Keputusan Terindah
written by inupiei
🎶Selamat Tinggal Cinta Pertama-Flanella
Langit jingga tengah menyelimuti kota Padang beserta hiruk pikuk kendaraan yang kian berlalu lalang. Gor Haji Agus Salim masih sama ramainya, disibukkan dengan beberapa orang yang sedang lari sore, bermain voli, ada yang hanya duduk sambil menghambiskan waktu senja dengan potret mereka dan lapangan bola yang selalu menjadi tempat latihan club futsal SMA Sonder.
“Duluan, Kapten!” Sorak beberapa pemain futsal SMANDER kepada pria yang sedang sibuk meneguk air mineral.
Ia mengangguk, “Jangan lupa istirahat, dua hari ini kita off. Sampai ketemu di turnamen.” Ujarnya.
Semua anggota mengangguk. Turnamen 3.3 akan dimulai babak penyisihan pada hari sabtu dan akan diakhiri dengan final pada hari minggu. Pria itu, Chifuyu menyambar tasnya dan merogoh kunci motor. Berharap segera untuk mencapai rumah ă…ˇ istirahat dan tidur. Tapi, atensi pria itu mendapatkan gadisnya tengah berdiri di parkiran bersama vespa putih kesayangannya ă…ˇ Minni.
Senju tersenyum mendapatkan Chifuyu sedikit terkejut dengan kehadirannya. Mengingat sejak kejadian di parkiran, dirinya dan Chifuyu masih diam dan kian mencoba mencari jalan akan penyelesaian masalah mereka.
Chifuyu berjalan kearahnya. “Sudah lama?”
Senju menggeleng, “Gimana latihannya?” Gadis itu kian lekat memandangi Chifuyu.
“Lancar. Baru pulang bimbel?”
Canggung. Satu kata yang dapat digambarkan saat ini. Entah kenapa mereka bisa seperti ini. Apa mungkin perkara Chifuyu yang sangat sibuk untuk persiapan turnamen? Atau tentang Senju yang kian mencari ujung permasalahan mereka?
Gadis itu memasang helmnya dan mengangguk. “Antar aku pulang, yuk?”
Chifuyu menurut, seakan penat dan letih yang ia rasakan beberapa menit yang lalu, hilang. Ia segera menaiki motor dan menunggu Senju untuk jalan terlebih dahulu. Chifuyu menatap lekat punggung mungil di depannya. Berfikir dua kali untuk bisa memahami maksud Senju mendatanginya sore ini.
Disinilah Chifuyu. Menginjakkan kaki untuk kedua kalinya di halaman Rumah Akashi. Jika diingat baik-baik, kedatangan pertamanya kesini membuat kesan yang buruk baginya. Kesan itu yang membuat masalah kian tidak terselesaikan antara ia dan Senju.
“Fuyu.” Ujar Senju lirih. Pria itu menoleh, membuka helm dan segera memperbaiki surainya yang basah akibat keringat. “Makasih udah anter aku pulang.”
Ku tulis ini, saat bersedih.
Chifuyu mengangguk. Netranya melihat ke dalam rumah, tidak ada tanda orang di rumah.
“Gak ada siapa-siapa.” Senju menyadari pertanyaan yang terlukis di wajah kekasihnya.
Menunggu dirimu yang tak bersalah, terpisah karna keadaan.
Pria itu kembali mengangguk, masih diam tegak berdiri di samping motornya.
“Aku apply untuk Monash University, tadi terakhir TU nerima berkas.”
Selamat tinggal, cinta pertama.
Senju memberanikan maniknya menatap lekat wajah Chifuyu yang tengah ternganga. Pria itu mengencangkan pegangannya pada sisi motor, penat yang ia rasakan sehabis latihan ă…ˇ kali ini terasa beratus kali lebih dari sebelumnya.
Senju menghela nafas panjang sebelum menghembuskannya kembali. “Aku menghabiskan waktu untuk nyari ujung permasalahan kita, nyatanya ga akan bisa kalau terus memenangkan ego.”
Chifuyu masih enggan membuka suara.
“Benar kata Kak Haru. Kita, kita harus mengalah, Fuyu.” Senju meremas sisi seragamnya, memaksa senyuman.
Mengisi waktuku memberi rasa. Tak terlupakan.
“Aku senang kamu minta aku untuk ngantar kamu pulang terlebih dahulu.” Chifuyu membuka suara, pria itu menelan saliva dengan paksa. Gadis itu memberikannya tatapan bertanya.
Chifuyu tersenyum, ada sungai kecil yang terbentuk di matanya ㅡ tak begitu jelas hingga Senju tak menyadari itu. “Agar kamu bisa pulang dengan Minni dengan selamat tanpa harus kalut tentang hubungan kita.” Chifuyu berjalan mendekati gadisnya.
Tak mudah ungkapkan dengan hati, saat senyum dan tangis menyatu.
Tangan pria itu terulur mengusap pelan pipi gadisnya yang saat ini kesusahan menahan tangis. Bibir Senju bergetar, ia merasakan dengan tulus dan lembut tangan Chifuyu mengusap pipinya.
“Kamu benar. Ayo kita putus.”
Tapi ini terbaik untukku dan untuk dirimu.
Kalimat Chifuyu sukses membuat butiran bening di mata Senju jatuh dan mengenai tangan pria itu. Senju tersenyum, ia mengangguk berkali-kali ă…ˇ membuat butiran bening itu kian berjatuhan menulusuri pipinya. Nafasnya tak karuan, ingin berteriak bahwa ia tidak mau. Tapi, ini adalah keputusan yang terbaik bukan? Keputusan terindah untuknya dan Chifuyu?
Hanya waktu yang mampu mengerti. Betapa berat perpisahan ini.
“Sukses untuk Monash University, ya Senju?”
“Sukses untuk SPFC, ya Fuyu?”
Mereka berdua saling melempar senyuman. Senyuman yang siapa saja melihatnya, akan mengerti bahwa hal itu begitu menyayat hati. Tak ada satupun dari mereka yang kembali bersuara, hingga bunyi motor Chifuyu menggema di senja halaman itu ă…ˇ mulai menjauh dan hilang dari pandangan Senju.
Semoga cerita cinta ini. Menjadi kenangan indah. Nanti.
“Terimakasih, Chifuyu.”