Kebenaran

written by inupiei


Bugatti bolide milik Mikey melaju begitu kencang membelah jalan. Pikirannya kacau, wajahnya memerah, gerahamnya mengeras, tatapannya begitu tajam hingga bisa saja menembus apapun. Demi tuhan, Mikey bisa saja menabrak sejumlah orang dan melindasnya jika pedal gas kian bertambah ia pijaki.

Tidak memakan waktu lama, ia mulai memasuki area Manji Utara ㅡ jarak yang cukup jauh dari lokasinya. Mikey tidak pernah lupa akan tempat ini, sekalipun tidak pernah bahwa 2 tahun lamanya ia memijaki kota ini ㅡ kota yang mengawali semuanya dan mengakhiri semuanya.

Mobil mewah miliknya memasuki sebuah kediaman semi outdoor dengan hiasan taman bunga yang begitu mekar. Ia seperti ditarik kembali ke masa lalu, bahwa tempat ini sama sekali tidak berubah. Danau disisi kanan rumah ini, membuat Mikey benar-benar tidak kuat berlama-lama. Kilas balik kenangan, hanya menambah luka.

Mikey bergegas keluar dari mobil dan hendak menerobos masuk ㅡmencari sosok perempuan yang sukses membuat harinya akhir-akhir ini begitu kalutㅡ tapi, dua lelaki paruh baya telah siap menahannya.

“Dimana Senju?” Pertanyaan penuh penekanan darinya sukses membuat salah satu dari mereka mendesis.

“Pulang lah, bocah Sano.” Ujar pria bersurai dwiwarna yang tengah fokus mengisap lolipop.

Tampaknya Mikey tidak membutuhkan jawaban itu, dengan spontan kakinya langsung melayang di udara ㅡ berhasil menumbangkan pria tadi.

“Kau!!”

Mikey sudah hafal akan taktik seperti ini. Amarahnya sudah memuncak, siapapun tidak akan bisa menahannya kali ini.

Kedua pria itu tumbang. Napas Mikey berderu kencang, ia segera melangkah masuk. Demi tuhan, Mikey begitu benci tempat ini.

“Waka! Ada ap-”

Sontak Mikey menggenggam leher Senju ㅡyang baru saja melihat kegaduhanㅡ dengan kuat, membuat perempuan bersurai perak itu terhempas ke dinding. Pot bunga di genggamannya terjatuh, ia berusaha melepaskan cekikan Mikey. Senju terkejut bukan main, wajahnya memerah saat tenaga yang ia punya tidak seimbang dengan milik Mikey.

“Lo pikir dengan membeberkan semuanya kepada Emma, akan memperbaiki keadaan?” Ujar Mikey dengan lantang tepat di depan wajah Senju. Ia tidak peduli, Senju mulai kesusahan bernapas.

“Dengan semua itu, Takeomi bisa hidup kembali? Baji, Draken dan Shinichiro akan hidup kembali??” Mikey sudah tidak waras, ia sama sekali tidak mengendorkan cengkeramannya pada leher Senju.

“Lo berhasil memisahkan adik dengan kakaknya!” Mikey melepaskan cengkeramannya, napasnya memburu. Akal sehatnya bekerja saat Senju tidak lagi memberontak.

Senju lega bukan main saat tenggorokannya mulai menerima udara dengan baik. Butuh waktu beberapa menit baginya untuk menetralkan kembali pernapasan yang berhasil ditahan Mikey. Sudut matanya berair akibat batuk yang kian bertubi-tubi.

“Lo terluka, hah?!” Suara Senju sedikit serak, tapi indera pendengaran Mikey masih bisa menangkapnya. “Menurut lo cuma lo doang yang terluka?” Ia menghampiri Mikey yang masih mencoba mengatur napas.

“Menurut lo gimana perasaan gue saat lo dan Bonten mengkhianati kami? Saat lo menembak Takeomi?! Kenapa lo lakuin itu?!!” Napas Senju begitu tersenggal saat ia berhasil berteriak di depan wajah Mikey.

“Gue gak pernah menembak Takeomi!”

“Lo bohong!” Senju mencengkeram kerah baju Mikey dengan kuat tapi nihil, pria itu balik mencengkeram lehernya kembali.

“Itu kebenarannya! Gue bersumpah dengan nama Emma kalau gue gak pernah menembak Takeomi! Lihatlah kebenarannya di mata gue, Senju! Lihat!” Cengkeraman Mikey tidak sekuat tadi, tapi cukup membuat Senju kewalahan.

Manik hijau milik Senju menatap lama manik gelap di depannya, mencari kebenaran dari semua dendam yang ia simpan.

“Lo sudah dikhianati, Senju.” Cengkeraman tangan Mikey beralih pada kedua bahu Senju. “Sama seperti kami. Kita semua dikhianati.”

Senju bisa merasakan hembusan napas Mikey mengenai wajahnya, mereka berdua sama-sama diselimuti emosi.

Dua kali Senju memahami lontaran kalimat-kalimat Mikey, tapi dengan dendam yang sudah membesar membuatnya mencoba untuk menyaring semua itu.

“Ini!” Mikey melepaskannya sambil mengeluarkan senjata api Desert Eagle dari kantong belakang. “Bunuh gue! Gue gak perlu hidup lagi.” Mikey meletakkan pistol di tangan Senju dan mengarahkan tepat ke jantungnya.

Sontak Senju terkejut. Ia tidak pernah mengharapkan reaksi seperti ini dari sosok Manjiro.

“Tembak, Senju! Tembak!”

Senju ternganga, ia tidak tau harus bertindak seperti apa. Benar, bahwa ia ingin Mikey menderita ㅡkarena telah menembak mati saudaranyaㅡ tapi, bukan ini yang ia inginkan.

“Gue sangat dekat, Senju. Ayo tembak! Lakukan seperti yang pernah lo lakuin malam itu, ke gue.”

Tatapan Senju melunak, ia tidak berani menarik pelatuk. Lebih tepatnya menarik pelatuk kedua kali ke arah Mikey. Sudut matanya basah, kilas balik malam itu kembali memenuhi pikirannya.

Mikey menjauh saat Senju kian tidak menanggapinya. Merasa semuanya telah selesai, ia kembali menaiki Bugatti bolide dan melanjutkan mencari keberadaan sang adik.

Dengan langkah tertatih, Senju menatap kepergian Mikey dengan pikiran campur aduk.

“Apa itu benar?” Tanya Senju saat menyadari dua bodyguard nya telah sadar dan mendengar percakapan mereka sedari tadi.

“Rencana Takeomi adalah untuk menghabiskan Bonten malam itu.” Benkei menjelaskannya tanpa menutupi kebohongan.

“Maaf. Gue ikut andil memanfaatkan lu malam itu, Senju.” Tambah Wakasa.

Senju mengginggit bibir bawahnya hingga cairan kental mulai memenuhi bibir dalamnya.

“Aku salah, Manjiro.” Gumam Senju menghapus pelan sudut matanya.