Dua Pagi.

written by inupiei


Mikey mengendarai CB250T dengan kecepatan normal di sepanjang jalan yang hampir tidak satupun dilewati oleh kendaraan pada jam dua dini hari. Lelaki itu tidak mempermasalahkannya, padahal langit sudah mulai menurunkan titik-titik air hujan yang semakin lama semakin deras.

Entah apa yang dipikirkan pria itu saat memilih kembali ke rumah, padahal ramalan cuaca mulai memburuk. Apa karena album foto yang dibicarakan Kakucho? Atau karena pertemuan yang tidak ia duga beberapa jam yang lalu? Entahlah, sepertinya hal-hal itu benar-benar mengusik pikirannya.

Ia berencana untuk mengunjungi Jean ㅡ si informan Bonten dahulu ㅡ di sebuah bar di pusat kota yang pria itu naungi sekarang. Tampaknya, tidak jadi saat Mikey memutuskan untuk pulang setelah menyelesaikan pekerjaannya.

Hujan mulai mengguyur jalanan beraspal itu serta membasahi motor dan helm yang masih melekat di kepalanya ㅡ Mikey mengehela nafas kasar. Sebetulnya, sejak pertemuan dengan calon Emma, dirinya tak henti menghela nafas begitu kasar.

Mikey menepi, berteduh di sebuah pohon. Ia membuka helm dan mengacak-acak surai pirangnya yang dibiarkan tergerai bebas. Hembusan nafasnya mengeluarkan uap, sepertinya cuaca kali ini akan menurun drastis mengingat kondisi iklim yang mulai berganti akibat hembusan angin muson barat.

Manik gelap itu tertunduk, menatap cukup lama pada goresan kasar dan lecet di sisi kiri body motornya ㅡ begitu jelas walaupun telah ia amplas beberapa tahun ini untuk menghilangkannya. Pikiran Mikey dibuat kembali pada 1 dekade saat ia berumur 23 tahun. Tahun pertama rencana penghianatannya pada Senju Akashi.

Pria itu tertegun saat bunyi klakson dua kali mengejutkan indera pendengarnya. Maniknya berputar, mencari arah sumber suara tersebut. Nihil, tidak ada.

Hujan semakin deras, ia memilih menjalankan CB250T dan mencari arah sumber suara yang kali ini mulai terdengar bunyi dinamo starter yang dipaksakan. Kilauan lampu hazard dari arah yang berlawanan menangkap indera penglihatannya, mobil itu berhenti di tengah jalan dengan kap yang masih terbuka. Sepertinya pemilik mobil sedang berusaha menstarter kembali.

Mikey menepikan motornya sembari bergegas membuka helm, ia membiarkan seluruh tubuhnya basah.

“Akhirnya ada orang yang lewat. Hei! Sebentar, saya punya payung!” ujar si pemilik mobil tergesa-gesa mencari payung yang ia maksud.

Mikey terdiam. Ia ingin segera menghampiri mobil yang mati total di tengah jalan itu, tapi suara yang barusaja menawarinya payung sangat ia kenali ㅡ walaupun saat ini suara hujan kian mencampuri gendang telinganya, ia berani bersumpah bahwa dugaannya benar.

Ia tak salah. Saat langkah kakinya mulai mendekat, si pemilik mobil turun dengan payung yang barusaja ia temukan.

Senju. Si pemilik mobil mogok di tengah jalan pada pukul dua dini hari adalah Senju Kawaragi. Perempuan yang tujuh jam lalu sempat ia temui di pertemuan rencana pertunangan adik kecilnya.

Manik keduanya bertemu, mematung dan membiarkan rintik hujan mengguyur tubuh mereka.

Rindu?

Mungkin kalimat itu kalah dengan dendam yang telah mereka tanam 8 tahun ini.

Mikey membuang muka dan segera melangkah menuju kap mobil. Senju mengurungkan niatnya untuk membuka payung, ia bergegas kembali memasuki mobil. Gerahamnya mengeras, bagaimana bisa ia tidak menyadari CB250T milik Mikey? Ia bersumpah untuk tidak kembali mengendarai mobilnya di jalan ini.

Butuh beberapa menit bagi Mikey memperbaiki selang yang terhubung pada karburator mobil. Dirinya segera menutup kap dan sesekali mengusap mata yang kian mengabur akibat hujan yang masih sama derasnya. Ia mendekati jendela mobil dimana Senju dengan sengaja tidak mengalihkan pandangan pada sosok Mikey yang telah berdiri di sampingnya.

“Sudah.”

Suara pria itu berhasil membuat Senju bergeming dan mulai menstarter mobil. Perempuan itu mulai menaikkan pedal gas perlahan sebelum meluncur pergi tanpa sepatah kata.

Sudut kanan bibir Mikey terangkat ㅡ sedikit dipaksakan ㅡ sambil memegang bekas luka tembakan di rusuk kanannya.

“Apa kau juga sama kalutnya dengan aku? Senju?” Gumam Mikey memandangi cahaya lampu mobil yang mulai menghilang dari pandangannya.