Keluarga Akashi
written by inupiei
Chifuyu menuruni motor setelah memarkirkannya di pekarangan Rumah Akashi. Terlihat Haruchiyo yang tengah selonjoran di beranda rumah melihat kedatangannya.
“Yo bang!” Sapa Chifuyu sambil membuka pengait helm Senju.
Senju yang tidak sabaran segera berlari kearah Haruchiyo dan membanting tasnya yang spontan di sambut Chifuyu. Gadis itu bergulat ria di pelukan Haruchiyo yang tampak malas, tapi pria itu enggan melepaskan.
“Apa lu?” Balas Haru saat Chifuyu kian menatap mereka lekat.
“Apasi sensi amat hahahah! Nih gue bawa seserahan hehehe..” Tawa Chifuyu ikut masuk ke beranda rumah.
Haru mengalungkan tangannya di bahu Senju. “Seserahan seserahan tai ayam.”
“Jangan gitu bang, gue aduin kak Maki, ya lu!”
“Yeee ngelunjak ni anak!” Ujar Haru saat tidak berhasil menoyor kepala Chifuyu.
“Bang Omi mana?” Tanya Senju saat tidak mendapati kakak tertuanya.
“Senju? Itu Senju? Bawa pacarnya ke rumah, ayo makan.” Sorak wanita paruh baya dari dalam rumah.
Senju segera berdiri sambil menarik Haruchiyo dari duduknya. “Iya Bunda.” Gadis itu menarik dua lelaki kesayangannya menuju rumah.
“Selo buset. Pucet gitu muka, player SPFC kaya gini?” Ledek Haru saat mendapati Chifuyu kian kesusahan mengatur nafas.
“Gemetaran gue bang!”
Haru memutar bola matanya saat mendengar respon Chifuyu.
“Gimana sekolahnya, Chifuyu?” Tanya wanita paruh baya yang berjarak dua kursi darinya.
“Aman Bunda. Walaupun aku sedikit payah dalam akademik.” Chifuyu kikuk saat ditanya hal akademik untuk pertamakali. Ya, tidak heran. Ia sering mengingat ucapan Baji bahwa keluarga Senju memiliki background pendidikan yang bagus.
Bunda Akashi tertawa pelan. Dilihat dari penampilannya, wanita paruh baya ini seperti Senju dewasa. Memiliki rambut perak yang disanggul dan mata berwarna hijau, gaya bicara, gaya tertawa dan gaya bercelotehnya, semuanya Senju dapat dari wanita ini. Tak heran sesekali Chifuyi terpana melihatnya dan kian berganti melihat wanita yang duduk di sebelahnya. Bagai pinang dibelah dua.
“Di SPFC, pasti enjoy dong, ya?” Ledek Senju dewasa dibalas tawa oleh Chifuyu.
“Banget Bunda. SPFC hidup aku.”
“Ga masalah LDR sama Senju?” Tanya Takeomi saat pria itu mengambil perkedel di depan Chifuyu.
“Ga masalah, bang.”
Jujur, sedari tadi nasi yang dihidang didepannya masih banyak tersisa. Chifuyu kian memikirkan apa saja pertanyaan yang akan ia dapat dan bagaimana seharusnya ia menjawab.
“Senju nanggung, LDR-annya mending sekalian ambil Monash Univ, ya kan?” Ledek Bunda Akashi sambil menawarkan sup ke arah Chifuyu.
“Bundaa.. kan udah di bahas, adek maunya Univ lokal, kayak Bang Aru.” Senju mengambil mangkuk sup tawaran Bunda dan menyendokkannya ke atas piring Chifuyu.
“Iyaa sesuka adek deh! Chifuyu ayo dihabisin, Bunda pesan durian sama ketan di Uda Puri. Mikey lagi jemput.” Celoteh Bunda Akashi kembali menawarkan telur dadar kesukaan Chifuyu.
Chifuyu tersenyum canggung, dia benar-benar tidak tau harus bersikap seperti apa.
“Senju bilang kamu suka telur dadar, kan? Ayo tambah yang banyak. Habis ini kita gas makan durian dan ketan. Rasain ayah ga bisa pulang karena job luar kota, hahahaha!” Bunda Akashi begitu semangat sampai anak tertuanya menggelengkan kepala.
Senju memaksa senyumnya saat menyadari ekspresi Chifuyu yang berubah drastis. Senju paham, lelakinya sama sekali tidak suka dengan nama Mikey.
“Habisin ini dulu, Bunda. Nanti aja makan durian ketannya.” Ujar Senju memperhatikan Chifuyu mulai melahap beberapa makanannya.
“Selow, Puy. lapar ya?” Ledek Haruchiyo tak diindahkan Chifuyu, pria itu tampak fokus dengan makanannya.
“Pesan Bunda, jangan sampai hubungan kalian mengganggu mimpi masing-masing, ya Chifuyu? Senju?”
Ucapan Bunda dibalas anggukan oleh Senju, Chifuyu melempar senyumannya dengan pipi yang penuh akan makanan.
“Assalamualaikum!” Sorak suara cempreng yang menerobos masuk. Kedatangan pria itu diikuti oleh aroma kuat durian yang memenuhi ruang makan.
Wanita paruh baya itu segera berdiri, “Wah akhirnya. Makasih, ya Mikey. Duduk dulu ayo.” Tawar Bunda dengan bangku di sampingnya yang kosong. Tepat di sebelah bangku kosong, Senju menatap lelaki bermanik hitam itu dalam diam.
“Iya Bunda.” Ujar Mikey tanpa pikir panjang segera menuju kursi yang ditawari ㅡ menyalami Bunda Akashi dan mengecup pipi kiri-kanan beliau ㅡ setelah meletakkan bawaannya.
Mikey melirik Chifuyu yang saat ini menatapnya dengan pandangan tidak suka. Lelaki itu tertawa pelan sebelum membuka obrolan. “Lama di Padang, Bang Omi?” Tanyanya.
“Besok balik, Ky.” Balas Takeomi sambil meneguk air. “Shin apa kabar? Pengen mampir tapi badan gue capek.”
Mikey tertawa, ia melirik kearah Chifuyu sebelum merespon Takeomi. “Biasa, masih sibuk ngebengkel. Aman Bang, ntar gue suruh ke sini.” Ujarnya merasa bangga dikenal lebih oleh keluarga Akashi.
“Eleh!” Ledek Haruchiyo.
“Eh gue baru liat lo ada disini.” Mikey kembali membalas ledekan Haru.
“Anj..” Haru menahan ucapannya saat tatapan Bunda menatapnya lekat.
“Acara tahunan Smander, gimana Mikey? Masih ngungkit masalah tahun lalu?” Tanya Bunda menyodorkan nasi ke arah Mikey.
Haruchiyo memutar bola matanya saat mendengar masalah tahun lalu. Pria itu benar-benar kapok di tipu kenalannya sendiri hingga menjadi bencian oleh alumni.
Mikey mengangguk, “Alhamdulillah aman Bunda. Tim Mikey bisa diandalin semua, semoga lancar. Doain ya, Bunda. Masalah tahun lalu ga dipermasalahin lagi.”
Bunda melempar jempol kanannya ke arah Mikey. Pria itu mulai melahap makanan yang sudah di sodori Bunda Akashi.
Chifuyu terkekeh pelan mendengar ucapan Mikey, mengingat sefrustasi apa teman karibnya akan acara itu.
Sontak pandangan tertuju kearahnya yang sempat tertawa mencemooh Mikey. Chifuyu segera mengambil tisu, mengusap hidungnya.
Mikey menatap lekat manik Chifuyu yang berpura-pura flu akibat tawa olokannya tadi. “Senju. Gue ada kenalan di Jogja, ntar dia bisa nyariin kostan buat kita biar ga ribet.”
Sendok di genggaman Chifuyu tiba-tiba terjatuh. Netranya beralih melirik Mikey dengan tatapan yang benar-benar bisa saja menembus kepala pria itu. Mikey tersenyum puas.
“Ini.” Ujar Senju mengambil sendok yang baru untuk Chifuyu. Gadis itu tidak merespon ucapan Mikey, ia mencoba menormalkan detak jantungnya.
Demi Tuhan, ia tidak tahu jika Mikey sengaja membuka topik yang sudah mereka sepakati untuk dirahasiakan.
“Rencana Bunda sama Ayah, mau booking Pasific Garden buat kalian berdua, biar aman dan nyaman.” Tutur Bunda merapikan alat makannya.
Haru menghela nafas, ia melirik Senju yang terdiam dan Chifuyu tak kalah diamnya. Lelaki itu menatap kosong bergantian ke arah Bunda dan Senju. Tampaknya adik kecilnya itu tidak berani menatap manik lelaki bernetra biru di sebelahnya itu. “Lo ngikut Senju mulu, Mik!” Ujar Haruchiyo menyelesaikan makannya.
“Haru, Senju itu Bunda izinin di UGM karena katanya ingin sama Mikey. Makanya-”
“Bunda!” Senju berdiri dari duduknya, suara gadis itu sedikit meninggi. Membuat sang Ibunda ikut terkejut dengan yang lain.
Senju tertawa canggung, “Fuyu, dia ada latihan untuk futsal 3.3 nanti. Dia pamit duluan, iya kan, Fuyu?” Gadis itu menatap lelaki yang kini diam tak bersuara di sebelahnya, sambil memainkan sendok dan garpu, Chifuyu melirik Senju.
“Engga. Kata siapa? Aku masih mau makan dan ada duren sama ketan yang baru saja di bawa M-i-k-e-y.” Pria itu menarik sudut bibirnya sembari menekankan tiap kalimat dalam nama yang baru saja ia sebut. Nada suara yang begitu datar dan rahangnya yang tampak mengeras, bukan karena dendeng balado Bunda yanh susah dikunyah melainkan, informasi sensitif yang baru saja ia dapat.
Senju tertegun. Niatnya ingin mengakhiri obrolan yang seharusnya belum bisa ia beritahu pada Chifuyu, gagal. Gadis itu kembali ke posisinya, menatap manik Chifuyu yang kian membuang muka darinya.
Hati Senju terenyuh. Ia tidak bisa menahan rasa sedih jika mendapati Chifuyu kembali bersifat dingin di saat seperti ini. Buru-buru gadis itu merubah ekpresinya agar tidak disadari oleh keluarganya.
Nyatanya tidak bisa. Kakak tertuanya berhasil meruntuhkan pertahanannya itu.
“Gimana? Senju!? Kenapa tiba-tiba? Udah buka hati? Eh.. maaf Chifuyu gua ga maksud, karena Senju udah berkali-kali nolak Mikey dan tiba-tiba?” Takeomi menahan tawa mengakhiri kalimatnya.
Senju melototi Takeomi dengan tangan yang mulai bergetar, “Bang, jangan dibahas.” Geleng Senju dengan suara yang mulai serak.
“Mengingat dari dulu tuh, Mikey yang sering ngikutin kamu.” Tambah Bunda dikuti tawa Mikey.
Senju hanya bisa diam, pasrah. Gadis itu berusaha menggenggam tangan Chifuyu, tapi lelaki itu menepis. Cengkeraman pada rok sekolahnya bertambah kuat, bibir Senju bergetar.
“Mending makan ketan sama duren sekarang, Bunda. Puy! Senju! Siapin dah!” Ujar Haru memotong candaan Bunda, Takeomi dan Mikey.
Chifuyu meletakkan sendok, ia terkekeh. Lelaki itu berdehem sebelum mengeluarkan suara. “Makanannya enak, Bunda. Senang bisa bertemu dengan keluarga Akashi. Sepertinya aku harus pulang lebih awal, Mama nunggu di rumah.” Lelaki itu merapikan alat makannya, berdiri dari posisi dan beranjak menuju wastafel.
“Wah sayang banget. Ya sudah, Chifuyu hati-hati, ya. Sukses untuk masa depannya.” Wanita paruh baya itu berdiri, menyambut Chifuyu yang bersalaman untuk segera pamit. Senju mengekori langkah Chifuyu, gadis itu ikut mengantar kekasihnya keluar rumah.
“Mikey ga kenal, ya sama Chifuyu?” Tanya Bunda saat dua sejoli itu menghilang dari ruang makan.
Mikey tertawa, “Engga.” Gelengnya.
“SPFC hidup aku..? Senju dinomor berapa?” Gumam Takeomi mengulang ucapan Chifuyu sambil bergeleng kepala.