Road to Pasumpahan Island

written by inupiei


Tiga pasang remaja tengah duduk berjajaran di atas pasir. Mereka diam menatap lurus ke depan, menikmati pemandangan Pasumpahan Island di sore hari yang sangat sayang untuk dilewatkan. Mengingat mereka berenam sampai di tujuan pada jam 1 siang setelah UN hari terakhir selesai.

Bagaimana rencana ini bisa jalan? Usut punya usut, semuanya berjalan lancar karena Kazutora. Pria itu cukup memaksa dua temannya untuk ikut. Chifuyu menentang keras, mengatakan dengan jelas bahwa dia dan Senju sudah tidak ada apa-apa lagi pun Baji sempat menolak karena dia dan Emma sudah berakhir. Tapi, bukan Kazu namanya jika tidak keras kepala, kan?

Alhasil, dua temannya ikut dengan paksa. Yuzuha juga berhasil mengajak Senju yang benar-benar tidak ingin ketemu dengan lelaki yang sempat ia anjing kan itu. Mereka berenam berangkat bersama dengan mobil Chifuyu, kali ini Kazu bersikeras untuk mengendarai mobil Xpander milik pria itu, mengingat mobil Chifuyu yang biasa tidak akan cukup menampung mereka. Tentu dengan Kazu di bagian kemudi dan Yuzuha di sebelahnya. Bagian belakang ada Emma di tengah, lalu Baji dan Senju di sisinya. Chifuyu satu-satunya tersisih di belakang. Entahlah, kemauan pria itu sendiri.

Lima jam telah berlalu sejak mereka sampai di tujuan. Sekarang mereka sedang berselonjor ria duduk tanpa alas di atas pasir. Sejak datang, Yuzuha dan Emma mulai mempersiapkan bekal siang untuk mereka. Senju yang duduk diam dan enggan untuk berbicara serta tiga sekawan yang tengah mencari jasa sewa jet ski dan banana boat. Mereka benar-benar menghabiskan waktu siang dengan puas setelah pertempuran empat hari di depan kertas Ujian Nasional.

“Apa yang bakal lo lakuin kalau gak bisa main bola lagi, Puy?” Ujar Yuzuha melirik Chifuyu di paling ujung. Dirinya dan Kazu duduk bersebalahan dan diikuti oleh Baji di sebelah Kazu, lalu Emma, Senju dan Chifuyu.

Yang ditanya tertawa, tampaknya suasana hati Chifuyu sudah membaik. Apakah karena ia satu jet ski dengan Senju? Mengingat kaki pria itu masih belum pulih ㅡ hingga Senju mengambil alih kemudi.

“Depresi mungkin?” Jawabnya enteng.

Yang lain tertawa, “Ga yakin, sekalipun sama tongkat tuh lu bakal turun lapangan gue rasa!” Sambung Kazu.

“Kata gue dia bakal pengobatan sekian triliun.” Tambah Baji.

“Buset.” Kekeh Emma merebahkan badannya pada lengan Baji.

Senju ikut tertawa, sesekali ia menatap manik biru di sebelahnya itu. Bukan hanya Chifuyu, suasana hati Senju ikut membaik. “Mending jadi pelatih, gak sih?” Ujar Senju memeluk lututnya.

“Wess.. mantep juga.” Balas Chifuyu.

Benar, tampaknya satu persatu dari mereka melupakan semua permasalahan yang pernah ada. Saat ini interaksi Baji dan Emma bisa dikatakan sangat normal bahkan melebihi biasanya, Kazu dan Yuzuha entah sejak kapan saling menggenggam tangan pun Chifuyu dan Senju saling melempar tawa.

“Kita langsung pulang, kan?” Tanya Emma masih bersandar di lengan Baji, tampaknya pria itu tidak mempermasalahkannya.

Kazutora mengangguk, “Iya, ga ada planning untuk nginap.” Pria itu mengerti, memilih untuk tidak menginap agar hal-hal yang tak diinginkan tidak terjadi. Mengingat, hubungan antar mereka tidak seperti dulu walaupun sekarang Kazu begitu ingin mendirikan tenda, tapi ia selalu mengingat akan rencana awal.

Biarlah manis sebentar, kenangannya akan menetap lebih lama.

Emma mulai berdiri membersihkan pakaiannya dari pasir dan membatu Baji untuk bangkit, begitu pula dengan Kazutora dan Yuzuha. Hanyasaja Chifuyu enggan menerima tawaran tangan Senju, yang berakhir ditarik paksa oleh gadis itu. Wah.. tampaknya, Senju yang manis dan santai sudah benar-benar pudar.

“Lapar gak?” Tanya Senju membatu Chifuyu berjalan ㅡ tongkat kruk milik pria itu di mobil. Chifuyu bersikukuh bahwa kakinya sudah bisa dibawa berjalan, nyatanya lelaki itu kesusahan sedari tadi.

Chifuyu tertawa, “Lumayan.” Ujarnya.

“Bebek sawah dulu, gak guys?” Sorak Senju.

Emma yang sudah duluan menuju kapal feri ㅡ yang sengaja Kazu pesan, mengingat pengunjung sedikit ramai untuk menyebrang ㅡ berbalik arah. “Pakaian kaya gini?” Ujar Emma memperlihatkan pakaian mereka yang lumayan basah dengan pasir-pasir pantai menempel di sana.

“Ayok!” Ujar Yuzuha menarik lengan Kazutora untuk bertengger di bahunya.

Satu persatu dari mereka mulai menaiki kapal. Lucu sekali saat Chifuyu begitu kesusahan memijaki kapal, badannya tidak seimbang. Lagi-lagi Senju menopang tubuh pria itu. Membuat siapapun di sana cukup tercengang.

Baji dan Kazu tertawa, mereka tertawa lebar saat beban pada Chifuyu diambil alih Senju. Senju benar-benar sekuat itu, Chifuyu sendiri melongo, tidak bisa berkata-kata.

“Pengen ayam betutu.” Gumam Baji membuyarkan suasana hening saat mereka hampir sampai di bibir pantai.

Langit mulai berubah warna, cahaya matahari mulai redup. Tapi, siapapun akan melihat jelas bahwa dua sejoli yang mengambil posisi paling belakang kapal, tengah berciuman. Larut dalam lumatan yang memabukkan hingga aktivitas mereka terhenti akibat kapal yang sedikit membentur ke daratan ㅡ mereka telah sampai di daratan.

Kazutora tertawa pelan, Yuzuha menunduk. Lelaki itu mengusap puncak kepala sang gadis sebelum mereka benar-benar turun dari kapal.

Emma terkekeh, gadis itu kian menahan tawa saat ia menyadari Baji memahami akan keadaan yang menimpa mereka. Benar, aktivitas Kazu dan Yuzuha tadi disadari oleh mereka.

“Ayam betutu..” Gumam Emma dibalas kekehan besar Baji. Mereka bersama berjalan menuju parkiran. Senju memilih posisi belakang mobil dengan Chifuyu. Emma dan Baji di tengah serta dua sejoli yang sedang kasmaran di bagian kemudi.

Langit mulai gelap. Warna kejinggaan terlukis di sana. Kazutora mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, hanyut dalam fikiran dengan tangan yang menggenggam erat milik gadis di sampingnya. Di bagian belakang begitu heboh, entah apa yang tengah dibahas oleh Baji dan Emma hingga tawa mereka masing-masing pecah. Senju ikut membaur dengan sejoli di depannya, membiarkan Chifuyu yang sesekali tertawa kecil mendengar pembahasan mereka yang tak tentu arah.

Hari itu. Mereka berenam, mengukir sebuah kenangan yang akan dikenang begitu manis untuk beberapa tahun kedepan. Entah akan kembali sama atau berubah menjadi asing.

Semoga saja, selalu tetap sama.