written by inupiei ...
Mikey selonjoran di atas sofa sambil sibuk memainkan ponselnya. Pria itu sedikit memperhatikan Senju yang sibuk mengunyah cilor sambil menonton anime.
“Yang bener aja gue dikacangin?” Ujar Mikey melempar botol nü tea kosong yang sudah diteguk habis ke arah Senju.
“Lu mau apa?” Senju masih lanjut dengan aktivitasnya.
“Bicara sini sama gue.” Mikey menyimpan ponselnya.
“Dikit lagi, nanggung.” Senju mengisyaratkan Mikey untuk tutup mulut. Pria itu mendecakkan lidahnya dan berjalan ke arah Senju.
“Woi.” Mikey menarik kupluk hoodie yang sedari tadi bertengger di kepala Senju.
“Dikit lagi dibilang.” Senju menarik kembali kupluk seperti semula, dia tidak mau Mikey menyadari tanda ungu yang membekas di lehernya itu.
Mikey melangkah pergi menjauhi Senju menuju balkon. Apartemen milik Senju berada di lantai 8, cukup menampilkan suasana malam kota Manji yang masih sibuk akan aktivitasnya.
Mikey bersandar cukup lama memperhatikan lampu-lampu lalu lintas yang kian berganti, hingga Senju datang menghampirinya dengan secangkir kopi panas.
Mereka cukup lama dalam diam ditemani secangkir kopi racikan Senju, sebelum Mikey memutuskan untuk membuka pembicaraan.
“Sejak kepulangan dari NYC, lo aneh. Ada masalah apa?” Mikey bersandar di pagar pembatas balkon dan menempelkan kedua sikunya.
Senju diam dan memandang lurus ke bawah, memperhatikan pemandangan malam kota Manji.
“Bicara, dipendam lama-lama ga baik. Kebiasaan lo gitu.” Ucapan Mikey berhasil membuat Senju tertawa pelan.
“Emang gue gitu ya?” Pertanyaan Senju dijawab anggukan oleh Mikey.
“Do you love me, Mikey?” Mikey menatap gadis disampingnya dengan menaikkan alis mendengar pertanyaan Senju.
“Of course i do.” Ujar Mikey.
Senju menghembuskan nafas kasar. Gadis itu memejamkan matanya lama, tampak perasaan tidak terima di ekspresinya.
“As a sister.”
Kalimat terakhir Mikey membuat Senju menatapnya lekat. “Jujur sama gue, Mik.” Ekspresi Senju saat ini seperti orang tertekan.
Mikey tertawa pelan, “I'm telling the truth.”
“Lo udah punya Emma, it doesn't make sense.” Senju menggelengkan kepalanya.
“Gue ngeliat Emma bukan sebagai saudara, tapi seperti Ibu. Lo tau dengan baik kalau gue ga punya figur Ibu.” Mikey memutar tubuhnya kembali menghadap langit malam Kota Manji.
Senju masih tidak yakin dengan jawaban pria berbalut kaus oblong hitam disampingnya ini. Ia dan teman-teman yang lain sangat yakin kalau Mikey punya perasaan lebih padanya.
“Emma tau Ibu kami meninggal saat melahirkannya, diumur 2 tahun ia mulai belajar mengenali dapur dan ngurusin gue serta mulai belajar masak. Dia sering ngurusin gue, dia selalu nasehatin gue dan dia satu-satunya peran Ibu yang gue dapet. Gue ga dapet figur saudari dari Emma.” Ucapan Mikey cukup membuat Senju sedikit yakin, pasalnya gadis ini tau kalau Emma benar-benar berusaha mengurusi keluarganya.
“Saat ketemu lo di dojo dan sering ngajak gue duel dan juga kita sering berantem, gue makin sering deketin lo karena gue ingin punya ikatan sama lo. Makin hari gue makin anggap lu sebagai saudara, karena Bang Shin terlalu jauh umurnya untuk gue jadiin seumuran hahahaha. Bang Iza terlalu formal dan kaku, jadi berantemnya ga seseru sama lo.” Mikey tertawa kencang mengakhiri kalimatnya.
“Gue jujur, Senju. Gue menyayangi lo sebagai saudara kandung. Gue peduli sama lo sebagai saudara kandung.” Mikey meneguk kopi di genggamannya sebelum meyelesaikan kalimat.
“Gue bisa aja numbuhin perasaan cringe terhadap lu-”
“Cringe bahasa lu.” Potong Senju.
“Hahaha, ya semacam itu. Gue bisa aja, tapi gue udah aware dari dulu untuk engga. Dan syukur deh gue belum punya perasaan itu. Yaaa.. kalo lo maksa mau jadiin gue pacar lo, butuh waktu numbuhin perasaan cringe itu.” Ucapan Mikey membuat Senju tertawa.
“Gue kira lo ga dikasih tau Cipuy tentang perasaan gue.” Senju memelakangi pagar balkon dan menghadap lurus ke ruangannya.
“Ada, dia bilang harapan gue ke Senju pupus, tapi gas dulu aja siapa yang tau takdir hahahahah. Dia juga cerita tentang perasaan lo terhadap teman, jadi gue udah tau.” Ucapan Mikey direspon anggukan oleh Senju.
“Thank's, Mik. Gue cukup lega.” Mikey menatap perubahan di wajah Senju, tapi tidak dengan tatapan yang masih kosong.
“You should ask him that question.” Ucapan Mikey dibalas tatapan tanya oleh Senju.
“I know this for a long time. Yes, Mitsuya.” Mikey mengangguk dengan senyuman. Senju berkedip beberapa kali mencerna ucapan Mikey.
“Gue ga tau apa yang terjadi sama kalian selama di NYC dan gue yakin hal itu yang buat lo diam akhir-akhir ini. Satu yang gue sangat yakin, tadi di kafe, lo nolak Mitsuya?” Pertanyaan Mikey membuat Senju tidak bisa mencerna setiap jawabannya.
“Gue- gue ga nolak?” Seolah yakin dengan jawabannya, Senju baru berani terbuka tentang Mitsuya.
“Ekspresi Mitsuya mudah dibaca. Saat dia kembali ke meja dengan air mineral, ekspresinya benar-benar seperti orang yang baru saja di tolak.” Mikey meyakinkan Senju dengan kalimat-kalimatnya.
“Gue bingung.” Senju menunduk memperhatikan kopi di genggamannya.
“Talk to him. Ga semua hal bisa lo pendam.”
Senju sempat diam mencerna ucapan Mikey sebelum dia mengangguk.
“Lo tau sejak kapan?” Senju penasaran dengan pernyataan Mikey yang tiba-tiba.
“Awal SMA. Seorang Senju yang tiba-tiba badmood sebulan penuh yang sebelumnya Mitsuya ngajak Yuzuha ngumpul bareng kita. Senju yang kepo minta ampun tentang Mitsuya dan Senju yang memerah saat siapapun yang lagi bahas Mitsuya, now you better look on your face.” Ucapan Mikey membuat Senju menarik paksa tali kupluk hoodie miliknya, hingga menyisakan lubang hidung.
“Selesaikan, gue dukung lo sama Mitsuya.” Mikey menghabiskan tegukan terakhir kopi miliknya sebelum melangkah pergi meninggalkan Senju yang masih berusaha menormalkan wajahnya. _