Rumi Haitani

inupiei

written by inupiei


🎶 Selamat Tinggal Cinta Pertama-Flanella

Langit jingga tengah menyelimuti kota Padang beserta hiruk pikuk kendaraan yang kian berlalu lalang. Gor Haji Agus Salim masih sama ramainya, disibukkan dengan beberapa orang yang sedang lari sore, bermain voli, ada yang hanya duduk sambil menghambiskan waktu senja dengan potret mereka dan lapangan bola yang selalu menjadi tempat latihan club futsal SMA Sonder.

“Duluan, Kapten!” Sorak beberapa pemain futsal SMANDER kepada pria yang sedang sibuk meneguk air mineral.

Ia mengangguk, “Jangan lupa istirahat, dua hari ini kita off. Sampai ketemu di turnamen.” Ujarnya.

Semua anggota mengangguk. Turnamen 3.3 akan dimulai babak penyisihan pada hari sabtu dan akan diakhiri dengan final pada hari minggu. Pria itu, Chifuyu menyambar tasnya dan merogoh kunci motor. Berharap segera untuk mencapai rumah ㅡ istirahat dan tidur. Tapi, atensi pria itu mendapatkan gadisnya tengah berdiri di parkiran bersama vespa putih kesayangannya ㅡ Minni.

Senju tersenyum mendapatkan Chifuyu sedikit terkejut dengan kehadirannya. Mengingat sejak kejadian di parkiran, dirinya dan Chifuyu masih diam dan kian mencoba mencari jalan akan penyelesaian masalah mereka.

Chifuyu berjalan kearahnya. “Sudah lama?”

Senju menggeleng, “Gimana latihannya?” Gadis itu kian lekat memandangi Chifuyu.

“Lancar. Baru pulang bimbel?”

Canggung. Satu kata yang dapat digambarkan saat ini. Entah kenapa mereka bisa seperti ini. Apa mungkin perkara Chifuyu yang sangat sibuk untuk persiapan turnamen? Atau tentang Senju yang kian mencari ujung permasalahan mereka?

Gadis itu memasang helmnya dan mengangguk. “Antar aku pulang, yuk?”

Chifuyu menurut, seakan penat dan letih yang ia rasakan beberapa menit yang lalu, hilang. Ia segera menaiki motor dan menunggu Senju untuk jalan terlebih dahulu. Chifuyu menatap lekat punggung mungil di depannya. Berfikir dua kali untuk bisa memahami maksud Senju mendatanginya sore ini.


Disinilah Chifuyu. Menginjakkan kaki untuk kedua kalinya di halaman Rumah Akashi. Jika diingat baik-baik, kedatangan pertamanya kesini membuat kesan yang buruk baginya. Kesan itu yang membuat masalah kian tidak terselesaikan antara ia dan Senju.

“Fuyu.” Ujar Senju lirih. Pria itu menoleh, membuka helm dan segera memperbaiki surainya yang basah akibat keringat. “Makasih udah anter aku pulang.”

Ku tulis ini, saat bersedih.

Chifuyu mengangguk. Netranya melihat ke dalam rumah, tidak ada tanda orang di rumah.

“Gak ada siapa-siapa.” Senju menyadari pertanyaan yang terlukis di wajah kekasihnya.

Menunggu dirimu yang tak bersalah, terpisah karna keadaan.

Pria itu kembali mengangguk, masih diam tegak berdiri di samping motornya.

“Aku apply untuk Monash University, tadi terakhir TU nerima berkas.”

Selamat tinggal, cinta pertama.

Senju memberanikan maniknya menatap lekat wajah Chifuyu yang tengah ternganga. Pria itu mengencangkan pegangannya pada sisi motor, penat yang ia rasakan sehabis latihan ㅡ kali ini terasa beratus kali lebih dari sebelumnya.

Senju menghela nafas panjang sebelum menghembuskannya kembali. “Aku menghabiskan waktu untuk nyari ujung permasalahan kita, nyatanya ga akan bisa kalau terus memenangkan ego.”

Chifuyu masih enggan membuka suara.

“Benar kata Kak Haru. Kita, kita harus mengalah, Fuyu.” Senju meremas sisi seragamnya, memaksa senyuman.

Mengisi waktuku memberi rasa. Tak terlupakan.

“Aku senang kamu minta aku untuk ngantar kamu pulang terlebih dahulu.” Chifuyu membuka suara, pria itu menelan saliva dengan paksa. Gadis itu memberikannya tatapan bertanya.

Chifuyu tersenyum, ada sungai kecil yang terbentuk di matanya ㅡ tak begitu jelas hingga Senju tak menyadari itu. “Agar kamu bisa pulang dengan Minni dengan selamat tanpa harus kalut tentang hubungan kita.” Chifuyu berjalan mendekati gadisnya.

Tak mudah ungkapkan dengan hati, saat senyum dan tangis menyatu.

Tangan pria itu terulur mengusap pelan pipi gadisnya yang saat ini kesusahan menahan tangis. Bibir Senju bergetar, ia merasakan dengan tulus dan lembut tangan Chifuyu mengusap pipinya.

“Kamu benar. Ayo kita putus.”

Tapi ini terbaik untukku dan untuk dirimu.

Kalimat Chifuyu sukses membuat butiran bening di mata Senju jatuh dan mengenai tangan pria itu. Senju tersenyum, ia mengangguk berkali-kali ㅡ membuat butiran bening itu kian berjatuhan menulusuri pipinya. Nafasnya tak karuan, ingin berteriak bahwa ia tidak mau. Tapi, ini adalah keputusan yang terbaik bukan? Keputusan terindah untuknya dan Chifuyu?

Hanya waktu yang mampu mengerti. Betapa berat perpisahan ini.

“Sukses untuk Monash University, ya Senju?”

“Sukses untuk SPFC, ya Fuyu?”

Mereka berdua saling melempar senyuman. Senyuman yang siapa saja melihatnya, akan mengerti bahwa hal itu begitu menyayat hati. Tak ada satupun dari mereka yang kembali bersuara, hingga bunyi motor Chifuyu menggema di senja halaman itu ㅡ mulai menjauh dan hilang dari pandangan Senju.

Semoga cerita cinta ini. Menjadi kenangan indah. Nanti.

“Terimakasih, Chifuyu.”

written by inupiei


🎶Selamat Tinggal Cinta Pertama-Flanella

Langit jingga tengah menyelimuti kota Padang beserta hiruk pikuk kendaraan yang kian berlalu lalang. Gor Haji Agus Salim masih sama ramainya, disibukkan dengan beberapa orang yang sedang lari sore, bermain voli, ada yang hanya duduk sambil menghambiskan waktu senja dengan potret mereka dan lapangan bola yang selalu menjadi tempat latihan club futsal SMA Sonder.

“Duluan, Kapten!” Sorak beberapa pemain futsal SMANDER kepada pria yang sedang sibuk meneguk air mineral.

Ia mengangguk, “Jangan lupa istirahat, dua hari ini kita off. Sampai ketemu di turnamen.” Ujarnya.

Semua anggota mengangguk. Turnamen 3.3 akan dimulai babak penyisihan pada hari sabtu dan akan diakhiri dengan final pada hari minggu. Pria itu, Chifuyu menyambar tasnya dan merogoh kunci motor. Berharap segera untuk mencapai rumah ㅡ istirahat dan tidur. Tapi, atensi pria itu mendapatkan gadisnya tengah berdiri di parkiran bersama vespa putih kesayangannya ㅡ Minni.

Senju tersenyum mendapatkan Chifuyu sedikit terkejut dengan kehadirannya. Mengingat sejak kejadian di parkiran, dirinya dan Chifuyu masih diam dan kian mencoba mencari jalan akan penyelesaian masalah mereka.

Chifuyu berjalan kearahnya. “Sudah lama?”

Senju menggeleng, “Gimana latihannya?” Gadis itu kian lekat memandangi Chifuyu.

“Lancar. Baru pulang bimbel?”

Canggung. Satu kata yang dapat digambarkan saat ini. Entah kenapa mereka bisa seperti ini. Apa mungkin perkara Chifuyu yang sangat sibuk untuk persiapan turnamen? Atau tentang Senju yang kian mencari ujung permasalahan mereka?

Gadis itu memasang helmnya dan mengangguk. “Antar aku pulang, yuk?”

Chifuyu menurut, seakan penat dan letih yang ia rasakan beberapa menit yang lalu, hilang. Ia segera menaiki motor dan menunggu Senju untuk jalan terlebih dahulu. Chifuyu menatap lekat punggung mungil di depannya. Berfikir dua kali untuk bisa memahami maksud Senju mendatanginya sore ini.


Disinilah Chifuyu. Menginjakkan kaki untuk kedua kalinya di halaman Rumah Akashi. Jika diingat baik-baik, kedatangan pertamanya kesini membuat kesan yang buruk baginya. Kesan itu yang membuat masalah kian tidak terselesaikan antara ia dan Senju.

“Fuyu.” Ujar Senju lirih. Pria itu menoleh, membuka helm dan segera memperbaiki surainya yang basah akibat keringat. “Makasih udah anter aku pulang.”

Ku tulis ini, saat bersedih.

Chifuyu mengangguk. Netranya melihat ke dalam rumah, tidak ada tanda orang di rumah.

“Gak ada siapa-siapa.” Senju menyadari pertanyaan yang terlukis di wajah kekasihnya.

Menunggu dirimu yang tak bersalah, terpisah karna keadaan.

Pria itu kembali mengangguk, masih diam tegak berdiri di samping motornya.

“Aku apply untuk Monash University, tadi terakhir TU nerima berkas.”

Selamat tinggal, cinta pertama.

Senju memberanikan maniknya menatap lekat wajah Chifuyu yang tengah ternganga. Pria itu mengencangkan pegangannya pada sisi motor, penat yang ia rasakan sehabis latihan ㅡ kali ini terasa beratus kali lebih dari sebelumnya.

Senju menghela nafas panjang sebelum menghembuskannya kembali. “Aku menghabiskan waktu untuk nyari ujung permasalahan kita, nyatanya ga akan bisa kalau terus memenangkan ego.”

Chifuyu masih enggan membuka suara.

“Benar kata Kak Haru. Kita, kita harus mengalah, Fuyu.” Senju meremas sisi seragamnya, memaksa senyuman.

Mengisi waktuku memberi rasa. Tak terlupakan.

“Aku senang kamu minta aku untuk ngantar kamu pulang terlebih dahulu.” Chifuyu membuka suara, pria itu menelan saliva dengan paksa. Gadis itu memberikannya tatapan bertanya.

Chifuyu tersenyum, ada sungai kecil yang terbentuk di matanya ㅡ tak begitu jelas hingga Senju tak menyadari itu. “Agar kamu bisa pulang dengan Minni dengan selamat tanpa harus kalut tentang hubungan kita.” Chifuyu berjalan mendekati gadisnya.

Tak mudah ungkapkan dengan hati, saat senyum dan tangis menyatu.

Tangan pria itu terulur mengusap pelan pipi gadisnya yang saat ini kesusahan menahan tangis. Bibir Senju bergetar, ia merasakan dengan tulus dan lembut tangan Chifuyu mengusap pipinya.

“Kamu benar. Ayo kita putus.”

Tapi ini terbaik untukku dan untuk dirimu.

Kalimat Chifuyu sukses membuat butiran bening di mata Senju jatuh dan mengenai tangan pria itu. Senju tersenyum, ia mengangguk berkali-kali ㅡ membuat butiran bening itu kian berjatuhan menulusuri pipinya. Nafasnya tak karuan, ingin berteriak bahwa ia tidak mau. Tapi, ini adalah keputusan yang terbaik bukan? Keputusan terindah untuknya dan Chifuyu?

Hanya waktu yang mampu mengerti. Betapa berat perpisahan ini.

“Sukses untuk Monash University, ya Senju?”

“Sukses untuk SPFC, ya Fuyu?”

Mereka berdua saling melempar senyuman. Senyuman yang siapa saja melihatnya, akan mengerti bahwa hal itu begitu menyayat hati. Tak ada satupun dari mereka yang kembali bersuara, hingga bunyi motor Chifuyu menggema di senja halaman itu ㅡ mulai menjauh dan hilang dari pandangan Senju.

Semoga cerita cinta ini. Menjadi kenangan indah. Nanti.

“Terimakasih, Chifuyu.”

written by inupiei


🎶Selamat Tinggal Cinta Pertama-Flanella

Langit jingga tengah menyelimuti kota Padang beserta hiruk pikuk kendaraan yang kian berlalu lalang. Gor Haji Agus Salim masih sama ramainya, disibukkan dengan beberapa orang yang sedang lari sore, bermain voli, ada yang hanya duduk sambil menghambiskan waktu senja dengan potret mereka dan lapangan bola yang selalu menjadi tempat latihan club futsal SMA Sonder.

“Duluan, Kapten!” Sorak beberapa pemain futsal SMANDER kepada pria yang sedang sibuk meneguk air mineral.

Ia mengangguk, “Jangan lupa istirahat, dua hari ini kita off. Sampai ketemu di turnamen.” Ujarnya.

Semua anggota mengangguk. Turnamen 3.3 akan dimulai babak penyisihan pada hari sabtu dan akan diakhiri dengan final pada hari minggu. Pria itu, Chifuyu menyambar tasnya dan merogoh kunci motor. Berharap segera untuk mencapai rumah ㅡ istirahat dan tidur. Tapi, atensi pria itu mendapatkan gadisnya tengah berdiri di parkiran bersama vespa putih kesayangannya ㅡ Minni.

Senju tersenyum mendapatkan Chifuyu sedikit terkejut dengan kehadirannya. Mengingat sejak kejadian di parkiran, dirinya dan Chifuyu masih diam dan kian mencoba mencari jalan akan penyelesaian masalah mereka.

Chifuyu berjalan kearahnya. “Sudah lama?”

Senju menggeleng, “Gimana latihannya?” Gadis itu kian lekat memandangi Chifuyu.

“Lancar. Baru pulang bimbel?”

Canggung. Satu kata yang dapat digambarkan saat ini. Entah kenapa mereka bisa seperti ini. Apa mungkin perkara Chifuyu yang sangat sibuk untuk persiapan turnamen? Atau tentang Senju yang kian mencari ujung permasalahan mereka?

Gadis itu memasang helmnya dan mengangguk. “Antar aku pulang, yuk?”

Chifuyu menurut, seakan penat dan letih yang ia rasakan beberapa menit yang lalu, hilang. Ia segera menaiki motor dan menunggu Senju untuk jalan terlebih dahulu. Chifuyu menatap lekat punggung mungil di depannya. Berfikir dua kali untuk bisa memahami maksud Senju mendatanginya sore ini.


Disinilah Chifuyu. Menginjakkan kaki untuk kedua kalinya di halaman Rumah Akashi. Jika diingat baik-baik, kedatangan pertamanya kesini membuat kesan yang buruk baginya. Kesan itu yang membuat masalah kian tidak terselesaikan antara ia dan Senju.

“Fuyu.” Ujar Senju lirih. Pria itu menoleh, membuka helm dan segera memperbaiki surainya yang basah akibat keringat. “Makasih udah anter aku pulang.”

Ku tulis ini, saat bersedih.

Chifuyu mengangguk. Netranya melihat ke dalam rumah, tidak ada tanda orang di rumah.

“Gak ada siapa-siapa.” Senju menyadari pertanyaan yang terlukis di wajah kekasihnya.

Menunggu dirimu yang tak bersalah, terpisah karna keadaan.

Pria itu kembali mengangguk, masih diam tegak berdiri di samping motornya.

“Aku apply untuk Monash University, tadi terakhir TU nerima berkas.”

Selamat tinggal, cinta pertama.

Senju memberanikan maniknya menatap lekat wajah Chifuyu yang tengah ternganga. Pria itu mengencangkan pegangannya pada sisi motor, penat yang ia rasakan sehabis latihan ㅡ kali ini terasa beratus kali lebih dari sebelumnya.

Senju menghela nafas panjang sebelum menghembuskannya kembali. “Aku menghabiskan waktu untuk nyari ujung permasalahan kita, nyatanya ga akan bisa kalau terus memenangkan ego.”

Chifuyu masih enggan membuka suara.

“Benar kata Kak Haru. Kita, kita harus mengalah, Fuyu.” Senju meremas sisi seragamnya, memaksa senyuman.

Mengisi waktuku memberi rasa. Tak terlupan.

“Aku senang kamu minta aku untuk ngantar kamu pulang terlebih dahulu.” Chifuyu membuka suara, pria itu menelan saliva dengan paksa. Gadis itu memberikannya tatapan bertanya.

Chifuyu tersenyum, ada sungai kecil yang terbentuk di matanya ㅡ tak begitu jelas hingga Senju tak menyadari itu. “Agar kamu bisa pulang dengan Minni tanpa harus kalut tentang hubungan kita.” Chifuyu berjalan mendekati gadisnya.

Tak mudah ungkapkan dengan hati, saat senyum dan tangis menyatu.

Tangan pria itu terulur mengusap pelan pipi gadisnya yang saat ini kesusahan menahan tangis. Bibi Senju bergetar, ia merasakan dengan tulus lembut tangan Chifuyu di pipinya.

“Ayo putus.”

Tapi ini terbaik untukku dan untuk dirimu.

Kalimat Chifuyu sukses membuat butiran bening di mata Senju jatuh dan mengenai tangan pria itu. Senju tersenyum, ia mengangguk berkali-kali ㅡ membuat butiran bening itu berjatuhan kian menulusuri pipinya. Nafasnya tak karuan, ingin berteriak bahwa ia tidak mau. Tapi, ini adalah keputusan yang terbaik bukan? Keputusan terindah untuknya dan Chifuyu?

Hanya waktu yang mampu mengerti. Betapa berat perpisahan ini.

“Sukses untuk Monash University, ya?”

“Sukses untuk SPFC, ya Fuyu?”

Mereka berdua saling melempar senyuman. Senyuman yang siapa saja melihatnya, akan mengerti bahwa hal itu begitu menyayat hati. Tak ada satupun dari mereka yang kembali bersuara, hingga bunyi motor Chifuyu mengisi halaman itu ㅡ mulai menjauh dan hilang dari pandangan Senju.

Semoga cerita cinta ini. Menjadi kenangan indah. Nanti.

written by inupiei


Senju meremas kuat sisi rok sekolahnya saat Chifuyu kian diam dan sedikitpun tidak menoleh ke arahnya, wajah pria itu begitu datar mendengar beberapa kalimat yang tengah dilontarkan mantan kapten klub futsal, Iwaizumi. Mengingat turnamen 3.3 ㅡ momen terbesar bagi klub futsal ー akan berlangsung minggu depan, di Lapangan Semen Padang.

Gadis itu berdiri di belakang Mikey yang sibuk berceloteh ria dengan beberapa alumni tentang persiapan Malam Sarumpun, Senju merapatkan kaca helm yang sempat ia turunkan sebelum menuju ke parkiran. Nafasnya berat saat Mikey makin memperpanjang obrolannya, “Pasangan Malam Sarumpun? Belum kepikiran gue bang.” Kekehnya.

“Itu?” Tunjuk salah satu alumni ㅡ yang ikut mendengar celotehan Mikey ke arah Senju.

Gadis itu terperanjat. Ia tau bahwa Chifuyu memasang telinga ke arah mereka, bukan pada mantan kapten klub futsal yang saat ini tengah memberi dukungan dan masukan untuk kesuksesan turnamen.

“Oh iya. Gue balik dulu bang, nganter Senju dulu.” Mikey sadar saat tujuan sebenarnya menuju parkiran karena diskusi membahas organisasi dengan alumni cukup membuatnya lupa waktu.

“Adek lo kan, Chiyo?” Terushima bersorak ke arah Haruchiyo yang juga ikut duduk tak jauh dari anggota futsal.

Haruchiyo hanya menyipit dan kembali sibuk dengan rekannya, entahlah Senju tak mengenal pria itu.

“Senju!!” Teriak Yuzuha mengundang kefokusan anggota futsal.

Yuzuha mengatur nafas sebelum menatap lekat ke arah Mikey, “Gue anter, sini.” Gadis bersurai ginger itu mengulurkan tangannya ㅡ sembari berkacak pinggang ke arah Mikey.

“Gue sekalian pulang, Ju.” Tolak Mikey. “Lu kan ga bisa bawa motor? Maksud gue vespa?” Tambah laki-laki itu membuat Yuzuha terdiam lama.

“Senju pulang sama gue.” Yuzuha bersikukuh dengan kalimatnya.

Interaksi mereka cukup jadi bahan perhatian bagi tim futsal dan beberapa alumni di sana. Chifuyu berdesis, berlagak seolah-oleh kehadiran mereka mengganggu briefing klub futsal.

Senju tidak pernah melepaskan maniknya pada Chifuyu dari kaca helm gelapnya, ia ingin menghampiri pria itu.

“Nju.” Ujar Yuzuha.

“Senju?” Kembali Yuzuha tidak mendapat jawaban darinya.

“Nju!” Yuzuha spontan membuka kaca helm yang menutupi pandangan Senju.

Gadis bersurai sebahu itu terperanjat. Yuzuha membulatkan maniknya saat mendapatkan air mata Senju mengalir deras menuruni pipinya dan mata yang sembab benar-benar menutup manik indah Senju yang berwarna hijau.

Yuzuha kembali menurunkan kaca helm, merasa bersalah telah membongkar apa yang sedang Senju sembunyikan.

“Gue pulang sendiri.” Suara Senju serak, ia merebut kunci Minni di genggaman Mikey.

Gadis itu menjauh dari Lapangan Tenis menuju parkiran. Membuat siapa saja yang sempat melihat wajahnya tadi, terpaku dalam diam. Bahkan Mikey tidak berkutik sedikitpun.

“Gue tau lu sayang banget sama Senju. Tapi jangan gini mainnya. Secara tidak langsung lo nyakitin dia, Mik.” Yuzuha melangkah pergi menjauhi Lapangan Tenis, entahlah menurutnya menyusul Senju bukanlah hal yang bagus. Gadis itu sempat bertatapan dengan Chifuyu dengan memberi kode untuk pria itu agar segera menyusul Senju.


Senju menghapus kasar air matanya yang tak kian berhenti. Ingatan tentang bagaimana tidak pedulinya Chifuyu akan dirinya, tatapan dingin Chifuyu dan hubungan yang kian renggang membuat air mata itu kian deras. Benar, Senju bukanlah priotitas lelaki itu.

Ia masih berdiri di samping Minni, mencoba mengatur nafas yang kian memburu dan air mata yang kian menumpuk di sudut matanya.

Senju mengambil nafas, mencoba untuk tenang dan segera pulang ke rumah. Sedetik kemudian sosok tangan terulur kearahnya ㅡ menggenggam stang vespa dan mengeluarkan Minni Senju dari parkiran. Membuat dirinya terkejut menyadari sosok pemilik tangan itu, Chifuyu.

Pria itu beraut santai, datar dan larut dalam keheningan. Ia segera melempar tatapannya pada gadis yang saat ini masih melapisi kepalanya dengan helm, tentu kaca helmnya terbuka ㅡ gadis itu sibuk merapikan wajahnya beberapa saat yang lalu.

Chifuyu menurunkan standar Minni, berjalan ke arah Senju dengan manik yang tak lepas dari mata sang gadis.

“Aku antar pulang.” Ujar Chifuyu menatap lekat mata bengkak di depannya. Senju diam, ia fokus menatap ukiran demi ukiran yang terlukis di wajah kekasihnya.

Ah sial, Senju begitu menyukainya.

“Bukannya lagi briefing?” Suara gadis itu serak, ia mengulurkan tangan berisi kunci Minni ke arah Chifuyu yang berjarak beberapa centimeter di depannya.

Manik keduanya teralihkan pada telapak tangan Senju, atensi keduanya buyar saat Haruchiyo merebut benda itu.

“Lu pulang sama gue.”

Dua sejoli itu terperanjat, tidak menyangka bahwa Haruchiyo akan mengambil tindakan seperti ini.

“Naik!” Ujar Haru menekan kalimatnya. Tatapannya pada Chifuyu tidak melunak, membuat Senju sedikit bergidik.

“Adek sama-”

“Naik!”

Senju segera menurut dan segera menurunkan kaca helmnya. Haruchiyo mulai menyalakan mesin.

“Kalau rasanya ga ada jalan, menyerah. Sudahi ego masing-masig atau ikatan kalian.” Haru menuruni kaca helmnya. “Cipuy! Sikap lo bikin gue muak, usaha lo gak ada dan hanya nambah sakit adek gue.” Ia segera meluncur meninggalkan area parkiran.

Chifuyu sempat tertegun, ia tidak menyalahkan ucapan Haruchiyo yang benar adanya. Kepalanya mendongak saat Senju sempat menggenggam lembut tangannya sebelum benar-benar menjauh dari area parkiran.

“Kan ada gue, Nju? Kenapa minta anter Mikey?” Celoteh Haruchiyo dalam perjalanan keluar dari pekarangan sekolah. Senju diam tidak merespon pertanyaan itu, fikirannya dipenuhi dengan ucapan Haru beberapa menit yang lalu pada Chifuyu.

written by inupiei


-Tahun pertama putih abu-abu.-

“Hai! Gue Senju, 10 IPA 1. Temen Baji.”

Senju mengulur tangannya di depan pria bernetra biru yang saat ini membulatkan mata. Gadis itu datang ke kelas 10 IPS 4 dengan memaksa teman sebelah rumahnya ㅡ Baji yang juga merupakan penghuni kelas 10 IPS 4. Kelas itu tidak memiliki guru hingga murid-murid tampak sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Biasa, di awal sekolah akan banyak jam kosong dengan alasan rapat guru, guru absen dan sebagainya.

“Lu yang di Gor, kan? Makasih bolanya udah di ambilin.” Chifuyu langsung berdiri dari bangku, menjabat tangan Senju yang saat ini wajahnya semerah tomat.

Baji terkekeh, pria itu duduk di bangku yang sebelahnya gadis pirang tengah tidur bertumpu tangan; Emma.

“Lu bisa panggil gue Kazutora, Tora is fine.” Kazu mendorong badan Chifuyu, menjabat tangan Senju setelah menariknya dari lelaki itu.

Bel tanda istirahat kedua berbunyi beriringan dengan bisikan Kazutora, “Cok! Kenal dimana?”

“Bulan lalu sebelum masuk SMA, gue training di Gor. Bola gue terpental, dia ngambilin.”

Kazu mengangguk dan tersenyum ke arah Senju yang kini terasa canggung. Gadis itu menatap Chifuyu yang ikut tersenyum ke arahnya.

“Gue Chifuyu, 10 IPS 4. Temen sekelas Baji.” Tuturnya meniru perkenalan Senju beberapa menit yang lalu.

Gadis itu mengangguk, tersenyum malu.

Baji yang tak tahan dengan atmosfir yang gadis itu ciptakan, segera berdehem dan merebahkan badannya ke arah Emma yang masih terlelap. “Lunas ya, Nju!” Celotehnya.

Senju memicing mata, meminta Baji untuk diam dan tidak memperjelas maksudnya.

“Senju mau gado-gado Mas Pur, gak? Lumayan istirahat kedua untuk makan siang?” Kazutora menawarkan gadis yang kini kikuk di depannya.

“Boleh, gak pake sayur.”

“Suka gado-gado, ya?” Teriak Kazu.

Senju mengangguk, “Suka, kalau bareng Chifuyu.” Ia kikuk.

Tawa Baji pecah, pria itu menggelengkan kepalanya, tidak menyangka seorang Senju Akashi ㅡ teman satu komplek yang selalu terlihat tomboi ㅡ se-agresif ini. Ia kian menutup mulut saat tatapan bulat Kazutora terarah padanya. Sama, pria itu kesusahan menahan tawa.

“Apaan si Baji yang tenang coba, ngantuk gue.” Emma yang terganggu masih enggan membuka matanya.

Tanpa pikir panjang, Baji dan Kazutora segera keluar kelas. Mereka puas saat tawa yang ia tahan lepas tanpa beban di depan koridor.


-Hari jadian, 1 November 2017.-

Chifuyu mengendarai motornya di sepanjang Jembatan Siti Nurbaya yang sudah di terangi lampu jalan, warna kejinggaan menangkap indera penglihatannya.

“Mau jagung bakar?” Tawar Chifuyu pada gadis yang saat ini bertengger di kursi penumpang motornya. Ia mengangguk, “Boleh. Langitnya juga lagi bagus.”

Pria itu memarkirkan kendaraannya tepat di depan trotoar ㅡ hal biasa yang dilakukan pengunjung saat disini. Tak lupa, lelaki itu membantu melepaskan helm Senju dan memegang tangannya melintasi jalan menuju ke tempat jagung bakar.

Gadis itu membalas genggaman tangannya. Senju segera menyamakan langkah mereka. “Gimana dengan klub futsal?”

Chifuyu mengangguk, matanya begitu berbinar sebelum merangkai kalimat. “Seru! Bang Iwaizumi sebagai Kapten, keren banget. Tadi waktu perkenalan, gue sempat gugup. Ditanyain, training SPFC?”

“Lo jawab?”

Chifuyu tersenyum mehatkan susunan giginya. “Gue iya in hehe, kan baru calon. Doain, ya!”

Senju mengangguk, membalas senyuman Chifuyu. “Apapun untuk Fuyu.” Gadis itu menggenggam erat tangan pria di sampingnya.

“Mau jadi pacar Fuyu?” Sontak Chifuyu menatap raut Senju yang merona.

Gadis itu berkedip dua kali, memastikan jika ucapan pria ini benar.

“Kok diem sih?” Chifuyu bersandar pada pegangan jembatan, genggaman tangannya kian erat pada sang gadis.

“Fuyu ga suka Senju bareng Mikey terus. Jadi, bareng Fuyu selalu, ya? Jadi pacar Fuyu.” Lelaki itu menepilan surai Senju ke belakang telinganya.

Gadis itu menatap manik biru di depannya cukup lama, sebelum senyum merekah di wajahnya yang sudah semerah tomat.

Senju menunduk, mencoba meredakan panas di wajahnya. “Bareng terus, ya?” Ujarnya.

Chifuyu tersenyum lama menatap gadis yang saat ini tertunduk malu. Sesekali pria itu mengusap punggu tangan Senju dan mengangguk.

“Always.”

Senju menengadah menahan senyum, ia begitu bahagia hingga sudut bibirnya menampaki bekas cairan bening.

Ia sesuka itu. Ia sebahagia itu Ia sesayang itu dengan manusia yang bernama, Chifuyu Matsuno.

“Senju bareng Fuyu terus, kok. Bahagia aku, bahagianya Fuyu. You are the breath that i breathe, i love you so so so so MUCCCCHH!!” Senju menyelesaikan kalimatnya dengan satu teriakan. Gadis itu bernafas lega.

Chifuyu tidak henti menarik sudut bibirnya sedari tadi. “What can i do without you, Senju?”

“Then, don't.” Ujar Senju yang kini ikut bersandar di pegangan jembatan, di sebelah Chifuyu.

Chifuyu menghirup dalam udara senja yang kian menerpa, memejamkan mata setelah mendapatkan bahwa gadis yang ia suka, memiliki perasaan yang begitu besar padanya.

“I love you.” Bisiknya, suara Chifuyu begitu lirih di telinga Senju.

“More than you know.” Tambah pria itu yang mengakibatkan pipi Senju kembali panas.

Senju kikuk, “Gak! Aku lebih cinta kamu lebih lebih lebiiiiiih dari yang kamu tau!” Ia menatap manik prianya, merasa tidak ingin kalah.

Chifuyu menggeleng, “Aku lebih lebih luas, seluas samudra!” Ia membalas.

Gadis itu menggeleng, “Gak boleh! Pokoknya aku seluas dunia!!”

“Aku cinta kamu seluas semesta! Sedalam palung mariana kata anak IPS!” Chifuyu kian mendebati gadisnya.

Bukan Senju namanya yang mau menerima kekalahan, “Aku cinta kamu secepat kecepatan cahaya 300.000 km/detik menurut Einstein kata anak IPA!”

“Aku cinta kamu se-balance Debit dan Kredit LPK, kata anak IPS.”

“Aku cinta kamu seperti HCL yang ahrus diletakkan di dalam lemari asam, kata anak IPA!”

“Nju?” Ujar Chifuyu yang mulai kehabisan materi IPS, pria itu tidak begitu suka belajar, beda dengan gadisnya.

Senju diam menatap manik biru yang ia kagumi itu. “Jagung bakar mau habis, jadi?”

Gadis itu mengangguk kencang.

“Ayo.” Tarik Chifuyu.

Gadisnya mengikuti langkah Chifuyu, “Selamat hari jadi, semoga selamanya.”

“Selamanya, sayang.” Balas pria yang kini tersenyum dengan mata yang menyipit, membuat Senju enggan mengalihkan netranya pada sosok lelaki yang kian membuat jantungnya berdetak sangat kencang hari ini.

written by inupiei


Tahun pertama putih abu-abu.

“Hai! Gue Senju, 10 IPA 1. Temen Baji.”

Senju mengulur tangannya di depan pria bernetra biru yang saat ini membulatkan mata. Gadis itu datang ke kelas 10 IPS 4 dengan memaksa teman sebelah rumahnya ㅡ Baji yang juga merupakan penghuni kelas 10 IPS 4.

“Lu yang di Gor, kan? Makasih bolanya udah di ambilin.” Chifuyu langsung berdiri dari bangku, menjabat tangan Senju yang saat ini wajahnya semerah tomat.

Baji terkekeh, pria itu duduk di bangku yang sebelahnya gadis pirang tengah tidur bertumpu tangan; Emma.

“Lu bisa panggil gue Kazutora, Tora is fine.” Kazu mendorong badan Chifuyu, menjabat tangan Senju setelah menariknya dari Chifuyu.

Kazu berbisik, “Cok! Kenal dimana?”

“Bulan lalu sebelum masuk SMA, gue training di Gor. Bola gue terpental, dia ngambilin.”

Kazu mengangguk dan tersenyum ke arah Senju yang kini terasa canggung. Gadis itu menatap Chifuyu yang ikut tersenyum ke arahnya.

“Gue Chifuyu, 10 IPS 4. Temen sekelas Baji.” Tuturnya meniru perkenalan Senju beberapa menit yang lalu.

Gadis itu mengangguk, tersenyum malu.

Baji yang tak tahan dengan atmosfir yang gadis itu ciptakan, segera berdehem dan merebahkan badannya ke arah Emma yang masih terlelap. “Lunas ya, Nju!” Celotehnya.

Senju memicing mata, meminta Baji untuk diam dan tidak memperjelas maksudnya.

“Senju mau gado-gado Mas Pur, gak? Lumayan istirahat kedua untuk makan siang?” Kazutora menawarkan gadis yang kini kikuk di depannya.

“Boleh, gak pake sayur.”

“Suka gado-gado, ya?” Teriak Kazu.

Senju mengangguk, “Suka, kalau sama Chifuyu.” Ia kikuk.

Tawa Baji pecah, pria itu menggelengkan kepalanya, tidak menyangka seorang Senju Akashi ㅡ preman kampung ㅡ se-agresif ini. Ia kian menutup mulut saat tatapan bulat Kazutora terarah padanya. Sama, pria itu kesusahan menahan tawa.

“Apaan si Baji yang tenang coba, ngantuk gue.” Emma yang terganggu masih enggan membuka matanya.

Tanpa pikir panjang, Baji dan Kazutora segera keluar kelas. Mereka puas saat tawa yang ia tahan lepas tanpa beban.


Hari jadian, 1 November 2017.

Chifuyu mengendarai motornya di sepanjang Jembatan Siti Nurbaya yang sudah di terangi lampu, warna kejinggaan menangkap indera penglihatannya.

“Mau jagung bakar?” Tawar Chifuyu pada gadis yang saat ini bertengger di belakang motornya. Ia mengangguk, “Boleh. Langitnya juga lagi bagus.”

Pria itu memarkirkan kendaraannya tepat di depan trotoar ㅡ hal biasa yang dilakukan pengunjung saat disini. Tak lupa, lelaki itu membantu melepaskan helm Senju dan memegang tangannya melintas jalan menuju ke tempat jagung bakar.

Gadis itu membalas genggaman tangannya. Senju segera menyamakan langkah mereka.

written by inupiei


Chifuyu menuruni motor setelah memarkirkannya di pekarangan Rumah Akashi. Terlihat Haruchiyo yang tengah selonjoran di beranda rumah melihat kedatangannya.

“Yo bang!” Sapa Chifuyu sambil membuka pengait helm Senju.

Senju yang tidak sabaran segera berlari kearah Haruchiyo dan membanting tasnya yang spontan di sambut Chifuyu. Gadis itu bergulat ria di pelukan Haruchiyo yang tampak malas, tapi pria itu enggan melepaskan.

“Apa lu?” Balas Haru saat Chifuyu kian menatap mereka lekat.

“Apasi sensi amat hahahah! Nih gue bawa seserahan hehehe..” Tawa Chifuyu ikut masuk ke beranda rumah.

Haru mengalungkan tangannya di bahu Senju. “Seserahan seserahan tai ayam.”

“Jangan gitu bang, gue aduin kak Maki, ya lu!”

“Yeee ngelunjak ni anak!” Ujar Haru saat tidak berhasil menoyor kepala Chifuyu.

“Bang Omi mana?” Tanya Senju saat tidak mendapati kakak tertuanya.

“Senju? Itu Senju? Bawa pacarnya ke rumah, ayo makan.” Sorak wanita paruh baya dari dalam rumah.

Senju segera berdiri sambil menarik Haruchiyo dari duduknya. “Iya Bunda.” Gadis itu menarik dua lelaki kesayangannya menuju rumah.

“Selo buset. Pucet gitu muka, player SPFC kaya gini?” Ledek Haru saat mendapati Chifuyu kian kesusahan mengatur nafas.

“Gemetaran gue bang!”

Haru memutar bola matanya saat mendengar respon Chifuyu.


“Gimana sekolahnya, Chifuyu?” Tanya wanita paruh baya yang berjarak dua kursi darinya.

“Aman Bunda. Walaupun aku sedikit payah dalam akademik.” Chifuyu kikuk saat ditanya hal akademik untuk pertamakali. Ya, tidak heran. Ia sering mengingat ucapan Baji bahwa keluarga Senju memiliki background pendidikan yang bagus.

Bunda Akashi tertawa pelan. Dilihat dari penampilannya, wanita paruh baya ini seperti Senju dewasa. Memiliki rambut perak yang disanggul dan mata berwarna hijau, gaya bicara, gaya tertawa dan gaya bercelotehnya, semuanya Senju dapat dari wanita ini. Tak heran sesekali Chifuyi terpana melihatnya dan kian berganti melihat wanita yang duduk di sebelahnya. Bagai pinang dibelah dua.

“Di SPFC, pasti enjoy dong, ya?” Ledek Senju dewasa dibalas tawa oleh Chifuyu.

“Banget Bunda. SPFC hidup aku.”

“Ga masalah LDR sama Senju?” Tanya Takeomi saat pria itu mengambil perkedel di depan Chifuyu.

“Ga masalah, bang.”

Jujur, sedari tadi nasi yang dihidang didepannya masih banyak tersisa. Chifuyu kian memikirkan apa saja pertanyaan yang akan ia dapat dan bagaimana seharusnya ia menjawab.

“Senju nanggung, LDR-annya mending sekalian ambil Monash Univ, ya kan?” Ledek Bunda Akashi sambil menawarkan sup ke arah Chifuyu.

“Bundaa.. kan udah di bahas, adek maunya Univ lokal, kayak Bang Aru.” Senju mengambil mangkuk sup tawaran Bunda dan menyendokkannya ke atas piring Chifuyu.

“Iyaa sesuka adek deh! Chifuyu ayo dihabisin, Bunda pesan durian sama ketan di Uda Puri. Mikey lagi jemput.” Celoteh Bunda Akashi kembali menawarkan telur dadar kesukaan Chifuyu.

Chifuyu tersenyum canggung, dia benar-benar tidak tau harus bersikap seperti apa.

“Senju bilang kamu suka telur dadar, kan? Ayo tambah yang banyak. Habis ini kita gas makan durian dan ketan. Rasain ayah ga bisa pulang karena job luar kota, hahahaha!” Bunda Akashi begitu semangat sampai anak tertuanya menggelengkan kepala.

Senju memaksa senyumnya saat menyadari ekspresi Chifuyu yang berubah drastis. Senju paham, lelakinya sama sekali tidak suka dengan nama Mikey.

“Habisin ini dulu, Bunda. Nanti aja makan durian ketannya.” Ujar Senju memperhatikan Chifuyu mulai melahap beberapa makanannya.

“Selow, Puy. lapar ya?” Ledek Haruchiyo tak diindahkan Chifuyu, pria itu tampak fokus dengan makanannya.

“Pesan Bunda, jangan sampai hubungan kalian mengganggu mimpi masing-masing, ya Chifuyu? Senju?”

Ucapan Bunda dibalas anggukan oleh Senju, Chifuyu melempar senyumannya dengan pipi yang penuh akan makanan.

“Assalamualaikum!” Sorak suara cempreng yang menerobos masuk. Kedatangan pria itu diikuti oleh aroma kuat durian yang memenuhi ruang makan.

Wanita paruh baya itu segera berdiri, “Wah akhirnya. Makasih, ya Mikey. Duduk dulu ayo.” Tawar Bunda dengan bangku di sampingnya yang kosong. Tepat di sebelah bangku kosong, Senju menatap lelaki bermanik hitam itu dalam diam.

“Iya Bunda.” Ujar Mikey tanpa pikir panjang segera menuju kursi yang ditawari ㅡ menyalami Bunda Akashi dan mengecup pipi kiri-kanan beliau ㅡ setelah meletakkan bawaannya.

Mikey melirik Chifuyu yang saat ini menatapnya dengan pandangan tidak suka. Lelaki itu tertawa pelan sebelum membuka obrolan. “Lama di Padang, Bang Omi?” Tanyanya.

“Besok balik, Ky.” Balas Takeomi sambil meneguk air. “Shin apa kabar? Pengen mampir tapi badan gue capek.”

Mikey tertawa, ia melirik kearah Chifuyu sebelum merespon Takeomi. “Biasa, masih sibuk ngebengkel. Aman Bang, ntar gue suruh ke sini.” Ujarnya merasa bangga dikenal lebih oleh keluarga Akashi.

“Eleh!” Ledek Haruchiyo.

“Eh gue baru liat lo ada disini.” Mikey kembali membalas ledekan Haru.

“Anj..” Haru menahan ucapannya saat tatapan Bunda menatapnya lekat.

“Acara tahunan Smander, gimana Mikey? Masih ngungkit masalah tahun lalu?” Tanya Bunda menyodorkan nasi ke arah Mikey.

Haruchiyo memutar bola matanya saat mendengar masalah tahun lalu. Pria itu benar-benar kapok di tipu kenalannya sendiri hingga menjadi bencian oleh alumni.

Mikey mengangguk, “Alhamdulillah aman Bunda. Tim Mikey bisa diandalin semua, semoga lancar. Doain ya, Bunda. Masalah tahun lalu ga dipermasalahin lagi.”

Bunda melempar jempol kanannya ke arah Mikey. Pria itu mulai melahap makanan yang sudah di sodori Bunda Akashi.

Chifuyu terkekeh pelan mendengar ucapan Mikey, mengingat sefrustasi apa teman karibnya akan acara itu.

Sontak pandangan tertuju kearahnya yang sempat tertawa mencemooh Mikey. Chifuyu segera mengambil tisu, mengusap hidungnya.

Mikey menatap lekat manik Chifuyu yang berpura-pura flu akibat tawa olokannya tadi. “Senju. Gue ada kenalan di Jogja, ntar dia bisa nyariin kostan buat kita biar ga ribet.”

Sendok di genggaman Chifuyu tiba-tiba terjatuh. Netranya beralih melirik Mikey dengan tatapan yang benar-benar bisa saja menembus kepala pria itu. Mikey tersenyum puas.

“Ini.” Ujar Senju mengambil sendok yang baru untuk Chifuyu. Gadis itu tidak merespon ucapan Mikey, ia mencoba menormalkan detak jantungnya.

Demi Tuhan, ia tidak tahu jika Mikey sengaja membuka topik yang sudah mereka sepakati untuk dirahasiakan.

“Rencana Bunda sama Ayah, mau booking Pasific Garden buat kalian berdua, biar aman dan nyaman.” Tutur Bunda merapikan alat makannya.

Haru menghela nafas, ia melirik Senju yang terdiam dan Chifuyu tak kalah diamnya. Lelaki itu menatap kosong bergantian ke arah Bunda dan Senju. Tampaknya adik kecilnya itu tidak berani menatap manik lelaki bernetra biru di sebelahnya itu. “Lo ngikut Senju mulu, Mik!” Ujar Haruchiyo menyelesaikan makannya.

“Haru, Senju itu Bunda izinin di UGM karena katanya ingin sama Mikey. Makanya-”

“Bunda!” Senju berdiri dari duduknya, suara gadis itu sedikit meninggi. Membuat sang Ibunda ikut terkejut dengan yang lain.

Senju tertawa canggung, “Fuyu, dia ada latihan untuk futsal 3.3 nanti. Dia pamit duluan, iya kan, Fuyu?” Gadis itu menatap lelaki yang kini diam tak bersuara di sebelahnya, sambil memainkan sendok dan garpu, Chifuyu melirik Senju.

“Engga. Kata siapa? Aku masih mau makan dan ada duren sama ketan yang baru saja di bawa M-i-k-e-y.” Pria itu menarik sudut bibirnya sembari menekankan tiap kalimat dalam nama yang baru saja ia sebut. Nada suara yang begitu datar dan rahangnya yang tampak mengeras, bukan karena dendeng balado Bunda yanh susah dikunyah melainkan, informasi sensitif yang baru saja ia dapat.

Senju tertegun. Niatnya ingin mengakhiri obrolan yang seharusnya belum bisa ia beritahu pada Chifuyu, gagal. Gadis itu kembali ke posisinya, menatap manik Chifuyu yang kian membuang muka darinya.

Hati Senju terenyuh. Ia tidak bisa menahan rasa sedih jika mendapati Chifuyu kembali bersifat dingin di saat seperti ini. Buru-buru gadis itu merubah ekpresinya agar tidak disadari oleh keluarganya.

Nyatanya tidak bisa. Kakak tertuanya berhasil meruntuhkan pertahanannya itu.

“Gimana? Senju!? Kenapa tiba-tiba? Udah buka hati? Eh.. maaf Chifuyu gua ga maksud, karena Senju udah berkali-kali nolak Mikey dan tiba-tiba?” Takeomi menahan tawa mengakhiri kalimatnya.

Senju melototi Takeomi dengan tangan yang mulai bergetar, “Bang, jangan dibahas.” Geleng Senju dengan suara yang mulai serak.

“Mengingat dari dulu tuh, Mikey yang sering ngikutin kamu.” Tambah Bunda dikuti tawa Mikey.

Senju hanya bisa diam, pasrah. Gadis itu berusaha menggenggam tangan Chifuyu, tapi lelaki itu menepis. Cengkeraman pada rok sekolahnya bertambah kuat, bibir Senju bergetar.

“Mending makan ketan sama duren sekarang, Bunda. Puy! Senju! Siapin dah!” Ujar Haru memotong candaan Bunda, Takeomi dan Mikey.

Chifuyu meletakkan sendok, ia terkekeh. Lelaki itu berdehem sebelum mengeluarkan suara. “Makanannya enak, Bunda. Senang bisa bertemu dengan keluarga Akashi. Sepertinya aku harus pulang lebih awal, Mama nunggu di rumah.” Lelaki itu merapikan alat makannya, berdiri dari posisi dan beranjak menuju wastafel.

“Wah sayang banget. Ya sudah, Chifuyu hati-hati, ya. Sukses untuk masa depannya.” Wanita paruh baya itu berdiri, menyambut Chifuyu yang bersalaman untuk segera pamit. Senju mengekori langkah Chifuyu, gadis itu ikut mengantar kekasihnya keluar rumah.

“Mikey ga kenal, ya sama Chifuyu?” Tanya Bunda saat dua sejoli itu menghilang dari ruang makan.

Mikey tertawa, “Engga.” Gelengnya.

SPFC hidup aku..? Senju dinomor berapa?” Gumam Takeomi mengulang ucapan Chifuyu sambil bergeleng kepala.

written by inupiei


Chifuyu menuruni motor setelah memarkirkannya di pekarangan Rumah Akashi. Terlihat Haruchiyo yang tengah selonjoran di beranda rumah melihat kedatangannya.

“Yo bang!” Sapa Chifuyu sambil membuka pengait helm Senju.

Senju yang tidak sabaran segera berlari kearah Haruchiyo dan membanting tasnya yang spontan di sambut Chifuyu. Gadis itu bergulat ria di pelukan Haruchiyo yang tampak malas, tapi pria itu enggan melepaskan.

“Apa lu?” Balas Haru saat Chifuyu kian menatap mereka lekat.

“Apasi sensi amat hahahah! Nih gue bawa seserahan hehehe..” Tawa Chifuyu ikut masuk ke beranda rumah.

Haru mengalungkan tangannya di bahu Senju. “Seserahan seserahan tai ayam.”

“Jangan gitu bang, gue aduin kak Maki, ya lu!”

“Yeee ngelunjak ni anak!” Ujar Haru saat tidak berhasil menoyor kepala Chifuyu.

“Bang Omi mana?” Tanya Senju saat tidak mendapati kakak tertuanya.

“Senju? Itu Senju? Bawa pacarnya ke rumah, ayo makan.” Sorak wanita paruh baya dari dalam rumah.

Senju segera berdiri sambil menarik Haruchiyo dari duduknya. “Iya Bunda.” Gadis itu menarik dua lelaki kesayangannya menuju rumah.

“Selo buset. Pucet gitu muka, player SPFC kaya gini?” Ledek Haru saat mendapati Chifuyu kian kesusahan mengatur nafas.

“Gemetaran gue bang!”

Haru memutar bola matanya saat mendengar respon Chifuyu.


“Gimana sekolahnya, Chifuyu?” Tanya wanita paruh baya yang berjarak dua kursi darinya.

“Aman Bunda. Walaupun aku sedikit payah dalam akademik.” Chifuyu kikuk saat ditanya hal akademik untuk pertamakali. Ya, tidak heran. Ia sering mengingat ucapan Baji bahwa keluarga Senju memiliki background pendidikan yang bagus.

Bunda Akashi tertawa pelan. Dilihat dari penampilannya, wanita paruh baya ini seperti Senju dewasa. Memiliki rambut perak yang disanggul dan mata berwarna hijau, gaya bicara, gaya tertawa dan gaya bercelotehnya, semuanya Senju dapat dari wanita ini. Tak heran sesekali Chifuyi terpana melihatnya dan kian berganti melihat wanita yang duduk di sebelahnya. Bagai pinang dibelah dua.

“Di SPFC, pasti enjoy dong, ya?” Ledek Senju dewasa dibalas tawa oleh Chifuyu.

“Banget Bunda. SPFC hidup aku.”

“Ga masalah LDR sama Senju?” Tanya Takeomi saat pria itu mengambil perkedel di depan Chifuyu.

“Ga masalah, bang.”

Jujur, sedari tadi nasi yang dihidang didepannya masih banyak tersisa. Chifuyu kian memikirkan apa saja pertanyaan yang akan ia dapat dan bagaimana seharusnya ia menjawab.

“Senju nanggung, LDR-annya mending sekalian ambil Monash Univ, ya kan?” Ledek Bunda Akashi sambil menawarkan sup ke arah Chifuyu.

“Bundaa.. kan udah di bahas, adek maunya Univ lokal, kayak Bang Aru.” Senju mengambil mangkuk sup tawaran Bunda dan menyendokkannya ke atas piring Chifuyu.

“Iyaa sesuka adek deh! Chifuyu ayo dihabisin, Bunda pesan durian sama ketan di Uda Puri. Mikey lagi jemput.” Celoteh Bunda Akashi kembali menawarkan telur dadar kesukaan Chifuyu.

Chifuyu tersenyum canggung, dia benar-benar tidak tau harus bersikao seperti apa.

“Senju bilang kamu suka telur dadar, kan? Ayo tambah yang banyak. Habis ini kita gas makan durian dan ketan. Rasain ayah ga bisa pulang karena job luar kota, hahahaha!” Bunda Akashi begitu semangat sampai anak tertuanya menggelengkan kepala.

Senju memaksa senyumnya saat menyadari ekspresi Chifuyu yang berubah drastis. Senju paham, lelakinya sama sekali tidak suka dengan nama Mikey.

“Habisin ini dulu, Bunda. Nanti aja makan durian ketannya.” Ujar Senju memperhatikan Chifuyu mulai melahap beberapa makanannya.

“Selow, Puy. lapar ya?” Ledek Haruchiyo tak diindahkan Chifuyu, pria itu tampak fokus dengan makanannya.

“Pesan Bunda, jangan sampai hubungan kalian mengganggu mimpi masing-masing, ya Chifuyu? Senju?”

Ucapan Bunda dibalas anggukan oleh Senju, Chifuyu melempar senyumannya dengan pipi yang penuh akan makanan.

“Assalamualaikum!” Sorak suara cempreng yang menerobos masuk. Kedatangan pria itu diikuti oleh aroma kuat durian yang memenuhi ruang makan.

Wanita paruh baya itu segera berdiri, “Wah akhirnya. Makasih, ya Mikey. Duduk dulu ayo.” Tawar Bunda dengan bangku di sampingnya yang kosong. Tepat di sebelah bangku kosong, Senju menatap lelaki bermanik hitam itu dalam diam.

“Iya Bunda.” Ujar Mikey tanpa pikir panjang segera menuju kursi yang ditawari ㅡ menyalami Bunda Akashi dan melakukan cipika-cipiki setelah meletakkan bawaannyaㅡ.

Mikey melirik Chifuyu yang saat ini menatapnya dengan pandangan tidak suka. Lelaki itu tertawa pelan sebelum membuka obrolan. “Sampai kapan di Padang, Bang Omi?” Tanyanya.

“Besok balik, Ky.” Balas Takeomi sambil meneguk air. “Shin apa kabar? Pengen mampir tapi badan gue capek.”

Mikey tertawa, ia melirik kearah Chifuyu sebelum merespon Takeomi. “Biasa masih sibuk ngebengkel. Aman Bang, ntar gue suruh ke sini.” Ujarnya merasa bangga ke dikenal lebih oleh keluarga Akashi.

“Eleh!” Ledek Haruchiyo.

“Eh gue baru liat lo ada disini.” Mikey kembali membalas ledekan Haru.

“Anj..” Haru menahan ucapannya saat tatapan Bunda menatapnya lekat.

“Acara tahunan Smander, gimana Mikey? Masih ngungkit masalah tahun lalu?” Tanya Bunda menyodorkan nasi ke arah Mikey.

Pria itu mengangguk, “Alhamdulillah aman Bunda. Tim Mikey bisa diandalin semua, semoga lancar. Masalah tahun lalu ga dipermasalahin lagi.”

Chifuyu terkekeh pelan, mengingat sefrustasi apa teman karibnya akan acara itu.

Sontak pandangan tertuju kearahnya yang sempat tertawa mencemooh Mikey. Chifuyu segera mengambil tisu, mengusap hidungnya.

Mikey menatap lekat manik Chifuyu yang berpura-pura flu akibat tawa olokannya tadi. “Senju. Gue ada kenalan di Jogja, ntar dia bisa nyariin kostan buat kita biar ga ribet.”

Sendok di genggaman Chifuyu tiba-tiba terjatuh. Netranya beralih melirik Mikey dengan tatapan yang benar-benar bisa saja menembus kepala pria itu. Mikey tersenyum puas.

“Ini.” Ujar Senju mengambil sendok yang baru untuk Chifuyu. Gadis itu tidak merespon ucapan Mikey, ia mencoba menormalkan detak jantungnya. Demi Tuhan, ia tidak tahu jika Mikey sengaja membuka pembicaraan seperti ini.

“Rencana Bunda sama Ayah, pengen booking Pasific Garden buat kalian berdua.” Tutur Bunda merapikan alat makannya.

Haru menghela nafas, ia melirik Senju yang kian terdiam dan Chifuyu tak kalah diamnya. Lelaki itu menatap kosong bergantian ke arah Bunda dan Senju. Tampaknya adik kecilnya itu tidak berani menatap manik di sebelahnya itu. “Lo ngikut Senju mulu, Mik!” Ujar Haruchiyo menyelesaikan makannya.

“Haru, Senju itu Bunda izinin di UGM karena katanya ingin sama Mikey. Makanya-”

“Bunda!” Senju berdiri dari duduknya, suara gadis itu sedikit meninggi. Membuat sang Ibunda ikut terkejut dengan yang lain.

Senju tertawa canggung, “Fuyu, dia ada latihan untuk futsal 3.3 nanti. Dia pamit duluan, iya kan, Fuyu?” Gadis itu menatap lelaki yang kini diam tak bersuara di sebelahnya, sambil memaikan sendok dan garpu, Chifuyu melirik Senju.

Senju tidak bisa mengartikan tatapan prianya saat ini.

“Engga. Kata siapa? Aku masih mau makan dan ada duren sama ketan yang baru saja di bawa M-i-k-e-y.” Pria itu menarik sudut bibirnya sembari menekankan tiap kalimat dalam nama yang baru saja ia sebut.

Senju tertegun. Niatnya ingin mengakhiri obrolan yang seharusnya belum bisa ia beritahu pada Chifuyu, gagal. Gadis itu kembali ke posisinya, menatap manik Chifuyu yang saat ini enggan menatapnya.

Hati Senju terenyuh. Ia tidak bisa menahan rasa sedih jika mendapati Chifuyu kembali bersifat dingin di saat seperti ini. Buru-buru gadis itu merubah ekpresinya agar tidak disadari oleh keluarganya.

“Gimana? Senju!? Kenapa tiba-tiba? Udah buka hati? Eh.. maaf Chifuyu gua ga maksud, karena Senju udah berkali-kali nolak Mikey dan tiba-tiba?” Takeomi menahan tawa mengakhiri kalimatnya.

Senju melototi Takeomi dengan tangan yang mulai bergetar, “Bang, jangan dibahas.” Geleng Senju.

“Mengingat dari dulu tuh, Mikey yang sering ngikutin kamu.” Tambah Bunda dikuti tawa Mikey.

Senju hanya bisa diam, pasrah. Gadis itu berusaha menggenggam tangan Chifuyu, tapi lelaki ini menepis. Cengkeraman pada rok sekolahnya bertambah kuat, bibir Senju bergetar.

“Mending makan ketan sama duren sekarang, Bunda. Puy, Senju! Siapin dah!” Ujar Haru memotong candaan Bunda, Takeomi dan Mikey.

Chifuyu meletakkan sendok, ia terkekeh. Lelaki itu berdehem sebelum mengeluarkan suara. “Makanannya enak, Bunda. Senang bisa bertemu dengan keluarga Akashi. Sepertinya aku harus pulang lebih awal, Mama nunggu di rumah.” Lelaki itu merapikan alat makannya, berdiri dari posisi dan beranjak menuju wastafel.

“Wah sayang banget. Ya sudah, Chifuyu hati-hati, ya. Sukses untuk masa depannya.” Wanita paruh baya itu berdiri, menyambut Chifuyu yang bersalaman untuk segera pamit. Senju mengekori langkah Chifuyu, gadis itu ikut mengantar kekasihnya keluar rumah.

“Mikey ga kenal, ya sama Chifuyu?” Tanya Bunda saat dua sejoli itu menghilang dari ruang makan.

Mikey tertawa, “Engga.” Gelengnya.

“SPFC hidup aku..? Senju dinomor berapa?” Gumam Takeomi mengulang ucapan Chifuyu sambil bergeleng kepala.

written by inupiei


Chifuyu menuruni motornya setelah memarkirkannya di pekarangan Rumah Akashi dan segera di sambut oleh Haruchiyo yang tengah selonjoran di beranda rumah.

“Yo bang!” Sapa Chifuyu sambil membuka pengait helm Senju.

Senju yang tidak sabaran segera berlari kearah Haruchiyo dan membanting tasnya yang spontan di sambut Chifuyu. Gadis itu bergulat ria di pelukan Haruchiyo yang tampak malas, tapi pria itu enggan melepaskan.

“Apa lu?” Balas Haru saat Chifuyu kian menatap mereka lekat.

“Apasi sensi amat hahahah! Nih gue bawa seserahan hehehe..” Tawa Chifuyu ikut masuk ke beranda rumah.

Haru mengalungkan tangannya di bahu Senju. “Seserahan seserahan tai ayam.”

“Jangan gitu bang, gue aduin kak Maki, ya lu!”

“Yeee ngelunjak ni anak!” Ujar Haru saat tidak berhasil menoyor kepala Chifuyu.

“Bang Omi mana?” Tanya Senju saat tidak mendapati kakak tertuanya.

“Senju? Itu Senju? Bawa pacarnya ke rumah, ayo makan.” Sorak wanita paruh baya dari dalam rumah.

Senju segera berdiri sambil menarik Haruchiyo dari duduknya. “Iya Bunda.” Gadis itu menarik dua lelaki kesayangannya menuju rumah.

“Selo buset. Pucet gitu muka, player SPFC kaya gini?” Ledek Haru saat mendapati Chifuyu kian kesusahan mengatur nafas.

“Doain gue bang!”

Haru memutar bola matanya saat mendengar respon Chifuyu.


“Gimana sekolahnya, Chifuyu?” Tanya wanita paruh baya yang berjarak dua kursi darinya.

“Aman Bunda. Walaupun aku sedikit payah dalam akademik.” Chifuyu kikuk saat ditanya hal akademik untuk pertamakali. Ya, tidak heran. Ia sering mengingat ucapan Baji bahwa keluarga Senju memiliki background pendidikan yang bagus.

Bunda Akashi tertawa pelan. Dilihat dari penampilannya, wanita paruh baya ini seperti Senju dewasa. Memiliki rambut perak yang disanggul dan mata berwarna hijau, gaya bicara, gaya tertawa dan gaya bercelotehnya, semuanya Senju dapat dari wanita ini. Tak heran sesekali Chifuyi terpana melihatnya dan kian berganti melihat wanita yang duduk di sebelahnya. Bagai pinang dibelah dua.

“Di SPFC, pasti enjoy dong, ya?” Ledek Senju dewasa dibalas tawa oleh Chifuyu.

“Banget Bunda. SPFC hidup aku.”

“Ga masalah LDR sama Senju?” Tanya Takeomi saat pria itu mengambil perkedel di depan Chifuyu.

“Ga masalah, bang.”

Jujur, sedari tadi nasi yang dihidang didepannya masih banyak tersisa. Chifuyu kian memikirkan apa saja pertanyaan yang akan ia dapat dan bagaimana seharusnya ia menjawab.

“Senju nanggung, LDR-annya mending sekalian ambil Monash Univ, ya kan?” Ledek Bunda Akashi sambil menawarkan sup ke arah Chifuyu.

“Bundaa.. kan udah di bahas, adek maunya Univ lokal, kayak Bang Aru.” Senju mengambil mangkuk sup tawaran Bunda dan menyendokkannya ke atas piring Chifuyu.

“Iyaa sesuka adek deh! Chifuyu ayo dihabisin, Bunda pesan durian sama ketan di Uda Puri. Mikey lagi jemput.” Celoteh Bunda Akashi kembali menawarkan telur dadar kesukaan Chifuyu.

“Senju bilang kamu suka telur dadar, kan? Ayo tambah yang banyak. Habis ini kita gas makan durian dan ketan. Rasain ayah ga bisa pulang karena job luar kota, hahahaha!” Bunda Akashi begitu semangat sampai anak tertuanya menggelengkan kepala.

Senju memaksa senyumnya saat menyadari ekspresi Chifuyu yang berubah drastis. Senju paham, lelakinya sama sekali tidak suka dengan nama Mikey.

“Habisin ini dulu, Bunda. Nanti aja makan durian ketannya.” Ujar Senju memperhatikan Chifuyu mulai melahap beberapa makanannya.

“Selow, Puy. lapar ya?” Ledek Haruchiyo tak diindahkan Chifuyu, pria itu tampak fokus dengan makanannya.

“Pesan Bunda, jangan sampai hubungan kalian mengganggu mimpi masing-masing, ya Chifuyu? Senju?”

Ucapan Bunda dibalas anggukan oleh Senju, Chifuyu melempar senyumannya dengan pipi yang penuh akan makanan.

“Assalamualaikum!” Sorak suara cempreng yang menerobos masuk. Kedatangan pria itu diikuti oleh aroma kuat durian yang memenuhi ruang makan.

Wanita paruh baya itu segera berdiri, “Wah akhirnya. Makasih, ya Mikey. Duduk dulu ayo.” Tawar Bunda dengan bangku di sampingnya yang kosong. Tepat di sebelah bangku kosong, Senju menatap lelaki bermanik hitam itu dalam diam.

“Iya Bunda.” Ujar Mikey tanpa pikir panjang segera menuju kursi yang ditawari ㅡ menyalami Bunda Akashi dan melakukan cipika-cipiki setelah meletakkan bawaannyaㅡ.

Mikey melirik Chifuyu yang saat ini menatapnya dengan pandangan tidak suka. Lelaki itu tertawa pelan sebelum membuka obrolan. “Sampai kapan di Padang, Bang Omi?” Tanyanya.

“Besok balik, Ky.” Balas Takeomi sambil meneguk air. “Shin apa kabar? Pengen mampir tapi badan gue capek.”

Mikey tertawa, ia melirik kearah Chifuyu sebelum merespon Takeomi. “Biasa masih sibuk ngebengkel. Aman Bang, ntar gue suruh ke sini.” Ujarnya merasa bangga ke dikenal lebih oleh keluarga Akashi.

“Eleh!” Ledek Haruchiyo.

“Eh gue baru liat lo ada disini.” Mikey kembali membalas ledekan Haru.

“Anj..” Haru menahan ucapannya saat tatapan Bunda menatapnya lekat.

“Acara tahunan Smander, gimana Mikey? Masih ngungkit masalah tahun lalu?” Tanya Bunda menyodorkan nasi ke arah Mikey.

Pria itu mengangguk, “Alhamdulillah aman Bunda. Tim Mikey bisa diandalin semua, semoga lancar. Masalah tahun lalu ga dipermasalahin lagi.”

Chifuyu terkekeh pelan, mengingat sefrustasi apa teman karibnya akan acara itu.

Sontak pandangan tertuju kearahnya yang sempat tertawa mencemooh Mikey. Chifuyu segera mengambil tisu, mengusap hidungnya.

Mikey menatap lekat manik Chifuyu yang berpura-pura flu akibat tawa olokannya tadi. “Senju. Gue ada kenalan di Jogja, ntar dia bisa nyariin kostan buat kita biar ga ribet.”

Sendok di genggaman Chifuyu tiba-tiba terjatuh. Netranya beralih melirik Mikey dengan tatapan yang benar-benar bisa saja menembus kepala pria itu. Mikey tersenyum puas.

“Ini.” Ujar Senju mengambil sendok yang baru untuk Chifuyu. Gadis itu tidak merespon ucapan Mikey, ia mencoba menormalkan detak jantungnya. Demi Tuhan, ia tidak tahu jika Mikey sengaja membuka pembicaraan seperti ini.

“Rencana Bunda sama Ayah, pengen booking Pasific Garden buat kalian berdua.” Tutur Bunda merapikan alat makannya.

Haru menghela nafas, ia melirik Senju yang kian terdiam dan Chifuyu tak kalah diamnya. Lelaki itu menatap kosong bergantian ke arah Bunda dan Senju. Tampaknya adik kecilnya itu tidak berani menatap manik di sebelahnya itu. “Lo ngikut Senju mulu, Mik!” Ujar Haruchiyo menyelesaikan makannya.

“Haru, Senju itu Bunda izinin di UGM karena katanya ingin sama Mikey. Makanya-”

“Bunda!” Senju berdiri dari duduknya, suara gadis itu sedikit meninggi. Membuat sang Ibunda ikut terkejut dengan yang lain.

Senju tertawa canggung, “Fuyu, dia ada latihan untuk futsal 3.3 nanti. Dia pamit duluan, iya kan, Fuyu?” Gadis itu menatap lelaki yang kini diam tak bersuara di sebelahnya, sambil memaikan sendok dan garpu, Chifuyu melirik Senju.

Senju tidak bisa mengartikan tatapan prianya saat ini.

“Engga. Kata siapa? Aku masih mau makan dan ada duren sama ketan yang baru saja di bawa M-i-k-e-y.” Pria itu menarik sudut bibirnya sembari menekankan tiap kalimat dalam nama yang baru saja ia sebut.

Senju tertegun. Niatnya ingin mengakhiri obrolan yang seharusnya belum bisa ia beritahu pada Chifuyu, gagal. Gadis itu kembali ke posisinya, menatap manik Chifuyu yang saat ini enggan menatapnya.

Hati Senju terenyuh. Ia tidak bisa menahan rasa sedih jika mendapati Chifuyu kembali bersifat dingin di saat seperti ini. Buru-buru gadis itu merubah ekpresinya agar tidak disadari oleh keluarganya.

“Gimana? Senju!? Kenapa tiba-tiba? Udah buka hati? Eh.. maaf Chifuyu gua ga maksud, karena Senju udah berkali-kali nolak Mikey dan tiba-tiba?” Takeomi menahan tawa mengakhiri kalimatnya.

Senju melototi Takeomi dengan tangan yang mulai bergetar, “Bang, jangan dibahas.” Geleng Senju.

“Mengingat dari dulu tuh, Mikey yang sering ngikutin kamu.” Tambah Bunda dikuti tawa Mikey.

Senju hanya bisa diam, pasrah. Gadis itu berusaha menggenggam tangan Chifuyu, tapi lelaki ini menepis. Cengkeraman pada rok sekolahnya bertambah kuat, bibir Senju bergetar.

“Mending makan ketan sama duren sekarang, Bunda. Puy, Senju! Siapin dah!” Ujar Haru memotong candaan Bunda, Takeomi dan Mikey.

Chifuyu meletakkan sendok, ia terkekeh. Lelaki itu berdehem sebelum mengeluarkan suara. “Makanannya enak, Bunda. Senang bisa bertemu dengan keluarga Akashi. Sepertinya aku harus pulang lebih awal, Mama nunggu di rumah.” Lelaki itu merapikan alat makannya, berdiri dari posisi dan beranjak menuju wastafel.

“Wah sayang banget. Ya sudah, Chifuyu hati-hati, ya. Sukses untuk masa depannya.” Wanita paruh baya itu berdiri, menyambut Chifuyu yang bersalaman untuk segera pamit. Senju mengekori langkah Chifuyu, gadis itu ikut mengantar kekasihnya keluar rumah.

“Mikey ga kenal, ya sama Chifuyu?” Tanya Bunda saat dua sejoli itu menghilang dari ruang makan.

Mikey tertawa, “Engga.” Gelengnya.

written by inupiei


Chifuyu menuruni motornya setrlah memasuki pekarangan Rumah Akashi dan segera di sambut oleh Haruchiyo yang tengah selonjoran di beranda rumah.

“Yo bang!” Sapa Chifuyu sambil membuka pengait helm Senju.

Senju yang tidak sabaran segera berlari kearah Haruchiyo dan membanting tasnya yang spontan di sambut Chifuyu. Gadis itu bergulat ria di pelukan Haruchiyo yang tampak malas, tapi pria itu enggan melepaskan.

“Apa lu?” Balas Haru saat Chifuyu kian menatap mereka lekat.

“Apasi sensi amat hahahah! Nih gue bawa seserahan hehehe..” Tawa Chifuyu ikut masuk ke beranda rumah.

Haru mengalungkan tangannya di bahu Senju. “Seserahan seserahan tai ayam.”

“Jangan gitu bang, gue aduin kak Maki, ya lu!”

“Yeee ngelunjak ni anak!” Ujar Haru saat tidak berhasil menoyor kepala Chifuyu.

“Bang Omi mana?” Tanya Senju saat tidak mendapati kakak tertuanya.

“Senju? Itu Senju? Bawa pacarnya ke rumah, ayo makan.” Sorak wanita paruh baya dari dalam rumah.

Senju segera berdiri sambil menarik Haruchiyo dari duduknya. “Iya Bunda.” Gadis itu menarik dua lelaki kesayangannya menuju rumah.

“Selo buset. Pucet gitu muka, player SPFC kaya gini?” Ledek Haru saat mendapati Chifuyu kian kesusahan mengatur nafas.

“Doain gue bang!”

Haru memutar bola matanya saat mendengar respon Chifuyu.


“Gimana sekolahnya, Chifuyu?” Tanya wanita paruh baya yang berjarak dua kursi darinya.

“Aman Bunda. Walaupun aku sedikit payah dalam akademik.” Chifuyu kikuk saat ditanya hal akademik untuk pertamakali. Ya, tidak heran. Ia sering mengingat ucapan Baji bahwa keluarga Senju memiliki background pendidikan yang bagus.

Bunda Akashi tertawa pelan. Dilihat dari penampilannya, wanita paruh baya ini seperti Senju dewasa. Memiliki rambut perak yang disanggul dan mata berwarna hijau, gaya bicara, gaya tertawa dan gaya bercelotehnya, semuanya Senju dapat dari wanita ini. Tak heran sesekali Chifuyi terpana melihatnya dan kian berganti melihat wanita yang duduk di sebelahnya. Bagai pinang dibelah dua.

“Di SPFC, pasti enjoy dong, ya?” Ledek Senju dewasa dibalas tawa oleh Chifuyu.

“Banget Bunda. SPFC hidup aku.”

“Ga masalah LDR sama Senju?” Tanya Takeomi saat pria itu mengambil perkedel di depan Chifuyu.

“Ga masalah, bang.”

Jujur, sedari tadi nasi yang dihidang didepannya masih banyak tersisa. Chifuyu kian memikirkan apa saja pertanyaan yang akan ia dapat dan bagaimana seharusnya ia menjawab.

“Senju nanggung, LDR-annya mending sekalian ambil Monash Univ, ya kan?” Ledek Bunda Akashi sambil menawarkan sup ke arah Chifuyu.

“Bundaa.. kan udah di bahas, adek maunya Univ lokal, kayak Bang Aru.” Senju mengambil mangkuk sup tawaran Bunda dan menyendokkannya ke atas piring Chifuyu.

“Iyaa sesuka kamu, adek! Chifuyu ayo dihabisin, Bunda pesan durian sama ketan di Uda Puri. Mikey lagi jemput.” Celoteh Bunda Akashi kembali menawarkan telur dadar kesukaan Chifuyu.

“Senju bilang kamu suka telur dadar, kan? Ayo tambah yang banyak. Habis ini kita gas makan durian dan ketan. Rasain ayah ga bisa pulang karena job luar kota, hahahaha!” Bunda Akashi begitu semangat sampai anak tertuanya menggelengkan kepala.

Senju memaksa senyumnya saat menyadari ekspresi Chifuyu yang berubah drastis. Senju paham, lelakinya sama sekali tidak suka dengan nama Mikey.

“Habisin ini dulu, Bunda. Nanti aja makan durian ketannya.” Ujar Senju memperhatikan Chifuyu mulai melahap beberapa makanannya.

“Lahap bener lu, lapar ya?” Ledek Haruchiyo tak diindahkan Chifuyu, pria itu tampak fokus dengan makanannya.

“Pesan Bunda, jangan sampai hubungan kalian mengganggu mimpi masing-masing, ya Chifuyu? Senju?”

Ucapan Bunda dibalas anggukan oleh Senju, Chifuyu melempar senyumannya dengan pipi yang penuh akan makanan.

“Assalamualaikum!” Sorak suara cempreng yang menerobos masuk. Kedatangan pria itu diikuti oleh aroma kuat durian yang memenuhi ruang makan.

Wanita paruh baya itu segera berdiri, “Wah akhirnya. Makasih, ya Mikey. Duduk dulu ayo.” Tawar Bunda dengan bangku di sampingnya yang kosong. Tepat di sebelah bangku kosong, Senju menatap lelaki bermanik hitam itu dalam diam.

“Iya Bunda.” Ujar Mikey tanpa pikir panjang segera menuju kursi yang ditawari ㅡ menyalami Bunda Akashi dan melakukan cipika-cipiki setelah meletakkan bawaannyaㅡ.

Mikey melirik Chifuyu yang saat ini menatapnya dengan pandangan tidak suka. Lelaki itu tertawa pelan sebelum membuka obrolan. “Sampai kapan di Padang, Bang Omi?” Tanyanya.

“Besok balik, Ky.” Balas Takeomi sambil meneguk air. “Shin apa kabar? Pengen mampir tapi badan gue capek.”

Mikey tertawa, ia melirik kearah Chifuyu sebelum merespon Takeomi. “Biasa masih sibuk ngebengkel. Aman Bang, ntar gue suruh ke sini.” Ujarnya merasa bangga ke dikenal lebih oleh keluarga Akashi.

“Eleh!” Ledek Haruchiyo.

“Eh gue baru liat lo ada disini.” Mikey kembali membalas ledekan Haru.

“Anj..” Haru menahan ucapannya saat tatapan Bunda menatapnya lekat.

“Acara tahunan Smander, gimana Mikey? Masih ngungkit masalah tahun lalu?” Tanya Bunda menyodorkan nasi ke arah Mikey.

Pria itu mengangguk, “Alhamdulillah aman Bunda. Tim Mikey bisa diandalin semua, semoga lancar. Masalah tahun lalu ga dipermasalahin lagi.”

Chifuyu terkekeh pelan, mengingat sefrustasi apa teman karibnya akan acara itu.

Sontak pandangan tertuju kearahnya yang sempat tertawa mencemooh Mikey. Chifuyu segera mengambil tisu, mengusap hidungnya.

Mikey menatap lekat manik Chifuyu yang berpura-pura flu akibat tawa olokannya tadi. “Senju. Gue ada kenalan di Jogja, ntar dia bisa nyariin kostan buat kita biar ga ribet.”

Sendok di genggaman Chifuyu tiba-tiba terjatuh. Netranya beralih melirik Mikey dengan tatapan yang benar-benar bisa saja menembus kepala pria itu. Mikey tersenyum puas.

“Ini.” Ujar Senju mengambil sendok yang baru untuk Chifuyu. Gadis itu tidak merespon ucapan Mikey, ia mencoba menormalkan detak jantungnya. Demi Tuhan, ia tidak tahu jika Mikey sengaja membuka pembicaraan seperti ini.

“Rencana Bunda sama Ayah, pengen booking Pasific Garden buat kalian berdua.” Tutur Bunda merapikan alat makannya.

Haru menghela nafas, ia melirik Senju yang kian terdiam dan Chifuyu tak kalah diamnya. Lelaki itu menatap kosong bergantian ke arah Bunda dan Senju. Tampaknya adik kecilnya itu tidak berani menatap manik di sebelahnya itu. “Lo ngikut Senju mulu, Mik!” Ujar Haruchiyo menyelesaikan makannya.

“Haru, Senju itu Bunda izinin di UGM karena katanya ingin sama Mikey. Makanya-”

“Bunda!” Senju berdiri dari duduknya, suara gadis itu sedikit meninggi. Membuat sang Ibunda ikut terkejut dengan yang lain.

Senju tertawa canggung, “Fuyu, dia ada latihan untuk futsal 3.3 nanti. Dia pamit duluan, iya kan, Fuyu?” Gadis itu menatap lelaki yang kini diam tak bersuara di sebelahnya, sambil memaikan sendok dan garpu, Chifuyu melirik Senju.

Senju tidak bisa mengartikan tatapan prianya saat ini.

“Engga. Kata siapa? Aku masih mau makan dan ada duren sama ketan yang baru saja di bawa M-i-k-e-y.” Pria itu menarik sudut bibirnya sembari menekankan tiap kalimat dalam nama yang baru saja ia sebut.

Senju tertegun. Niatnya ingin mengakhiri obrolan yang seharusnya belum bisa ia beritahu pada Chifuyu, gagal. Gadis itu kembali ke posisinya, menatap manik Chifuyu yang saat ini enggan menatapnya.

Hati Senju terenyuh. Ia tidak bisa menahan rasa sedih jika mendapati Chifuyu kembali bersifat dingin di saat seperti ini. Buru-buru gadis itu merubah ekpresinya agar tidak disadari oleh seisi meja.

“Gimana? Senju!? Kenapa tiba-tiba? Udah buka hati? Eh.. maaf Chifuyu gua ga maksud, karena Senju udah berkali-kali nolak Mikey dan tiba-tiba?” Takeomi menahan tawa mengakhiri kalimatnya.

Senju melototi Takeomi dengan tangan yang mulai bergetar, “Bang, jangan dibahas.” Geleng Senju.

“Mengingat dari dulu tuh, Mikey yang sering ngikutin kamu.” Tambah Bunda dikuti tawa Mikey.

Senju hanya bisa diam, pasrah. Gadis itu berusaha menggenggam tangan Chifuyu, tapi lelaki ini menepis. Cengkeraman pada rok sekolahnya bertambah kuat, bibir Senju bergetar.

“Mending makan ketan sama duren sekarang, Bunda. Puy, Senju! Siapin dah!” Ujar Haru memotong candaan Bunda, Takeomi dan Mikey.

Chifuyu meletakkan sendok, ia terkekeh. Lelaki itu berdehem sebelum mengeluarkan suara. “Makanannya enak, Bunda. Senang bisa bertemu dengan keluarga Akashi. Sepertinya aku harus pulang lebih awal, Mama nunggu di rumah.” Lelaki itu merapikan alat makannya, berdiri dari posisi dan beranjak menuju wastafel.

“Wah sayang banget. Ya sudah, Chifuyu hati-hati, ya. Sukses untuk masa depannya.” Wanita paruh baya itu berdiri, menyambut Chifuyu yang bersalaman untuk segera pamit. Senju mengekori langkah Chifuyu, gadis itu ikut mengantar kekasihnya keluar.

“Mikey ga kenal, ya sama Chifuyu?” Tanya Bunda saat dua sejoli itu menghilang dari ruang makan.

Mikey tertawa, “Engga.” Gelengnya.