Airpods

written by inupiei


Kediaman Sano tampak tenang, tidak ada suara bising akan celoteh ria yang biasanya memenuhi rumah itu. Malam ini, penghuni rumah tampak sibuk dengan aktivitas bersih-bersih ㅡ seperti akan mempersiapkan acara besar diesok hari.

“Kenapa harus bersih-bersih malam ini juga, Bang?”

Baji sebagai tamu yang datang beberapa menit lalu, tiba-tiba saja dilempari wiper oleh Shinichiro yang sedang membersihkan kaca jendela.

“Besok kakek nenek gue dateng.” Shin melanjutkan aktivitas menyeka air di kaca jendela.

Baji mengangguk, “Jadi karena itu Emma tiba-tiba minta gue kesini ya, bang?”

Shin menyengir, “Gue yang ngirim pesan dari hp Emma.”

Baji tertawa cangggung. Dilihatnya keseisi rumah, terlihat Mikey sedang berdiri di atas kursi membersihkan sarang laba-laba di loteng. Izana yang tengah sibuk dengan kemoceng miliknya. Dan Emma dengan tongkat pel, bermondar-mandir di ujung rumah. Sepertinya gadis itu tidak menyadari akan kehadiran tetanggangnya ini.

Pria bersurai pekat itu menghela nafas. Pasalnya, ia sedang asik tiduran di ranjang bersama kucing kesayangannya saat pesan masuk dari sang gadis bahwa Emma Sano memintanya datang ke rumah bahwa ia ingin bicara.

Gue kira apa. Gumam Baji.

“Assalamualaikum!”

Suara baritone yang baru saja mengucapkan salam membuat Shin dan Baji yang berada dekat dengan pintu masuk, segera menoleh.

“Anjay! Pas banget.” Ujar Shinichiro tertawa riang mendapatkan Draken memasuki rumahnya.

“Lama banget lu?” Ujar Mikey mendapati kehadiran teman sekelasnya.

Suara Draken cukup membuat seisi rumah beralih pandang padanya.

“Tadi antrian di pertamina.”

“Eh Draken?” Ujar si bungsu, sepertinya gadis itu masih belum menyadari kehadiran Baji.

“Oh ya Emma! Ini airpods lu, makasih.” Draken berjalan ke arah Emma.

Emma ikut menghampiri pria yang melebihi tingganya itu, “Gpp. Kalau masih mau pake simpen dulu aja.”

“Udah kok.”

Baji melihat interaksi dua sejoli itu cukup lekat. Baginya, interaksi yang Emma lakukan tidak lebih masih sama saat gadis itu bersamanya. Cuma, yang membuat Baji cukup termenung yaitu tentang sikap gadis itu. Emma berbicara, bertingkah dan memperlakukan Draken sama seperti ia kepada Baji.

Baji menunduk, kembali melanjutkan aktivitas membersihkan kaca jendela yanh sempat terhenti akibat kedatangan Draken. Ia beberapakali membasahi kaca jendela saat pantulan Emma dan Draken tertangkap oleh maniknya yang kian lekat berbincang satu sama lain.

“Ken gantiin gue nih.”

Shinichiro beranjak dari posisinya dan kembali melempar wiper ke arah Draken.

“Gue mau ke bengkel dulu.”

Draken mengambil wiper yang sempat jatuh di depannya. Emma mengangguk ke arah Shinichiro yang beranjak pergi.

Netra emas milik si bungsu Sano membesar saat mendapati sosok bersurai pekat yang tergerai bebas tengah membersihkan kaca jendela dan menghadap ke pekarangan rumahnya.

“Baji??” Suara Emma cukup lantang untuk pendengar yang masih normal.

Lelaki itu tidak mengindahkan panggilan si bungsu. Ia masih berkutat pada kaca jendela di hadapannya. Entah pria itu sedang melamun atau benar-benar tidak mendengar panggilan namanya.

“Sejak kapan sampai?” Emma berjalan kearahnya.

Pria itu tersentak, dia baru saja melamun. Netranya menangkap gadis bersurai pirang sedang mendekat ke arahnya, Baji memutar badannya.

“Udah makan malam belum? Tadi kita-kita udah makan, pas banget masih ada beberapa porsi kalau lu mau?”

Tawa Emma merekah, siapapun yang melihatnya akan sadar bahwa gadis ini berlagak seperti istri yang menyambut suaminya telat bergabung makan malam karena baru pulang kerja.

“Gue udah makan.”

Baji menoyor pelan wajah gadis yang beberapa detik lalu menawarinya makanan.

“Bau semur kan tangan gue?”

Celoteh pria itu seperti biasanya. Emma kesal mendapati perilaku yang tidak dia sukai.

“Bau got.”

Gadis itu beranjak pergi melanjutkan aktivitas mengepelnya.

Baji tertawa melihat respin sang gadis. Tapi, tawa itu terhenti saat Draken tiba-tiba saja menghalangi penglihatannya pada Emma dan mengambil posisi di sebelah Baji.

Atmosfir di kedua pria itu cukup dingin. Mengingat mereka tidak begitu saling kenal satu sama lain melainkan kenal karena Mikey. Baji sebagai teman Mikey sejak SMP serta bertetangga dan Draken teman SMA Mikey sejak tahun pertama. Jadi, tidak ada interaksi yang menarik bagi mereka.

“Lo suka Emma?” Ujar Draken membuat Baji menyerngit ㅡ tidak mengerti kenapa perasaannya menjadi urusan pria jangkung ini?

“Jangan ikat dia untuk selalu bersama lo, stop playing around her.” Draken menekankan setiap kalimatnya.

Izana yang sekilas melihat kedua pria itu langsung melangkah pergi, berprasangka buruk kalau kaca jendela akan segera meledak akibat suhu panas yang tercipta disana.

Baji terkekeh.

Baru saja pria itu ingin membuka mulut, suara Emma berhasil menghancurkan atmosfir panas itu.

“Superpel habis!”

“Di bengkel Bang Shin banyak.” Balas Mikey.

Emma segera meninggalkan alat pel, gadis itu menyambar sweater miliknya di sofa dan bergegas menarik Baji menjauh dari jendela.

“Temanin gue!”