Kembalinya Tiga Sekawan
written by inupiei
Suasana SMA Sonder di jam 9 pagi ini cukup ramai. Pasalnya, hari ini merupakan hari terakhir bagi kelas 12 bersantai sebelum hari Senin mulai berjuang dalam empat hari ㅡ Ujian Nasional. Kelas 10 dan kelas 11 masih sama seperti biasanya, melaksanakan hari sabtu sebagai latihan ekstrakulikuler dan kebanyakan bagi mereka sibuk akan kegiatan masing-masing.
Pembagian kartu UN sepertinya sedikit telat, mengingat keadaan sekolah yang sangat tidak kondusif akhir-akhir ini. Guru dan perwakilan dari BAN-PT sedang melangsungkan sidang pleno akhir terkait akreditasi sekolah. Jadi, akan ada keterlambatan bagi kelas 12 untuk penerimaan nomor UN.
“Cipuy beneran gak mau respon chat gue dan bahkan kemarin gue nekat ke rumahnya. Gak ada, bahkan sama Emma ke tempat Baji, juga gak ada. Mereka kemana sih?” Celoteh Senju kesal saat mereka ㅡ Yuzuha, Emma dan Hinata duduk di depan kelas 12 IPA 2, tenggelam dalam fikiran masing-masing.
Yuzuha menghela nafas kasar, gadis itu memeriksa gawainya. Melihat room chat yang kian tak mendapat balasan dari banyak pesan yang gadis itu kirim. “Kajut juga.” Ia menyimpan kembali gawainya.
“Mereka masih belum datang?” Tanya Hinata tegas, ia tidak tahan melihat tiga gadis di sampingnya diam dan larut dengan tanda tanya.
Emma menggeleng. “Kalau misal sekolah benar-benar ga dengerin suara kita sebulan ini, gue menyerah.”
“Kenapa?” Ujar Senju spontan.
Ucapan Senju tidak dihiraukan ketiga gadis itu. Senju kesal, tapi atensinya menangkap arah tujuan teman-temannya ㅡ tiga laki-laki yang menjadi pusat fikiran mereka, baru saja berjalan beriringan keluar dari ruangan wakasek. Mereka berempat tersentak.
Jadi, tiga sekawan ini sudah datang ke sekolah sejak pagi?
Buru-buru Yuzuha mengambil langkah, mempersempit jaraknya dengan tiga sekawan yang sekarang berjalan menjauh dari gedung sekolah.
Tampak Chifuyu masih memakai tongkat kruknya, tapi langkah kaki pria itu lebih baik dari terakhir kali Senju melihatnya. Baji berjalan diam dengan tangan yang ia kantongi di celana sekolah, rambut pria itu sudah mulai memanjang. Kazutora diam menatap lurus ke depan, tangan pria itu menggenggam kunci mobil.
Satu yang bisa Yuzuha pastikan saat ia mendapati kalung pita hijau di genggaman Kazu, di kantong baju Chifuyu yang terulur keluar sedikit dan terjuntai di kantong celana belakang Baji. Tiga sekawan itu telah dahulu menerima nomor UN.
“Kazutora!” Sorak Yuzuha saat tiga sekawan itu mulai memasuki pintu piket ㅡ satu-satunya akses keluar sekolah yang terbuka saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
Bohong jika Kazu tak mendengarnya, lelaki itu kian menambah langkah. Enggan untuk berbalik arah.
Yuzuha geram saat tiga sekawan itu sukses melangkah keluar pintu piket tanpa mengindahkan tegurannya ㅡ membuat dirinya tertahan oleh satpam sekolah untuk tidak melangkah maju keluar mengikuti mereka.
“Sebentar, Pak!” Suara gadis itu lantang, tegas dan dingin. Kazutora sempat menahan langkahnya beberapa detik.
Satpam sekolah memberi izi Yuzuha dan gadis lainnya untuk menghampiri tiga sekawan yang saat ini bersiap memasuki mobil. Senju mengangguk bingung, dirinya tidak tau jika mobil Chifuyu telah terparkirkan di area parkir guru. Pantas saja ia tidak menyadari keberadaan tiga sekawan ini.
Baji telah dulu memasuki bangku penumpang, Chifuyu dengan sigap memasuki bangku depan ㅡ membiarkan Kazutora mengambil alih stir.
“Kazutora!” Yuzuha menahan pergelangan tangan pria itu, Kazu enggan berbalik arah.
Tidak mau mengalah, Yuzuha berdiri di depannya sekarang. Menatap dirinya dengan kening berkerut, mata yang tajam dan nafas yang sedikit tersenggal akibat langkah besarnya mengejar pria ini.
Ia mengatur nafas sebelum mengeluarkan kalimatnya. “Bagaimana kabarnya?” Tanya gadis itu dengan tatapan mulai melunak.
Kazutora mengernyit, apa karena pertanyaan ini Yuzuha bela-belaan mengejarnya? Pria itu membuang tatapannya. Sungguh, raut dingin dan tatapan diam Kazutora saat ini ㅡ sangat tidak Yuzuha sukai, mengingatkan dirinya saat ia dan Kazu yang sering adu argumen dahulu yaitu Kazu yang kasar, tidak seperti dirinya yang manis beberapa bulan terakhir ini.
“Seperti yang lo lihat.”
Yuzuha mengangguk, merasa belum cukup dengan jawaban yang ia dapat. “Masuk, yuk? Akkun, Mikey dan yang lainnya lagi bahas progress Malam Sarumpun, kita akan rapat nanti.”
Kazutora menyeringai, “Gue bukan lagi bagian dari kalian.” Ia menggeleng.
“Lu tetap ketua kita, kami masih butuh sama lu. Selalu dan seterusnya lu ketua kita.” Yuzuha menekankan tiap kalimatnya, tapi sang lelaki tak memberikan respon apapun selain raut wajah yang datar.
“Kenapa gak dibagikan nomor UN kalian di kelas?” Tanya Emma.
Kazu langsung menyimpan kartu ujiannya. Pria itu membuang muka untuk tak berhadapan dengan Yuzuha yang saat ini memberikannya wajah yang benar-benar mengacaukan fikirannya.
Sekilas manik emas itu menatap Yuzuha dalam diam, menyadari perubahan yang jelas pada gadis itu selama sebulan mereka tidak bertemu. Kulitnya sedikit gelap, wajahnya kering dan rambutnya masih dicepol seperti biasa ㅡ style ramput yang benar-benar Kazu suka.
“Hentikan aksi kalian. Sekolah gak punya waktu meladeni tingkah rusuh yang kalian buat. Jangan memperkeruh suasana.” Kazu menenggelamkan tangannya pada kantong celana, masih enggan menatap manik Yuzuha.
Hinata terkekeh. “Lu pikir, kita turun itu untuk bela kalian bertiga? Hahaha gak ya, lucu, lo! Jika gak ada kalimat baik yang mau diucapkan, mending gausah, Jut. Lu benar-benar nyinggung gue sekarang. Ah.. bukan! Nyinggung Yuzuha dan semua yang mempertahankan keadilan.”
Mereka diam, dua lelaki yang sudah dulu mengisi mobil mendengar dengan jelas percakapan mereka tapi, enggan untuk berhadapan langsung.
Kazu mengangguk, “Selamat Ujian kalau begitu, sukses.” Ia beranjak pergi, melewati Yuzuha dengan diam. Tapi, tangan mungil itu lebih dahulu menggenggam kepalan tangan Kazutora.
“Balas pesan gue, ya? Gue ingin tau kalau lu tetap baik-baik aja. Jangan khawatir, OSIS, MPK dan Malam Sarumpun akan baik-baik aja.” Gadis itu tersenyum tulus, matanya benar-benar menyiratkan kekhawatiran yang besar di sana.
Kazutora berkedip dua kali menatap manik Yuzuha yang sekarang mulai tertunduk dan mengeratkan genggamannya. Sedetik kemudian gadis itu berbalik, melangkah menuju pintu piket untuk segera kembali ke ruang kelas.
Senju kalut dalam fikirannya saat Hinata mengikuti Yuzuha. Tatapannya tak lepas dari pria yang saat ini duduk bersandar dengan memainkan gawai di tangannya. Dengan sigap Senju mengetuk kaca jendela mobil ㅡ mobil yang tak begitu asing baginya, mobil yang menjadi saksi bisu akan perjalanan ia dan Chifuyu. Ah.. Senju merindukan waktu indah yang sempat terukir.
Chifuyu tertegun tapi enggan untuk melihat ke arahnya, sedetik itu juga pria itu menurunkan kaca jendela.
Senju tersenyum, walaupun ia tau sang lelaki tak melihatnya. “Balas pesanku, ya Fuyu?”
Chifuyu menatap lurus layar ponselnya, seperti mencerna beberapa kalimat yang ia dapati dari Senju. Ia melirik gadis itu dengan tatapan tenang dan mengangguk.
Emma hanya berani menatap lelaki bersurai gelap itu dari luar, pria itu tau jika dirinya tengah dilihat lekat-lekat. Tapi, peduli apa? Ia tidak punya kewajiban untuk membagi apapun pada gadis itu, bukan? Ia kembali bersantai duduk menenggerkan dua sikunya pada kursi mobil dengan kepala yang sedikit menengadah ㅡ sambil meluruskan tungkainya yang panjang. Tatapan tajam pria itu menatap lurus ke depan, seolah-olah bisa saja menembus sesuatu.
Kazu segera menyalakan mesin mobil, menancapkan gas dan mulai menjauh dari pekarangan sekolah. Menyisakan Emma dan Senju yang melihat kepergian mobil honda civic hitam metalic benar-benar menghilang dari pandangan mereka.