SMANDER VS SMANTI
written by inupiei
Hari ke-2 turnamen sepakbola Nasional 3.3 sedang berlangsung meriah di Lapangan Semen Padang. Babak final pada turnamen tahun ini kembali di meriahkan oleh SMA Sonder VS SMAN 3 Padang ㅡ delapan periode berturut-turut mereka bertanding bersama di final. Lima kemenangan oleh SMANDER dan tiga kemenangan oleh SMANTI.
“Naho! Tekel!!” Sorak Chifuyu dengan nafas yang memburu. Ia beserta timnya sedang didesak waktu.
Benar. Mereka ketinggalan satu gol, SMANTI lebih unggul disaat ronde kedua yang hanya menyisakan 15 menit.
“Kep!! Through ball!!” Sorak Nahoya saat ia berhasil merebut bola dari pihak lawan dan memulai operan yang membelah pertahanan agar Chifuyu dapat berlari.
Kapten mereka berhasil mendapatkan bola, sesaat sebelum menuju tembakan pada gawang, kakinya lebih dahulu bertabrakan dengan pemain lawan. Bunyi peluit kembali menyita pendengaran mereka.
Kartu kuning baru saja ditunjukkan pada lawan. Ia bernomor punggung 04, dengan cibirannya ia melemparkan beberapa kalimat. “Kartu pertama untuk kami, bagaimana dengan SMANDER? Menuju kartu merah? Atau kartu kuning kedua?” Kekeh pria itu sambil menjulurkan lidahnya.
Chifuyu menyeringai. “Bagus banget permain kotor SMANTI, ya Ko?” Ujarnya segera berdiri. Chifuyu sedikit meringis, pergelangan kakinya sedikit terkilir.
Pria yang bernama Koko itu kembali menjulurkan lidahnya, “Lo gak tau aja wasitnya, alumni SMANTI.”
Chifuyu dibuat geram. Sudah terlihat dari awal permainan, wasit lebih berat ke arah lawan. Mulai dari Hanma yang mendapatkan kartu merah, yang seharusnya hal itu bukan tergolong pelanggaran berat serta Magna dan Luck yang sudah mendapatkan kartu kuning kedua mereka. Belum lagi Shinso yang mengalami cidera hamstring akibat tabrakan dengan lawan saat ronde kedua. Wasit tidak bergerak sedikitpun akan hal itu. Dua anggotanya telah meninggalkan lapangan. Chifuyu dibuat cukup frustasi.
Tentu, supporter dari pihak SMANDER dan SMANTI kian bersorak saling menjatuhkan. Dua sekolah itu rival dalam sepakbola, apalagi saat mengetahui kapten SMANDER ㅡ Chifuyu menjadi bagian dari SPFC.
“Aman, bang?” Ujar Iwabe membantu Chifuyu untuk berjalan. Pria itu hanya mengangguk.
“Gue doang yang ngerasa apa gimana ya, bang? Kok turnamen kali ini beda?” Iwabe mengambil posisi, bersiap dengan suara peluit dari wasit untuk segera melanjutkan pertandingan.
Chifuyu menggeleng pasrah. “Gue paling buruk disini.” Nafasnya terengah, keningnya berkerut. Pergelangan kaki Chifuyu kian perih.
Mereka kembali bermain dalam waktu 8 menit yang tersisa, berharap bisa mencetak satu gol untuk menyamakan kedudukan. Lev sebagai kiper begitu fokus hingga pria itu benar-benar melototi laju arah bola.
“Nahoya take-ons!!” Sorak Lev saat bola kian dekat menuju gawang SMANDER.
“Denji!!” Sorak Nahoya segera membuang bola untuk mengamankan pertahanannya.
Denji segera mengoper bola dengan kepalanya, “Kapten!!”
Chifuyu sontak merespon, ia segera berlari dan melompat ㅡ melepaskan tendangan dan mengarahkannya pada gawang lawan. Pria itu meringis kesakitan, pasalnya kaki yang ia gunakan adalah kaki yang tadi sempat terkilir.
Suara peluit berbunyi. Chifuyu berhasil menyamakan kedudukan mereka. Supporter SMANDER kian bersorak tak karuan memenuhi Lapangan Semen Padang.
Sorakan kebahagian tim Chifuyu kian bergema mengikuti supporter mereka. Hingga peluit ditiupkan dua kali, pertanda ronde kedua telah selesai. Mereka seri, berdasarkan ketentuan turnamen. Mereka mendapatkan waktu tambahan 15 x 2 menit dengan peraturan gol emas ㅡ siapapun yang lebih dulu mengungguli kedudukan, permainan akan dihentikan.
“Haha pntek! Pantesan dari awal wasitnya langsung ngasih kartu merah, baru aja 20 menit.” Umpat Terushima ikut bergabung dengan tim SMANDER dalam waktu istirahat.
Chifuyu mengatur nafasnya. “Gak heran, bang. Gak kali ini doang SMANTI main kotor.”
“Gue kira wasitnya dari SPFC?” Sambung Izana yang menyempatkan hadir di turnamen besar SMA nya.
“SPFC sponsor doang, bang.” Balas Chifuyu meregangkan ototnya.
“Alumni SMANTI, ya? Angjatan berala?” Celoteh Iwaizumi berkacak pinggang.
Izana menoleh, “Angkatan bang Shin, gak bang?”
Iwaizumi menggeleng, “Engga kayaknya. Chifuyu dan yang lain, kalian udah bermain bagus. Gue bangga, ga usah dipermasalahin ntar hasilnya. Permainan kalian kali ini bagus banget.” Pria yang dua tahun lebih tua dari Chifuyu itu menepuk pelan punggungnya dan diikuti Izana serta Terushima memberikan jempol kearahnya.
Peluit kembali dibunyikan, menandakan babak terakhir sebagai mengungguli kedudukan mereka akan segera dimulai. Chifuyu langsung bangkit setelah menyemprot pergelangan kakinya dengan Etil Klorida, spray khusus untuk keseleo.
Chifuyu sempat melirik ke arah supporter, ia mendapati Baji dan Kazutora tengah memegang spanduk bertulisan Kapten PekeJ Pelindung Asia!! Jaya! Jaya! beserta gambar kucing hitam. Chifuyu hanya menggeleng, maniknya sempat menangkap Senju tengah melambai ke arahnya dengan terompet khas sepak bola yang kian ia tiup.
Sangat manis, begitulah batin Chifuyu.
“Denji!! Depan woi!” Sorak Magna yang sedang berusaha mempertahankan keamanannya.
“Nahoya!!” Balas Denji.
Sorakan kian menggema di lapangan, mengingat babak pertama ㅡ tak satupun dari salah satu tim yang berhasil mencetak gol.
Peluit kembali ditiup. Tim lawan terluka, entah pelanggaran yang semacam apa. Chifuyu tidak tau. Matanya membulat saat kartu merah kedua melambai di udara, pelanggaran itu untuk Magna. Tiga anggotanya meninggalkan lapangan, jika satu lagi kartu merah. SMANDER habis, mereka benar-benar kalah dan permainan akan selesai.
“Aman lu? Tim lu kenapa sih hahahah!” Ujar lelaki yang tak jauh jaraknya dari Chifuyu.
“Berisik lo anjing!” Ia segera mengabaikan cemoohan dari Kapten tim lawan, Kakucho.
Geraham Chifuyu mengeras. Ia berusaha untuk tenang saat Inupi, tim lawan yang sengaja mendapatkan senggolan dari Magna ㅡ menyeringai kearahnya.
“Pntek kalian.” Ujar Chifuyu ke arah Kakucho.
“Hah? Kerasin dong, biar kartu merah ketiga buat lu.” Lelaki itu sengaja mengarahkan telinganya lebih dekat.
Peluit kembali bertiup, 8 menit waktu tersisa sebelum tendangan pinalti dilakukan.
“Peh!! Arah sini!” Sorak Denji sudah siap dengan sundulan lemparannya.
“Gue mohon kali ini masuk!! Kapten pass!” Pehyan melambungkan tendangannya keatas hingga memotong umpan lawan.
Chifuyu yang sudah bersiap di areh lawan segera mengambil posisi untuk tidak dihadang bersamaan. Pria itu dengan cepat melompati area lawan, berlari cukup kencang sebelum melayangkan tendangan lurus menuju gawang lawan.
Tendangannya meleset. Lengan kakinya kian berdenyut. Tampaknya hal ini membuat Chifuyu kesusahan mengatur tendangannya.
“Santai, Kep. Masih ada waktu.” Pehyan menepuk pundak Chifuyu.
Peluit ditiup, kedua tim kembali memperebutkan bola untuk mengungguli kedudukannya. Chifuyu ikut bergerak mengikuti bola yang saat ini mulai menuju ke area pertahanan mereka. Tim lawan cukup gesit, hingga bola saat ini hanya berjarak beberapa meter di depan gawang SMANDER.
“Kiri Denji, kiri!!” Sorak Lev yang enggan melepaskan tatapannya pada bola.
Chifuyu tak tinggal diam. Ia segera mematahkan pertahanan lawan dan merebut bola. Pijakan Chifuyu tidak seimbang, pria itu merasakan bagian ligamen penahan persendian lututnya bergeser ㅡ saat Kakucho mendorong keras tubuhnya.
Badan Chifuyu tumbang diikuti dengan bunyi peluit, pertanda lawan berhasil mengungguli kedudukannya. Hingga peluit panjang yang dihembuskan dua kali, menjadi penutup Pertandingan Final Turnamen Nasional 3.3 Kota Padang.
Sorakan supporter kian heboh. Tim Chifuyu dibuat naik pitam saat wasit tidak begeming ketika Kapten mereka mengalami cidera yang sangat serius.
Supporter SMANDER kian berteriak.
“Woi curang!”
“Gila lo wasit gak adil.”
“SMANTI kontol.”
Seketika lapangan dipenuhi antar supporter yang saling melempar umpatan. Yang Chifuyu lihat saat kesadarannya masih aman adalah, Baji dan Kazutora tengah mengeroyoki wasit. Antar supporter tim saling bertengkar ㅡ melempar tendangan pun pukulan. Ia melihat Yuzuha, Emma dan Senju ikut turun dengan tendangan mereka.
Chifuyu terkekeh, ia berusaha bangkit dan menghampiri Kakucho. Melempar satu tonjokan keras pada wajah pria itu. Tim Chifuyu tak tinggal diam, bagai mendapat tenaga baru. Mereka dengan sigap menendang satu persatu tim lawan. Mengakhiri turnamen yang tidak adil, hingga kegaduhan mereka selesai dengan campur tangan polisi memasuki area Lapangan Semen Padang.
Wasit luka parah. Beberapa supporter mengalami luka berat. Chifuyu mengalami cidera yang sangat serius. Pertandingan Sepakbola Turnamen 3.3 Nasional Padang diungguli oleh SMAN 3 Padang. Menghapus sejarah SMANDER sebagai juara unggulan lima tahun berturut-turut.