuzuha dan Chifuyu di koridor.

Kazutora berjalan ke arah mereka sambil tersenyum. Yuzuha tau, ada yang tidak beres.

“Gimana?” Ujar Chifuyu saat lelaki berbalut ban tangan itu sampai di hadapannya.

Kazutora mengangguk, “Aman. Sanksinya diturunin.”

Yuzuha dan Chifuyu menghela nafas lega.

Netra tiga orang itu langsung menangkap Baji yang tengah memasuki ruangan BK dan selanjutnya Mikey dan Draken yang masih tetap utuh memakai ban lengan mereka.

“Mereka akan dihukum Pak Arif sebagai guru BK. Sekolah maupun polisi ga mau ikut campur karena perbuatan mereka di luar wewenang, Polisi mau nerima denda doang dan sekolah maunya ngeskors jadinya Pak Arif ambil wewenang.” Kazutora menempel ke arah Yuzuha, lelaki itu sedang mengisi tenaganya kembalim

“Denda berapa?” Tanya Chifuyu.

“Polisi minta 2.5 juta.”

“Buset. Enak banget pagi-pagi malakin anak sekolah.” Chifuyu melempar tatapan tidak sukanya saat mobil polisi keluar dari pekarangan sekolah.

“Kantin yuk?” Tawar Kazutora.

Chifuyu mengangguk, “Ga nunggu Baji?”

“Udah mau keluar tuh.” Ujar Kazutora menangkap 3 orang itu dari kaca jendela yang tidak ditutupi tirai ㅡ pembuat masalah pagi ini ㅡ tengah membungkuk dan segera meninggalkan ruangan.

“Gue panggil Senju dulu, duluan aja.”

Chifuyu segera meninggalkan dua sejoli dan berlari ke kelas sang kekasih.

Atmosfir tiba-tiba tenang, Yuzuha maupun Kazutora tidak ada yang membuka mulut. Lelaki itu masih dalam posisi menempel di samping Yuzuha sembari maniknya menatap kosong ruangan BK.

“Aman?” Tanya Yuzuha membuyarkan fokus Kazutora.

Lelaki itu menghembuskan nafas kasar dan memperbaiki posisinya.

“Malam Sarumpun terancam dibatalkan.”

Mata yang sedari tadi kosong sekarang terlihat sayu.

“Jika kita dari penanggungjawab inti kembali membuat masalah dengan menyinggung reputasi sekolah dan bahkan sampai meresahkan masyarakat, usaha kita sia-sia 6 bulan ini, Zu. Malam Sarumpun benaran akan dihapuskan.”

Yuzuha meneguk salivanya dalam-dalam. Gadis itu tahu hal semacam ini akan terjadi. Pasalnya, Malam Sarumpun untuk angkatannya ini hanya 30% dari pihak guru menyetujui dan jika keputusan Kepala Sekolah seperti ini terjadi, sudah tidak membuatnya bertanya-tanya.

“Berkali-kali Bu Mayang, tim disiplin sekolah nyudutin gue tentang Malam Sarumpun.” Kazutora menghela nafas, pria ini tampak tertekan dengan apa yang barusaja ia lontarkan.

Gadis bersurai panjang itu mengusap pelan surai sang pria di depannya yang tengah tertegun diam.

“Simpel. Kita jadi anak baik-baik aja 3 bulan kedepan.”

Kalimat gadis itu sukses membuat Kazutora tersenyum tenang, bersamaan dengan keluarnya 3 pembuat onar dan Chifuyu dengan Senju dari kejauhan menuju ke arah mereka.

Kazutora mengibaskan tangan ke arah Baji dan yang lainnya. Pria bersurai pekat itu segera memperpendek jarak, Mikey dan Draken membalas lambaian tanggannya sembari bergumam terimakasih.

Dua pasang sejoli dan Baji menuju kantin, hanyut dalam topik perbincangan yang diciptakan Senju. Gadis bersurai sebahu itu benar-benar pandai mengubah suasana.

written by inupiei


Yuzuha mendengus kesal sembari kakinya memasuki area kantin. Kantin yang berlokasikan di sayap kiri sekolah ini tidak memiliki ruang yang terlalu besar; 3 x 4 m, hanya ruangan bekas gudang yang tidak terpakai oleh sekolah ㅡ tapi sering dijadikan siswa untuk mampir mengisi perut sebagai alasan ke toilet. Kantin ini lebih tepatnya terletak di antara koridor IPA dan koridor IPS.

“Eh!” Ujar Yuzuha spontan saat menemui lelaki berambut pirang tengah diam duduk menikmati risolesnya.

Lelaki itu sama terkejutnya, ia segera melahap risoles dan membersihkan sisa makanan di tangannya. “Juha? Tumben?”

Yuzuha terkekeh, gadis itu mengambil dadar gulung dan duduk di sebelah lelaki itu, Chifuyu. “Laper.” Ujarnya.

Chifuyu mengangguk, laki-laki itu kembali mengambil gorengan. “Juara kelas bisa bolos juga, ya?” Ledek pria itu yang tengah menggigit tahu isi.

Yuzuha tertawa, “Kalau gak gitu, bosen dong hidup gue.”

Mereka berdua tertawa. Chifuyu kembali mengambil gorengan, Yuzuha hanya bingung menatap pria di depannya ini. Sepertinya Chifuyu yang sangat kelaparan.

“Ada kabar dari Kajut, Puy?” Tanya Yuzuha saat pria itu meneguk beberapa air mineral.

Chifuyu menggeleng, “Gue sengaja keluar kelas, jalan dari IPS 4 ke IPS 3 dan IPS 1 hingga sampai ke sini. Kajut ga ada di kelas, Baji ada tadi. Cuma dia ga nangkap maksud gue buat minta keluar kelas, chat aja ga direspon sejak semalam.”

“Emma gimana?” Tanya Chifuyu saat ia sadar bahwa tidak menemui gadis bersurai pirang itu saat melintasi kelas IPS 1.

Yuzuha memberi jeda, gadis itu menelan makanannya. “Semalam pas lo turunin gue sama Senju di rumah Emma, kita ga bicara banyak. Dia di kamar pas itu, ga mau liat ke arah gue dan Senju. Dan ternyata Mikey nguping di luar kamar Emma, pas Mikey keluar rumah udah kaya kesetanan, Draken dateng. Dan gue taunya dari Draken kalau Mikey ngedobrak rumah Baji, tapi ga ada jawaban.”

Chifuyu mengangguk, ia masih menunggu Yuzuha menyelesaikan kalimatnya.

“Emma sampe berlutut depan Mikey buat pulang ke rumah dan minta ga ngasih tau abangnya yang lain.” Yuzuha berjalan ke arah mesin pendingin, mengambil minuman bertulisan teh pucuk di sana.

Chifuyu mendengus, “Mikey pulang setelah itu?” Pria itu ikut menghampiri mesin pendingin, mengambil yakult di dalam sana.

Yuzuha menggeleng, “Mikey pulang pas Ibu Baji yang buka pintu.”

“Anjir..” Gumam Chifuyu.

“Gue ga tau Ibu Baji ngomong apa, tapi saat itu Emma langsung di peluk beliau dan mereka kembali ke rumah.”

Chifuyu mengangguk. Mereka berdua seperti larut dalam fikiran masing-masing. Hingga bel istirahat pertama dan pengumuman dari sound speaker berbunyi secara bersamaan ㅡ membuat lamunan mereka berdua pecah.

“Baji Keisuke, Ken Ryuuguji dan Manjiro Sano. Harap segera menuju ruangan BK.”

Suara pengumuman itu berakhir disambut oleh murid-murid yang baru saja mengerumini kantin saling berdesas-desus. Yuzuha dan Chifuyu segera bergegas meninggalkan kantin, langkah mereka tertuju ke satu ruangan; Ruangan Kepala Sekolah.

“Berarti Kajut udah selesai.”

Ujar Yuzuha diiringi anggukan Chifuyu.


Koridor di sekitar ruangan guru cukup dipenuhi lalu lalang murid menuju kantin umum. Tampak semua siswa keluar kelas bergerombolan, mengingat istirahat jam pertama hanya 30 menit.

“Tuh!” Tunjuk Yuzuha saat netranya menangkap lelaki berbalut ban lengan merah maroon di lengan kanannya, menandakan ia ketua organisasi tertinggi di sekolah. Tidak hanya Kazutora. Mikey, Draken, Akkun, Kisaki dan Naoto sebagai jajaran ketua memakai ban lengan selama di sekolah ㅡ hanyasaja warna yang mereka miliki berbeda-beda. MPK memakai warna maroon dan OSIS memakai warna biru tua.

“Serius amat tu tampang.” Ujar Chifuyu mengikuti arah tunjuk Yuzuha.

Kazutora membungkuk sesaat sebelum ia benar-benar melangkah meninggalkan ruangan kepala sekolah. Terlukis wajah ketegangan di sana, pria itu sesekali mengusap pelan wajahnya hingga ekspresi itu berubah saat manik keemasan milik Kazutora menangkap Yuzuha dan Chifuyu di koridor.

Kazutora berjalan ke arah mereka sambil tersenyum. Yuzuha tau, ada yang tidak beres.

“Gimana?” Ujar Chifuyu saat lelaki berbalut ban tangan itu sampai di hadapannya.

Kazutora mengangguk, “Aman. Sanksinya diturunin.”

Yuzuha dan Chifuyu menghela nafas lega.

Netra tiga orang itu langsung menangkap Baji yang tengah memasuki ruangan BK dan selanjutnya Mikey dan Draken yang masih tetap utuh memakai ban lengan mereka.

“Mereka akan dihukum Pak Arif sebagai guru BK. Sekolah maupun polisi ga mau ikut campur karena perbuatan mereka di luar wewenang, Polisi mau nerima denda doang dan sekolah maunya ngeskors jadinya Pak Arif ambil wewenang.” Kazutora menempel ke arah Yuzuha, lelaki itu sedang mengisi tenaganya kembalim

“Denda berapa?” Tanya Chifuyu.

“Polisi minta 2.5 juta.”

“Buset. Enak banget pagi-pagi malakin anak sekolah.” Chifuyu melempar tatapan tidak sukanya saat mobil polisi keluar dari pekarangan sekolah.

“Kantin yuk?” Tawar Kazutora.

Chifuyu mengangguk, “Ga nunggu Baji?”

“Udah mau keluar tuh.” Ujar Kazutora menangkap 3 orang itu dari kaca jendela yang tidak ditutupi tirai ㅡ pembuat masalah pagi ini ㅡ tengah membungkuk dan segera meninggalkan ruangan.

“Gue panggil Senju dulu, duluan aja.”

Chifuyu segera meninggalkan dua sejoli dan berlari ke kelas sang kekasih.

Atmosfir tiba-tiba tenang, Yuzuha maupun Kazutora tidak ada yang membuka mulut. Lelaki itu masih dalam posisi menempel di samping Yuzuha sembari maniknya menatap kosong ruangan BK.

“Aman?” Tanya Yuzuha membuyarkan fokus Kazutora.

Lelaki itu menghembuskan nafas kasar dan memperbaiki posisinya.

“Malam Sarumpun terancam dibatalkan.”

Mata yang sedari tadi kosong sekarang terlihat sayu.

“Jika kita dari penanggungjawab inti kembali membuat masalah dengan menyinggung reputasi sekolah dan bahkan sampai meresahkan masyarakat, usaha kita sia-sia 6 bulan ini, Zu. Malam Sarumpun benaran akan dihapuskan.”

Yuzuha meneguk salivanya dalam-dalam. Gadis itu tahu hal semacam ini akan terjadi. Pasalnya, Malam Sarumpun untuk angkatannya ini hanya 30% dari pihak guru menyetujui dan jika keputusan Kepala Sekolah seperti ini terjadi, sudah tidak membuatnya bertanya-tanya.

“Berkali-kali Bu Mayang, tim disiplin sekolah nyudutin gue tentang Malam Sarumpun.” Kazutora menghela nafas, pria ini tampak tertekan dengan apa yang barusaja ia lontarkan.

Gadis bersurai panjang itu mengusap pelan surai sang pria di depannya yang tengah tertegun diam.

“Simpel. Kita jadi anak baik-baik aja 3 bulan kedepan.”

Kalimat gadis itu sukses membuat Kazutora tersenyum tenang, bersamaan dengan keluarnya 3 pembuat onar dan Chifuyu dengan Senju dari kejauhan menuju ke arah mereka.

Kazutora mengibaskan tangan ke arah Baji dan yang lainnya. Pria bersurai pekat itu segera memperpendek jarak, Mikey dan Draken membalas lambaian tanggannya sembari bergumam terimakasih.

Dua pasang sejoli dan Baji menuju kantin, hanyut dalam topik perbincangan yang diciptakan Senju. Gadis bersurai sebahu itu benar-benar pandai mengubah suasana.

written by inupiei


warning: kissing, nsfw, legal age cw: explisit but implisit sexual abusive

Angin malam menyapu kencang di sekitar bibir pantai. Jam menunjukkan pukul delapan malam, suasana di sekitar pantai Padang yang berlokasi tidak jauh dari Jembatan Siti Nurbaya ini ㅡ hanya berjarak 1.5 km dari kediaman Senju ㅡ cukup ramai akan pengunjung serta penjual makanan khas pantai; kerang, kerupuk mie, kelapa muda dan aneka jus.

Mereka bertiga berjalan sambil berbincang ria, tapi tidak dengan dua sejoli berambut pekat dan pirang itu. Mereka berdua sibuk dengan gawai masing-masing saat satu persatu memilih berjalan berpasang-pasangan. Hanya celotehan Senju, Chifuyu dan Emma yang kadang ikutan merespon. Kazutora dan Yuzuha jauh tertinggal di belakang, mereka sibuk mengambil gambar dan membeli kembang api.

Chifuyu menyenggol bahu Baji yang terlihat begitu fokus pada gawai, berkata bahwa pria itu harus fokus pada jalan.

Senju menarik Emma berjalan dengannya dan Chifuyu. “Nanti kita di tempat biasa. Lo masih ingat?”

Celoteh Senju seolah-olah membuat Emma melintas kembali ke masa lalu. Dimana dirinya, Baji, Mikey, Haruchiyo, Senju dan Izana sering menghambiskan senja maupun akhir pekan di pantai itu. Walaupun Baji ikut saat mereka di bangku SMP ㅡ karena tetangga baru, tapi bagi Emma, bersama Baji adalah bagian dari teman masa kecilnya.

“Yang ada ayunan? Yakin masih ada?” Tanya Emma memandang Baji sendirian berjalan di belakang.

Senju mengangguk, “Kak Haru sering mampir.”


Yuzuha dan Kazutora mulai bermain kembang api, tertawa kesana kemari saling kejar-kejaran. Sesekali Kazutora tersandung oleh pasir di bibir pantai dan Yuzuha tertawa terbahak-bahak saat kembang api milik pria bersurai dwiwarna itu terjatuh hingga hanyut terbawa arus pantai. Tidak ingin kalah, Kazutora berdiri dan mengejar gadis yang tengah berusaha kuat menghindar darinya.

Nihil, langkah pria itu lebih besar. Ia berhasil menggapai pinggang ramping Yuzuha dan dengan kesempatan itu, Kazutora menghujani sang gadis dengan gelitikan di sekitar perut. Alhasil mereka terjatuh, Yuzuha pasrah saat tubuhnya menyentuh tanah. Seragam sekolah, hari Senin dan sudah kotor. Hal itu sungguh tidak biasa.

Kazutora kian tertawa karena berhasil menumbangkan gadisnya. Beberapa detik kemudian air pantai sukses menguyur kaki hingga paha mereka.

“Mereka ga pacaran aja?” Ujar Senju menonton kemesraan di depannya. Gadis bersurai sebahu ini duduk di sekitar bibir pantai yang dilapisi batu-batu besar, prianya juga ikut mendampingi dirinya di sana.

Chifuyu tersontak, pasalnya ia ikut tertawa memperhatikan dua sejoli yang kesenangan itu. “Kenapa?”

Senju terkekeh dan menggeleng, “Tingkah mereka udah melebihi kita yang pacaran.”

Chifuyu menyerngit. Pria itu menatap wajah gadisnya yang ikut tersenyum melihat tingkah Torazuha.

Dibawah sinar rembulan yang samar-samar, sudut bibir Chifuyu terangkat. Ia melihat dengan jelas lentikan bulu mata kekasihnya yang indah, mata hijau yang sukses membuatnya kehilangan kewarasan beberapa minggu yang lalu akibat absennya gadis ini di dalam hidupnya, surai perak yang jatuh terurai di hembus angin pantai dengan bebas, hidung kecil dan bibir mungil yang tengah melengkung sedari tadi membuat Chifuyu berkali-kali kehilangan akal sehat.

Gadisnya memang sempurna. Begitulah suara hati Chifuyu menatap lekat sang kekasih dalam diam.

“But, they don't do this.” Ujar Chifuyu menagkap pipi mochi milik Senju kedalam genggaman kedua tangannya.

“Do what?” Bingung Senju. Gadis itu berusaha menetralkan suaranya saat pipinya ditekan sedikit kuat hingga membuat bibir mungilnya muncung ke depan.

Chifuyu tertawa melihat ekspresi gadis di depannya. Dengan kilat ia mengecup bibir tipis milik Senju. Memberikan sensasi panas yang meningkat di dalam tubuh sang gadis. Wajahnya memerah, matanya membulat. Ia mendorong Chifuyu dengan lembut dan menundukkan kepalanya di depan dada bidang lelaki yang saat ini tidak tahan ingin membawa sang gadis ke pelukannya.

“Sorry..” Ujar Chifuyu dengan menahan tawa. Senju memukul kecil dada bidang lelaki itu.

Senju mengangkat wajahnya yang masih semerah kepiting, Chifuyu tidak tahan untuk tidak menciumnya lagi. Tapi diluar dugaan, Senju sudah menarik kerah baju Chifuyu dan mendekatkan ke arahnya. Gadis itu menempelkan bibirnya pada milik Chifuyu, memejamkan mata dan tenggelam dalam lumatan kecil yang kian menyahut satu sama lain.

Emma terkekeh. Ia berada tidak jauh dari Chifuyu dan Senju pun tidak jauh dari Yuzuha dan Kazutora. Gadis bersurai pirang itu menghembuskan nafas kasar, merasa ia harus beranjak dari situasi ini. Tapi, batinnya enggan. Dirinya kembali melihat pria bersurai pekat yang duduk di ayunan ㅡ berjarak beberapa meter darinya. Baji sedang memperhatikannya, tapi manik kecoklatan itu membuang pandangannya saat sang gadis menyadari itu.

Bagian bibir pantai yang mereka pilih, sudah menjadi basecamp tersendiri. Dan juga tempatnya tidak terlalu terlihat publik, hanya sinar penerangan jalan yang menerangi dan beberapa angkringan malam yang berjarak beberapa meter dari lokasi mereka.

Emma lelah dengan kesunyian yang tidak ada ujungnya. Gadis itu berjalan menghampiri sang pria yang menatap lurus ke langit malam. Ia mengambil posisi ayunan di sebelah Baji.

“Besok pergi sekolah sama gue, ya?”

Lontaran kalimat Emma tidak ditangkap oleh lelaki yang kian diselimuti deruan ombak.

“Ngapain?” Balas Baji. Sepertinya laki-laki itu menyadari keberadaan sang gadis di sebelahnya.

Emma menghela nafas, “Kan biasanya gitu? Lu datang tiap jam setengah tujuh, nungguin gue selesai pake sepatu, trus lo nyodorin sweater milik lo padahal gue lagi sibuk sama helm. Sweater lo sering gue pake sampai jam pelajaran selesai trus ga gue balikin dan lu juga ga minta dan besoknya lo bawa sweater yang baru lagi. Trus kita sarapan di lontong mama, atau ga lo bawa bekal sarapan yang udah di siapin Ibu trus kita sarapan disini.”

Emma tau bahwa ia harus menyelesaikan sedikit lagi kalimatnya, tapi Baji memilih untuk berdiri dari posisinya ㅡ enggan mendengar lebih lanjut celoteh gadis bersurai pirang itu.

“Bisa ga kita kaya dulu lagi? Gue ga tau kenapa lo memilih menjauh dan kenapa lo-”

Emma menarik nafas lebih dalam sebelum kembali dengan kalimatnya.

“Kenapa lo bisa-bisanya baik-baik saja tanpa gue?” Gadis itu berdiri menatap punggung Baji. Suara Emma sedikit serak, tapi tidak begitu jelas terdengar karena tertutupi oleh deruan ombak.

“Gue harus apa Emma? Lo pacar Draken !” Tegas Baji yang masih enggan membalikkan badannya.

“Gue gak pacaran! Draken bukan pacar gue! Gimana caranya biar buat lo mengerti, Ji?” Suara Emma mulai tercekik, gadis itu beruntung saat ini Baji membelakanginya. Jika tidak, ia sudah menangis sedari tadi.

Hanya terdengar deruan ombak memenuhi area sekitar mereka. Torazuha mulai duduk berdiam diri berceloteh ria seakan hanya mereka berdua disini, Chifuyu dan Senju masih larut dengan ciuman mereka ㅡ sesekali dua sejoli itu tertawa dan memagut bibir mereka kembali.

Baji menghela nafas kasar, pria itu berusaha menahan untuk tidak luluh dengan gadis ini. “Bukan? Trus kenapa seolah-olah lu baik-baik saja ngegantiin posisi gue dengan dia? Lu baik-baik aja kan selama dengannya? Jadi lo mau apa?” Pria bersurai pekat itu berjalan kearah Emma. Menatap lekat manik emas yang saat ini disinari cahaya rembulan.

Deruan nafas Emma semakin meningkat saat Baji mulai berada di depannya. Gadis itu mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. “Gue ga bisa jauh dari lo. Posisi lo di hidup gue, ga akan pernah bisa diganti oleh siapapun. Lo berarti bagi gue, jadi jangan giniin gue.”

“Gue ngapain?” Baji terkekeh.

“Lo menjauh, disaat malam itu lo nolak gue dan lo mengatakan bahagia untuk gue dan Draken. Lo anjing! Babi!” Emma memukul dada pria yang berjarak satu meter di depannya.

Baji tidak berkutik, entahlah. Pria ini seperti kalut dengan pikirannya mengenai kapan dirinya menolak Emma? Lagi, dia tenggelam dalam keegoisannya.

“Let me be your girl, liat Juha sama Senju. Mereka baik-baik aja, gue juga mau.”

Baji membiarkan surai pekatnya dihembus angin. Ia masih tenggelam dengan fikirannya ーbahwa seorang Emma Sano, apa peran gadis itu di hidupnya? Masih mencari-cari tujuan sang hati untuk berlabuh. Dia, sama sekali tidak mengerti akan perasaannya sendiri. Baginya, hari-hari bersama Emma dan tanpa gadis itu, memanglah sangat berbeda.

Tapi, apakah benar ia juga mencintai Emma?

Bagaimana jika dia salah? Dan akhirnya membuat hubungan mereka berdua lebih memburuk, Baji tidak suka itu.

Tapi, membiarkan gadis ini berlabuh di lain hati. Baji tidak menyukainya.

Benar, Emma Sano adalah bagian dari hidupnya.

“Gue ga tau.”

Emma sontak kaget dengan balasan Baji. Gadis itu tersenyum pahit, dia mengangguk dengan paksa dan melangkah pergi.

“Lagi, gue ditolak.”

Baji menyerngit. Dia tidak menolak gadis itu.

“Hope going well with Reze. Ada telfon di HP lu.”

Ucapan Emma sukses membuat Baji beralih pada ponselnya yang dalam mode senyap. Pria itu mengantongi gawainya, tidak berniat mengangkat panggilan dari kontak yang tertulis 'Reze'.

“Reze? Lo bawa orang lain lagi sekarang?”

“Enak banget habis dari basket ngerangkulnya. Bagus!” Emma memberikan jempol kanannya pada Baji.

“Lu kenapa sih?” Baji mengiringi langkah Emma.

Emma tertawa, “Gue? Gue cuma sadar diri udah ngabisin waktu dengan orang yang salah dan dia dengan enteng ngerangkul cewe lain.”

Baji menahan langkah Emma ㅡ menahan pergelangan tangan gadis itu. “Dia teman kelas gue, jangan aneh-aneh.” Pria itu terkekeh.

“Lu ga pernah suka skinship dengan cewe lain selain gue. I know you very well.” Emma berusaha melepaskan genggaman Baji.

Ucapan Emma membuat tawa Baji pecah, “You think you're special?”

Emma membatu, matanya kian pedih akibat hembusan angin yang mulai meningkat dari sebelumnya.

Tanpa aba-aba, Baji segera menarik tengkuk Emma. Melumat bibir gadis itu dengan liar, membuat sang empu terkejut dan kehabisan nafas. Cengkeraman Baji cukup kuat hingga memberontak pun akan sia-sia. Tangan pria itu tidak tinggal diam, ia mulai mengusap pinggang Emma dan turun kebawahnya.

Satu tamparan yang cukup kuat mengenai pipi Baji saat Emma berhasil mendorong tubuh pria itu.

Nafas mereka sama-sama tercekik.

Baji tersadar, seperti dilempar dari jurang dengan ketinggian ribuan kilometer. Ia terdiam memandangi gadis di depannya. Manik kecoklatan itu kian lekat menatap keadaan Emma. Nafas yang memburu, wajah yang memerah bercampur emosi, satu kancing baju atas Emma hilang dan bibir bawahnya yang membengkak, memberikan warna keunguan disana.

Sungguh, Baji tidak tau jika semua ini ulahnya.

Apakah dia segitunya terbalut emosi? Atau nafsu?

Entahlah, dua pasang sejoli dari kejauhan juga tidak mengetahui jawaban itu. Mereka melihat kejadian menegangkan antar Emma dan Baji, hingga satu persatu dari mereka mempersempit jarak.

Emma melangkah pergi. Sebelum itu, ia sempat berkata. “Mungkin iya gue jahat sempat berpaling ke Draken. Tapi, lo lebih jahat. Gue menyesal dengan semua kata-kata yang gue lontarkan tadi. Maybe, we shouldn't be like we used to be, right Baji?”

Lagi-lagi Baji diam, terpaku memandangi punggung Emma yang kian menjauh. Ia sempat melihat butiran bening menuruni sudut mata Emma ㅡ masih mencoba kembali tersadar atas perlakuannya pada gadis bersurai pirang itu.

Tonjok gue sekarang. Gumam Baji yang disambut Kazutora dengan senang hati pun Chifuyu dengan enteng melayangkan tendangannya.

written by inupiei


Angin malam menyapu kencang di sekitar bibir pantai. Jam menunjukkan pukul delapan malam, suasana di sekitar pantai Padang yang berlokasi tidak jauh dari Jembatan Siti Nurbaya ini ㅡ hanya berjarak 1.5 km dari kediaman Senju ㅡ cukup ramai akan pengunjung serta penjual makanan khas pantai; kerang, kerupuk mie, kepala muda dan aneka jus.

Mereka bertiga cukup berjalan sambil berbincang ria, tapi tidak dengan dua sejoli berambut pekat dan pirang itu. Mereka berdua sibuk dengan gawai masing-masing saat satu persatu dari mereka berjalan berpasang-pasangan. Hanya celotehan Senju, Chifuyu dan Emma yang kadang ikutan merespon. Kazutora dan Yuzuha jauh tertinggal di belakang, mereka sibuk mengambil gambar dan membeli kembang api.

“7 Januari biasanya di pantai masih suka nyalain kembang api, kan?” Tanya Emma dan di respon anggukan oleh Senju. Chifuyu menyenggol bahu Baji yang terlihat begitu fokus pada gawai, berkata bahwa pria itu harus fokus pada jalan.

Senju menarik Emma berjalan dengannya dan Chifuyu. “Nanti kita di tempat biasa. Lo masih ingat?”

Celoteh Senju seolah-olah membuat Emma melintas kembali ke masa lalu. Dimana dirinya, Baji, Mikey, Haruchiyo, Senju dan Izana sering menghambiskan senja maupun akhir pekan di pantai itu. Walaupun Baji ikut saat mereka di bangku SMP ㅡ karena baru pindah, tapi bagi Emma, bersama Baji adalah bagian dari teman masa kecilnya.

“Yang ada ayunan? Yakin masih ada?” Tanya Emma memandang Baji sendirian berjalan di belakang.

Senju mengangguk, “Kak Haru sering mampir.”


Yuzuha dan Kazutora mulai bermain kembang api, tertawa kesana kemari saling kejar-kejaran. Sesekali Kazutora tersandung oleh pasir di bibir pantai dan Yuzuha tertawa terbahak-bahak saat kembang api milik pria bersurai dwiwarna itu terjatuh hingga hanyut terbawa arus pantai. Tidak ingin kalah, Kazutora berdiri dan mengejar gadis yang tengah berusaha kuat menghindar darinya.

Nihil, langkah pria itu lebih besar. Ia berhasil menggapai pinggang ramping Yuzuha dan dengan kesempatan itu, Kazutora menghujani sang gadis dengan gelitikan di sekitar perut. Alhasil mereka terjatuh, Yuzuha pasrah saat tubuhnya menyentuh tanah. Seragam sekolah, hari Senin dan sudah kotor. Hal itu sungguh tidak biasa.

Kazutora kian tertawa karena berhasil menumbangkan gadisnya. Beberapa detik kemudian air pantai sukses menguyur kaki hingga paha mereka.

“Mereka ga pacaran aja?” Ujar Senju menonton kemesraan di depannya. Gadis bersurai sebahu ini duduk di sekitar bibir pantai yang dilapisi batu-batu besar, prianya juga ikut mendampingi dirinya di sana.

Chifuyu tersontak, pasalnya ia ikut tertawa memperhatikan dua sejoli yang kesenangan itu. “Kenapa?”

Senju terkekeh dan menggeleng, “Tingkah mereka udah melebihi kita yang pacaran.”

Chifuyu menyerngit. Pria itu menatap wajah gadisnya yang ikut tersenyum melihat tingkah Torazuha.

Dibawah sinar rembulan yang samar-samar, sudut bibir Chifuyu terangkat. Ia melihat dengan jelas lentikan bulu mata kekasihnya yang indah, mata hijau yang sukses membuatnya kehilangan kewarasan beberapa minggu yang lalu akibat absennya gadis ini di dalam hidupnya, surai perak yang jatuh terurai di hembus angin pantai dengan bebas, hidung kecil dan bibir mungil yang tengah melengkung sedari tadi membuat Chifuyu berkali-kali kehilangan akal sehat.

Gadisnya memang sempurna. Begitulah suara hati Chifuyu menatap lekat sang kekasih dalam diam.

“But, they don't do this.” Ujar Chifuyu menagkap pipi mochi milik Senju kedalam genggaman kedua tangannya.

“Do what?” Bingung Senju. Gadis itu berusaha menetralkan suaranya saat pipinya ditekan sedikit kuat hingga membuat bibir mungilnya muncung ke depan.

Chifuyu tertawa melihat ekspresi gadis di depannya. Dengan kilat ia mengecup bibir tipis milik Senju. Memberikan sensasi panas yang meningkat di dalam tubuh sang gadis. Wajahnya memerah, matanya membulat. Ia mendorong Chifuyu dengan lembut dan menundukkan kepalanya di depan dada bidang lelaki yang saat ini tidak tahan ingin membawa sang gadis ke pelukannya.

“Sorry..” Ujar Chifuyu dengan menahan tawa. Senju memukul kecil dada bidang lelaki itu.

Senju mengangkat wajahnya yang masih semerah kepiting, Chifuyu tidak tahan untuk tidak menciumnya lagi. Tapi diluar dugaan, Senju sudah menarik kerah baju Chifuyu dan mendekatkan ke arahnya. Gadis itu menempelkan bibirnya pada milik Chifuyu, memejamkan mata dan tenggelam dalam lumatan kecil yang kian menyaut satu sama lain.

Emma terkekeh. Ia berada tidak jauh dari Chifuyu dan Senju pun tidak jauh dari Yuzuha dan Kazutora. Gadis bersurai pirang itu menghembuskan nafas kasar, merasa ia harus beranjak dari situasi ini. Tapi, batinnya enggan. Dirinya kembali melihat pria bersurai pekat yang duduk di pasir ㅡ berjarak beberapa meter darinya. Baji sedang memperhatikannya, tapi manik kecoklatan itu membuang pandangannya saat sang gadis menyadari itu.

Emma lelah dengan kesunyian yang tidak ada ujungnya. Ia ingin hubungannya dengan Baji kembali seperti dulu. Ia tidak ingin jauh dari laki-laki ini. Gadis itu berjalan menghampiri sang pria yang menatap lurus ke langit malam. Ia mengambil posisi duduk di sebelah Baji.

“Besok pergi sekolah sama gue, ya?”

Lontaran kalimat Emma tidak ditangkap oleh lelaki yang kian diselimuti deruan ombak.

“Ngapain?” Balas Baji. Sepertinya laki-laki itu menyadari keberadaan sang gadis di sebelahnya.

Emma menghela nafas, “Kan biasanya gitu? Lu datang tiap jam setengah tujuh. Lu nungguin gue selesai pake sepatu, trus lo nyodorin sweater milik lo padahal gue lagi sibuk sama helm. Sweater lo sering gue pake sampai jam pelajaran selesai trus ga gue balikin dan lu juga ga minta dan besoknya lo bawa sweater yang baru lagi. Trus kita sarapan di lontong mama, atau ga lo bawa bekal sarapan yang udah di siapin Ibu trus kita sarapan disini.”

Emma tau bahwa ia harus menyelesaikan sedikit lagi kalimatnya, tapi Baji memilih untuk berdiri dari posisinya ㅡ enggan mendengar lebih lanjut celoteh gadis bersurai perak itu.

“Bisa ga kita kaya dulu lagi? Gue ga tau kenapa lo memilih menjauh dan kenapa lo-”

Emma menarik nafas lebih dalam sebelum kembali dengan kalimatnya.

“Kenapa lo bisa-bisanya baik-baik saja tanpa gue?” Gadis itu berdiri menatap punggung Baji. Suara Emma sedikit serak, tapi tidak begitu jelas terdengar karena tertutupi oleh deruan ombak.

“Gue harus apa Emma? Lo pacar Draken !” Tegas Baji yang masih enggan membalikkan badannya.

“Gue gak pacaran! Draken bukan pacar gue! Gimana caranya biar buat lo mengerti, Ji?” Suara Emma mulai tercekik, gadis itu beruntung Baji saat ini membelakanginya. Jika tidak, ia sudah menangis sedari tadi.

Hanya terdengar deruan ombak memenuhi area sekitar mereka. Torazuha mulai duduk berdiam diri berceloteh ria seakan hanya mereka berdua disini, Chifuyu dan Senju masih larut dengan ciuman mereka ㅡ sesekali dua sejoli itu tertawa dan memagut bibir mereka kembali.

Baji menghela nafas kasar, pria itu berusaha menahan untuk tidak luluh dengan gadis ini. “Bukan? Trus kenapa seolah-olah lu baik-baik saja ngegantiin posisi gue dengan dia? Lu baik-baik aja kan selama dengannya? Jadi lo mau apa?” Pria bersurai pekat itu berjalan kearah Emma. Menatap lekat manik emas yang saat ini disinari cahaya rembulan.

Deruan nafas Emma semakin meningkat saat Baji mulai berada di depannya. Gadis itu mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. “Gue ga bisa jauh dari lo. Posisi lo di hidup gue, ga akan pernah bisa diganti oleh siapapun. Lo berarti bagi gue, jadi jangan giniin gue.”

“Gue ngapain?” Baji terkekeh.

“Lo menjauh, disaat malam itu lo nolak gue dan lo mengatakan bahagia untuk gue dan Draken. Lo anjing! Babi!” Emma memukul dada pria yang berjarak satu meter di depannya.

Baji tidak berkutik, entahlah. Pria ini seperti kalut dengan pikirannya mengenai kapan dirinya menolak Emma? Lagi, dia tenggelam dalam keegoisannya.

“Let me be your girl, liat Juha sama Senju. Mereka baik-baik aja, gue juga mau.”

Baji membiarkan surai pekatnya dihembus angin. Ia masih tenggelam dengan fikirannya ーbahwa seorang Emma Sano, apa peran gadis itu di hidupnya? Masih mencari-cari tujuan sang hati untuk berlabuh. Dia, sama sekali tidak mengerti akan perasaannya sendiri. Baginya, hari-hari bersama Emma dan tanpa gadis itu, memanglah sangat berbeda.

Tapi, apakah benar ia juga mencintai Emma?

Bagaimana jika dia salah? Dan akhirnya membuat hubungan mereka berdua lebih memburuk, Baji tidak suka itu.

Tapi, membiarkan gadis ini berlabuh di lain hati. Baji tidak menyukainya.

Benar, Emma Sano adalah bagian dari hidupnya.

“Gue ga tau.”

Emma sontak kaget dengan balasan Baji. Gadis itu tersenyum pahit, dia mengangguk dengan paksa dan melangkah pergi.

“Lagi, gue ditolak.”

Baji menyerngit. Dia tidak menolak gadis itu.

“Hope going well with Reze. Ada telfon di HP lu.”

Ucapan Emma sukses membuat Baji beralih pada ponselnya yang dalam mode senyap. Pria itu mengantongi gawainya, tidak berniat mengangkat panggilan dari kontak yang tertulis 'Reze'.

“Reze? Lo bawa orang lain lagi sekarang?”

“Enak banget habis dari basket ngerangkulnya. Bagus.” Emma memberikan kempol kanannya pada Baji.

“Lu kenapa sih?” Baji mengiringi langkah Emma.

Emma tertawa, “Gue? Gue cuma sadar diri udah ngabisin waktu dengan orang yang salah dan dia dengan enteng ngerangkul cewek lain.”

Baji menahan langkah Emma ㅡ menahan pergelangan tangan gadis itu. “Dia teman kelas gue, jangan aneh-aneh.” Pria itu terkekeh.

“Lu ga pernah suka skinship dengan cewe lain selain gue. Gue tau lu dengan baik.” Emma berusaha melepaskan genggaman Baji.

Ucapan Emma membuat tawa Baji pecah, “You think you're special?”

Emma membatu, matanya kian pedih akibat hembusan angin yang mulai meningkat dari sebelumnya.

Tanpa aba-aba, Baji segera menarik tengkuk Emma. Melumat bibir gadis itu dengan liar, membuat sang empu terkejut dan kehabisan nafas. Cengkeraman Baji cukup kuat hingga memberontak pun akan sia-sia. Tangan pria itu tidak tinggal diam, ia mulai mengusap pinggang Emma dan turun kebawahnya.

Satu tamparan yang cukup kuat mengenai pipinya.

Baji tersadar, seperti dilempar dari jurang dengan ketinggian ribuan kilometer. Ia terdiam memandangi gadis di depannya. Manik kecoklatan itu kian lekat menatap keadaan Emma. Nafas yang memburu, wajah yang memerah bercampur emosi, satu kancing baju Emma hilang dan bibir bawahnya yang membengkak, memberikan warna keunguan disana.

Sungguh, Baji tidak tau jika semua ini ulahnya.

Apakah dia segitunya terbalit emosi? Atau nafsu?

Entahlah, dua pasang sejoli dari kejauhan tidak mengetahui jawaban itu. Mereka melihat kejadian menegangkan antar Emma dan Baji, hingga satu persatu dari mereka mempersempit jarak.

Emma melangkah pergi. Sebelum itu, ia sempat berkata. “Mungkin iya gue jahat sempat berpaling ke Draken. Tapi, lo lebih jahat. Gue menyesal dengan semua kata-kata yang gue lontarkan tadi. Maybe, we shouldn't be like we used to be, right Baji?”

Baji diam, terpaku memandangi punggung Emma yang kian menjauh. Ia sempat melihat butiran bening menuruni sudut mata Emma ㅡ masih mencoba kembali tersadar atas perlakuannya pada gadis bersurai pirang itu.

Tonjok gue sekarang. Gumam Baji yang disambut Kazutora dengan senang hati pun Chifuyu dengan enteng melayangkan tendangannya.

written by inupiei


“Ohh, Emma sama Yuzuha !!” Teriak Chifuyu setelah membuka pintu beberapa menit bel berbunyi.

“Bawa masuk, yang!” Balas teriak oleh suara Senju.

Kediaman Akashi cukup membuat Yuzuha meneguk salivanya, gadis itu cukup memperhatikan seisi rumah yang luas dan dihiasi barang-barang mewah. Tepat sesaat mereka memasuki rumah, terpampang foto yang menggambarkan 5 anggota keluarga ㅡ Senju masih terlihat mungil di sana, seperti masih menduduki bangku Sekolah Dasar. Gadis Shiba itu cukup terpana, walaupum rumah yang ia huni tidak jauh berbeda dari rumah Senju.

“Sejak kapan lu sampai?” Tanya Emma pada Pria bersurai pirang yang tengah menuntun dua gadis menuju dapur ㅡ mungkin iya, bisa dibilang dapur.

Chifuyu merogok ponselnya, “Gue belum pulang sama sekali.”

Mereka sampai di dapur, lokasi dimana Senju cukup sibuk menata makanan di meja makan bersama ART. Lebih tepatnya, Senju menata makanan mereka di taman. Pekarangan belakang kediaman Akashi yang cukup luas dengan tanaman khas keluarga mereka, lavender.

Chifuyu membuka celemeknya dan mengambil posisi di gazebo, dekat meja makan yang di posisikan Senju bersebelahan dengan kolam ikan. Pria itu mengetik beberapa pesan di gawainya.

“Ada yang bisa gue kerjain, Nju?” Tanya Yuzuha saat melihat Senju cukup sibuk dengan aktivitasnya. Emma barusaja kembali dari toilet.

Senju menggeleng, “Udah selesai, Ju. Lu duduk aja.” Gadis itu tampak kewalahan dengan rambut pendeknya yang kian menghalangi penglihatan.

“Kajut di tempat Baji, aku jemput mereka dulu, ya?” Ujar Chifuyu berjalan kearah gadisnya, memperbaiki surai perak yang tergerai bebas milik Senju.

Senju berbalik arah, menatap Chifuyu. “Kamu disini aja, kan mereka bisa kesini sendiri?” Gadis itu menahan prianya dengan mengalungkan kedua tangan pada pinggang Chifuyu.

“Ibu Baji buat lamang tapai, jadi aku bantuin. Repot mereka kalau pake motor.” Chifuyu membalas pelukan, ia sesekali menepikan surai Senju ke belakang telinga.

“Gue aja.” Ujar Yuzuha dengan spontan, gadis itu lupa bahwa dirinya memiliki trauma dengan kendaraan jenis apapun.

Chifuyu mengangguk dan melempar kunci mobil pada Yuzuha.

“Ikut ga, Em?” Tawar Yuzuha.

Emma berdiri dari posisinya, “Yakin lu bisa?”

Yuzuha mengangguk. Gadis berambut kepang satu ini tidak sabar untuk menemui lelakinya, hingga keinginan itu membuat traumanya menghilang.

written by inupiei


Hari pertama semester dua di SMA Sonder. Para guru mengadakan pertemuan di aula sejak jam pertama setelah upacata bendera. Tiap siswa ditugaskan merangkum materi, mengatur kembali tempat duduk dan ada kelas yang hanya mengisi absen.

Koridor kelas tampak heboh dan ramai akan aktivitas siswa ㅡ ada yang gitaran, bergosip dan pacaran. Bukan hanya koridor IPS, koridor IPA yang biasanya tenang sekarang juga sibuk akan aktivitas mereka di jam kosong.

Tiga sekawan tampak terkapar lelah, peluh bercucuran dan nafas mereka tidak teratur.

“Lagi, gak?” Ujar gadis bersurai sebahu, Senju.

Chifuyu meneguk habis mineralnya, “Udah 3 ronde, sayang. Masih mau nambah?”

Baji, Kazutora, Nahoya dan Yuzuha terdiam saling tertawa canggung.

“Bahasa lo anjing !” Toyor Baji pada Chifuyu yang tertawa lepas, pria bersurai pirang itu bersandar pada kekasihnya.

Mereka berenam memilih lapangan basket sebagai pengisi jam kosong. Awalnya hanya Nahoya dan Baji saling melempar bola, kemudian Chifuyu datang dengan kekasihnya dan Kazutora bersama Yuzuha. Akhirnya mereka bermain tiga lawan tiga dengan tim Chifuyu dan tim Senju.

“Tim aku menang, ya gak Yuzu, Ji?” Ujar Senju melakukan high five dengan dua anggota timnya.

Chifuyu mendengus, “Bisa apa sama mantan kapten basket.” Pria itu beranjak dari sandarannya, berpindah pada sisi belakang Senju. Ia mengikat rambut gadis itu ㅡ seperti apel.

Senju terperanjat, “Dapat ikat rambut dari mana?” Gadis itu membiarkan surai pendeknya diatur sang kekasih.

“Baji.”

Senju mengangguk, melihat pria bersurai pekat itu tengah berselonjor di bawah ring basket bersama Kazutora dan Nahoya.

“Gimana liburannya, Senju?” Tanya Yuzuha sedikit canggung. Gadis itu mencoba dekat dengan Senju. Pasalnya, ia ditinggal Kazutora menjadi nyamuk di antara dua sejoli ini.

“It was fun.” Senju menyeringai. “Yuzu, pacaran ya sama Kajut?” Tanya gadis itu.

Yuzuha memerah, gadis itu tertawa canggung. “Engga hahaha, teman satu MPK, kok.”

Chifuyu dan Senju tertawa bersama, sepertinya mereka puas menyuduti Yuzuha kali ini.

“Temen apa temen.” Celoteh Chifuyu yang merapikan surai Senju.

Yuzuha menunduk, mencoba menyembunyikan tingkahnya yang mulai kegirangan.

“Eh itu Emma!”

Sontak Yuzuha dan Chifuyu melempar maniknya ㅡ akibat seruan Senju ㅡ pada sosok bersurai panjang berjalan ke arah mereka. Gadis itu sesekali menunduk dan meremas tepi roknya. Ia berjalan kearah ring basket, tempat Baji berada.

Pria dengan surai pekat itu tengah kesusahan mencari ikat rambutnya. Dua teman di sekitarannya sibuk berbincang, hingga tak menyadari bahwa Emma Sano telah ikut duduk berselonjor di sebelahnya.

Seperti paham apa yang tengah pria itu cari, Emma menawarkan ikat rambut di tangannya. Tampak Baji mengaut ikatan itu, sepertinya pria bermanik kecoklatan itu masih belum menyadari keberadaan sang gadis.

Bingo!

Baji termenung menyadari telapak tangan yang baru saja menawarinya ikat rambut. Tatapan mereka bertemu.

Buru-buru Emma Sano mengubah atmosfir di sekitarnya, “Senju ! Ga ngajak gue main basket, ya lo?”

Senju tertawa, “Kata Baji lo sama Draken.”

Tak berguna. Gumam si bungsu Sano.

written by inupiei


Hari pertama di semester dua di SMA Sonder. Para guru mengadakan pertemuan di aula sejak jam pertama setelah upacata bendera. Tiap siswa ditugaskan merangkum materi, mengatur kembali tempat duduk dan ada kelas yang hanya mengisi absen.

Koridor kelas tampak heboh dan ramai akan aktivitas siswa ㅡ ada yang gitaran, bergosip dan pacaran. Bukan hanya koridor IPS, koridor IPA yang biasanya tenang sekarang juga sibuk akan aktivitas mereka di jam kosong.

Tiga sekawan tampak terkapar lelah, peluh bercucuran dan nafas mereka tidak teratur.

“Lagi, gak?” Ujar gadis bersurai sebahu, Senju.

Chifuyu meneguk habis mineralnya, “Udah 3 ronde, sayang. Masih mau nambah?”

Baji, Kazutora, Nahoya dan Yuzuha terdiam saling tertawa canggung.

“Bahasa lo anjing !” Toyor Baji pada Chifuyu yang tertawa lepas, pria bersurai pirang itu bersandar pada kekasihnya.

Mereka berenam memilih lapangan basket sebagai pengisi jam kosong. Awalnya hanya Nahoya dan Baji saling melempar bola, kemudian Chifuyu datang dengan kekasihnya dan Kazutora bersama Yuzuha. Akhirnya mereka bermain tiga lawan tiga dengan tim Chifuyu dan tim Senju.

“Tim aku menang, ya gak Yuzu, Ji?” Ujar Senju melakukan high five dengan dua anggota timnya.

Chifuyu mendengus, “Bisa apa sama mantan kapten basket.” Pria itu beranjak dari sandarannya, berpindah pada sisi belakang Senju. Ia mengikat rambut gadis itu ㅡ seperti apel.

Senju terperanjat, “Dapat ikat rambut dari mana?” Gadis itu membiarkan surai pendeknya diatur sang kekasih.

“Baji.”

Senju mengangguk, melihat pria bersurai pekat itu tengah berselonjor di bawah ring basket bersama Kazutora dan Nahoya.

“Gimana liburannya, Senju?” Tanya Yuzuha sedikit canggung. Gadis itu mencoba dekat dengan Senju. Pasalnya, ia ditinggal Kazutora menjadi nyamuk di antara dua sejoli ini.

“It was fun.” Senju menyeringai. “Yuzu, pacaran ya sama Kajut?” Tanya gadis itu.

Yuzuha memerah, gadis itu tertawa canggung. “Engga hahaha, teman satu MPK, kok.”

Chifuyu dan Senju tertawa bersama, sepertinya mereka puas menyuduti Yuzuha kali ini.

“Temen apa temen.” Celoteh Chifuyu yang merapikan surai Senju.

Yuzuha menunduk, mencoba menyembunyikan tingkahnya yang mulai kegirangan.

“Eh itu Emma!”

Sontak Yuzuha dan Chifuyu melempar maniknya ㅡ akibat seruan Senju ㅡ pada sosok bersurai panjang berjalan ke arah mereka. Gadis itu sesekali menunduk dan meremas tepi roknya. Ia berjalan kearah ring basket, tempat Baji berada.

Pria dengan surai pekat itu tengah kesusahan mencari ikat rambutnya. Dua teman di sekitarannya sibuk berbincang, hingga tak menyadari bahwa Emma Sano telah ikut duduk berselonjor di sebelahnya.

Seperti paham apa yang tengah pria itu cari, Emma menawarkan ikat rambut di tangannya. Tampak Baji mengaut ikatan itu, sepertinya pria bermanik kecoklatan itu masih belum menyadari keberadaan sang gadis.

Bingo!

Baji termenung menyadari telapak tangan yang baru saja menawarinya ikat rambut. Tatapan mereka bertemu.

Buru-buru Emma Sano mengubah atmosfir di sekitarnya, “Senju ! Ga ngajak gue main basket, ya lo?”

Senju tertawa, “Kata Baji lo sama Draken.”

Tak berguna. Gumam si bungsu Sano.

written by inupiei


Hiruk-pikuk kumpulan manusia di Lapangan Pembangunan sangat menggema seisi UNP. Musik yang kian menghantam gendang telinga diiringi oleh setiap penonton yang sangat antusias.

Jam menunjukkan pukul 10.11 malam, band metal saat ini sedang berlangsung selama 6 menit. Beberapa dari penonton ada yang menikmati dan ada yang menepi, bahkan ada yang mulai menjauhi lokasi untuk beranjak pulang.

“Terimakasih untuk lagu yang sangat mengguncang panggung malam ini.” Seru MC yang begitu meriah memasuki panggung.

“Kita kembali lagi mengundi beberapa lagu yang sudah teman-teman request ke dalam kotak ini.” Ujar MC perempuan yang tengah menyodorkan kotak persegi dari kardus, ia mulai memilih acak ribuan kertas di dalam sana.

Ia membuka secarik kertas setelah berhasil mengundi. “Seperti sebelumnya kami mendapatkan request Youngblood by 5SOS dan sekarang, kenapa melo mulu ya ini? Hahahaha.” Celoteh sang MC mengeja judul lagu sebelum mengumumkannya lewat microphone.

“Sampai Jumpa oleh Endank Soekamti yang akan dibawakan oleh special guest kita selanjutnya.”

Lampu panggung mulai padam, satu persatu penonton mulai memperbaiki posisi yang sempat kacau akibat kehebohan band metal.

“Buset, jam setengah sebelas.” Ujar Kazutora dalam barisan penonton. Ia, Baji, Chifuyu dan Yuzuha ikut heboh selama band metal tampil. Hasilnya, mereka kini sama-sama kelelahan dan memeriksa ponsel.

Datang akan pergi.

“Lu pulang sekarang, Ju?” Tanya Kazutora pada gadis yang saat ini mengibaskan tangannya pada leher jenjang milik sang gadis; ia kepanasan.

Lewat kan berlalu.

Yuzuha menggeleng, “Masih mau lanjut.”

Ada kan tiada bertemu akan berpisah.

Pria bermanik keemasan itu menawarkan tisu, “Gapapa nih? Udah malam banget?”

Awal kan berakhir.

Gadis itu mengangguk, “Ada Hakkai, jadi gpp.”

Terbit kan tenggelam.

Kazutora membalas anggukan Yuzuha. Pria itu melempar tatapan pagi dua sahabatnya yang sedang sibuk sendiri.

Pasang akan surut bertemu, akan berpisah.

Chifuyu tampak sibuk dengan gawainya, mengirim beberala pesan pada seseorang yang sudah beberapa hari ini tidak memeberinya kabar.

Hei.

Baji mengecek gawainya dan sesekali melirik ke barisan depan yang tidak jauh dari posisinya. Pria dengan manik kecoklatan itu menatap kosong ㅡ melihat interaksi dua sejoli yang tengah berbincang lekat, pun sang gadis berambut pirang di sana juga beberapakali melempar tatapan kearahnya.

Sampai jumpa dilain hari.

“Melo banget ga si?” Ujar Yuzuha yang hanya direspon lirikan oleh tiga sekawan.

Untuk kita bertemu lagi.

Gadis itu sedikit kikuk, dirinya sedari tadi kurang nyaman bergabung dengan teman Kazutora. Tapi, tidak ingin berbohong. Yuzuha menikmati candaan dan komunikasi yang nyambung dengan kenalan barunya itu.

Kurelakan dirimu pergi.

“Bayangin lagu ini di putar saat penutupan malam sarumpun.”

Meskipun.

Yuzuha membuka permen karet dari bungkusan dan melahapnya. Gadis itu tidak menyadari perubahan ekspresi pada ketiga laki-laki yang kian kalut dengan fikiran akibat kalimat Yuzuha sebelumnya.

Ku tak siap untuk merindu.

“Sedih ya.” Gumam Chifuyu menggenggam ponselnya.

Ku tak siap tanpa dirimu.

“Ibarat merelakan pergi masa muda.” Tutur Baji kian lekat memandang gadis bersurai pirang di depannya.

Kuharap terbaik untukmu.

“Bentar lagi dong?” Ujar Kazutora menarik Yuzuha ㅡ mempersempit jarak mereka, ia merebahkan kepalanya pada bahu sang gadis.

Baji, Chifuyu, Kazutora dan Yuzuha ikut bernyanyi bersama penonton lain mengikuti alunan musik, bergumam dan kian termenung akan fikiran yang tiba-tiba saja terkilas bahwa tahun terakhir SMA mereka, sebentar lagi akan selesai.

written by inupiei


Hiruk-pikuk kumpulan manusia di Lapangan Pembangunan sangat menggema seisi UNP. Musik yang kian menghantam gendang telinga diiringi oleh setiap penonton yang sangat antusias.

Jam menunjukkan pukul 10.11 malam, band metal saat ini sedang berlangsung selama 6 menit. Beberapa dari penonton ada yang menikmati dan ada yang menepi, bahkan ada yang mulai menjauhi lokasi untuk beranjak pulang.

“Terimakasih untuk lagu yang sangat mengguncang panggung malam ini.” Seru MC yang begitu meriah memasuki panggung.

“Kita kembali lagi mengundi beberapa lagu yang sudah teman-teman request ke dalam kotak ini.” Ujar MC perempuan yang tengah menyodorkan kotak persegi dari kardus, ia mulai memilih acak ribuan kertas di dalam sana.

Ia membuka secarik kertas setelah berhasil mengundi. “Seperti sebelumnya kami mendapatkan request Youngblood by 5SOS dan sekarang, kenapa melo mulu ya ini? Hahahaha.” Celoteh sang MC mengeja judul lagu sebelum mengumumkannya lewat microphone.

“Sampai Jumpa oleh Endank Soekamti yang akan dibawakan oleh special guest kita selanjutnya.”

Lampu panggung mulai padam, satu persatu penonton mulai memperbaiki posisi yang sempat kacau akibat kehebohan band metal.

“Buset, jam setengah sebelas.” Ujar Kazutora dalam barisan penonton. Ia, Baji, Chifuyu dan Yuzuha ikut heboh selama band metal tampil. Hasilnya, mereka kini sama-sama kelelahan dan memeriksa ponsel.

Datang akan pergi.

“Lu pulang sekarang, Ju?” Tanya Kazutora pada gadis yang saat ini mengibaskan tangannya pada leher jenjang milik sang gadis; ia kepanasan.

Lewat kan berlalu.

Yuzuha menggeleng, “Masih mau lanjut.”

Ada kan tiada bertemu akan berpisah.

Pria bermanik keemasan itu menawarkan tisu, “Gapapa nih? Udah malam banget?”

Awal kan berakhir.

Gadis itu mengangguk, “Ada Hakkai, jadi gpp.”

Terbit kan tenggelam.

Kazutora membalas anggukan Yuzuha. Pria itu melempar tatapan pagi dua sahabatnya yang sedang sibuk sendiri.

Pasang akan surut bertemu, akan berpisah.

Chifuyu tampak sibuk dengan gawainya, mengirim beberala pesan pada seseorang yang sudah beberapa hari ini tidak memeberinya kabar.

Hei.

Baji mengecek gawainya dan sesekali melirik ke barisan depan yang tidak jauh dari posisinya. Pria dengan manik kecoklatan itu menatap kosong ㅡ melihat interaksi dua sejoli yang tengah berbincang lekat, pun sang gadis berambut pirang di sana juga beberapakali melempar tatapan kearahnya.

Sampai jumpa dilain hari.

“Melo banget ga si?” Ujar Yuzuha yang hanya direspon lirikan oleh tiga sekawan.

Untuk kita bertemu lagi.

Gadis itu sedikit kikuk, dirinya sedari tadi kurang nyaman bergabung dengan teman Kazutora. Tapi, tidak ingin berbohong. Yuzuha menikmati candaan dan komunikasi yang nyambung dengan kenalan barunya itu.

Kurelakan dirimu pergi.

“Bayangin lagu ini di putar saat penutupan malam sarumpun.”

Meskipun.

Yuzuha membuka permen karet dari bungkusan dan melahapnya. Gadis itu tidak menyadari perubahan ekspresi pada ketiga laki-laki yang kian kalut dengan fikiran akibat kalimat Yuzuha sebelumnya.

Ku tak siap untuk merindu.

“Sedih ya.” Gumam Chifuyu menggenggam ponselnya.

Ku tak siap tanpa dirimu.

“Ibarat merelakan pergi masa muda.” Tutur Baji kian lekat memandang gadis bersurai pirang di depannya.

Kuharap terbaik untukmu.

“Bentar lagi dong?” Ujar Kazutora menarik Yuzuha ke arahnya, ia merebahkan kepalanya pada bahu sang gadis dengan mengalungkan tangan kanannya pada tangan kiri Yuzuha.

Mereka ikut bernyanyi bersama penonton lain mengikuti alunan musik, bergumam dan kian termenung akan fikiran yang tiba-tiba saja terkilas bahwa tahun terakhir mereka, sebentar lagi akan selesai.

written by inupiei


Hiruk-pikuk Lapangan Pembangunan sangat menggema seisi UNP. Musik yang kian menghantam gendang telinga diiringi oleh setiap penonton yang sangat antusias.

Jam menunjukkan pukul 10.11 malam, band metal saat ini sedang berlangsung selama 6 menit. Beberapa dari penonton ada yang menikmati dan ada yang menepi, bahkan ada yang mulai menjauhi lokasi untuk beranjak pulang.

“Terimakasih untuk lagu yang sangat mengguncang panggung malam ini.” Seru MC yang begitu meriah memasuki panggung.

“Kita kembali lagi mengundi beberapa lagu yang sudah teman-teman request ke dalam kotak ini.” Ujar MC perempuan yang tengah menyodorkan kotak persegi dari kardus, ia mulai memilih acak ribuan kertas di dalam sana.

Ia membuka secarik kertas setelah berhasil mengundi. “Seperti sebelumnya kami mendapatkan request Youngblood by 5SOS dan sekarang, kenapa melo mulu ya ini? Hahahaha.” Celoteh sang MC mengeja judul lagu sebelum mengumumkannya lewat microphone.

“Sampai Jumpa oleh Endank Soekamti yang akan dibawakan oleh special guest kita selanjutnya.”

Lampu panggung mulai padam, satu persatu penonton mulai memperbaiki posisi yang sempat kacau akibat kehebohan band metal.

“Buset, jam setengah sebelas.” Ujar Kazutora dalam barisan penonton. Ia, Baji, Chifuyu dan Yuzuha ikut heboh selama band metal tampil. Hasilnya, mereka kini sama-sama kelelahan dan memeriksa ponsel.

Datang akan pergi.

“Lu pulang sekarang, Ju?” Tanya Kazutora pada gadis yang saat ini mengibaskan tangannya pada leher jenjang milik sang gadis; ia kepanasan.

Lewat kan berlalu.

Yuzuha menggeleng, “Masih mau lanjut.”

Ada kan tiada bertemu akan berpisah.

Pria bermanik keemasan itu menawarkan tisu, “Gapapa nih? Udah malam banget?”

Awal kan berakhir.

Gadis itu mengangguk, “Ada Hakkai, jadi gpp.”

Terbit kan tenggelam.

Kazutora membalas anggukan Yuzuha. Pria itu melempar tatapan pagi dua sahabatnya yang sedang sibuk sendiri.

Pasang akan surut bertemu, akan berpisah.

Chifuyu tampak sibuk dengan gawainya, mengirim beberala pesan pada seseorang yang sudah beberapa hari ini tidak memeberinya kabar.

Hei.

Baji mengecek gawainya dan sesekali melirik ke barisan depan yang tidak jauh dari posisinya. Pria dengan manik kecoklatan itu menatap kosong ㅡ melihat interaksi dua sejoli yang tengah berbincang lekat, pun sang gadis berambut pirang di sana juga beberapakali melempar tatapan kearahnya.

Sampai jumpa dilain hari.

“Melo banget ga si?” Ujar Yuzuha yang hanya direspon lirikan oleh tiga sekawan.

Untuk kita bertemu lagi.

Gadis itu sedikit kikuk, dirinya sedari tadi kurang nyaman bergabung dengan teman Kazutora. Tapi, tidak ingin berbohong. Yuzuha menikmati candaan dan komunikasi yang nyambung dengan kenalan barunya itu.

Kurelakan dirimu pergi.

“Bayangin lagu ini di putar saat penutupan malam sarumpun.”

Meskipun.

Yuzuha membuka permen karet dari bungkusan dan melahapnya. Gadis itu tidak menyadari perubahan ekspresi pada ketiga laki-laki yang kian kalut dengan fikiran akibat kalimat Yuzuha sebelumnya.

Ku tak siap untuk merindu.

“Sedih ya.” Gumam Chifuyu menggenggam ponselnya.

Ku tak siap tanpa dirimu.

“Ibarat merelakan pergi masa muda.” Tutur Baji kian lekat memandang gadis bersurai pirang di depannya.

Kuharap terbaik untukmu.

“Bentar lagi dong?” Ujar Kazutora menarik Yuzuha ke arahnya, ia merebahkan kepalanya pada bahu sang gadis dengan mengalungkan tangan kanannya pada tangan kiri Yuzuha.

Mereka ikut bernyanyi bersama penonton lain mengikuti alunan musik, bergumam dan kian termenung akan fikiran yang tiba-tiba saja terkilas bahwa tahun terakhir mereka, sebentar lagi akan selesai.